33. Sinyal itu Datang

9 6 1
                                    

Di kediaman si kembar, Putri terlihat sibuk memikirkan tentang percakapannya yang tadi. Ia merasa ragu dan mempunyai firasat buruk tentang perang yang akan terjadi dengan geng miliknya dan geng milik Alvin. Apakah benar tentang ucapan Bagas tadi? Tentang kakaknya dan tentang Alvin? Sebegitu bencinya kah Alvin dengan Angkasa dan dirinya. Kalau bisa diajak secara baik-baik, ia ingin sekali menyadarkan Alvin atau memukul kepalanya yang geser soal dirinya. Rasanya geram sekali dirinya kepada Alvin.

"Makan dek! Ngelamun mulu daritadi!" Kacau Angkasa. Putri seketika tersadar dan merengut sebal pada kakaknya. "Mikirin apa sih? Cowok ya?" Tebak asal cowok itu dengan raut wajah menggoda, ingin sekali menjahili adiknya yang tengah melamun seperti ini.

"Enggak!" Jawab Putri ketus. Gadis itu melirik sinis seraya mengambil lauk di meja. Hal itu membuat Angkasa terkekeh pelan. Pria berusia 22 tahun itu hidup bersama si kembar yang merupakan adik-adiknya dan bersama sang ibu. Tapi, ibunya memutuskan untuk bekerja di luar negeri untuk membantu membiayai hidup anak-anaknya apalagi si kembar yang masih sekolah pastinya membutuhkan uang lebih untuk kebutuhan mereka berdua. Angkasa selama ini bekerja di bengkel milik ayahnya yang sudah lama wafat. Jadi, ini adalah warisan dari ayahnya yang akan membantu perekonomian keluarganya.

"Tumben, kak Mahen pulang cepat dan nyiapin makanan buat kita." Ucap Adinda yang memanggil Angkasa dengan sebutan 'Kak Mahen' sedangkan Putri memanggil Angkasa dengan sebutan 'Kak Angsa'

"Iya, karena kakak pengen cepet-cepet liat adik kakak kesayangan ini." Gemas Angkasa sembari mencubit manja pipi Adinda.

"Kak!" Panggil Putri, seketika Angkasa langsung mendongak menatap adiknya dengan tatapan hangat. "Kakak kenal Alvin gak?" Tanya gadis itu membuat Angkasa terdiam sesaat.

Pikiran cowok itu mulai berkelana, ia seperti pernah mendengar nama Alvin yang terasa familiar di otaknya. Memorinya perlahan memutar bayangan kilas tentang dirinya yang sedang berada di tengah-tengah aksi perkelahian antara geng Black Dragon dengan geng motor yang entah namanya apa, ia tidak tahu. Ia mendengar samar-samar seseorang memanggil manggil nama Alvin berulang kali hingga perlahan kabut hitam memenuhi pandangannya. Ia tidak mengingat apa-apa soal kejadian itu. Semuanya berwarna hitam persis seperti mimpi buruk yang ia alami akhir-akhir ini, membuat trauma nya kadang-kadang kambuh tak tahu waktu.

"Kak!" Panggil Putri membuat Angkasa seketika tersadar dari lamunannya. "Kok malah diem aja sih! Kenal apa enggak?!" Lanjut gadis itu dengan sedikit membentak.

"Enggak, dek. Udah lanjut makan aja ya? Kepala kakak pusing." Jawab Angkasa mengakhiri pembicaraan mereka yang membuat dirinya harus berpikir keras mengenai pertanyaan dari adiknya.

•••••

"Bisa nanti aja gak? Gue gak mau ketemu mereka dulu!" Rengek Kenzo sambil menahan lengan Nathan yang berulang kali menyeretnya untuk segera bertemu dengan anggota geng Angel Wings. Sedari tadi Kenzo terus-terusan menahan Nathan dan Bagas agar menunda pertemuan mereka dengan Angel Wings. Ia takut kalau Putri bakalan syok karena sudah tahu semua tentang hal ini.

"Ayok! Penakut lo! Lama-lama gue dorong lo ke Jurang, tahu rasa lo!" Sentak Nathan yang sudah tak tahan dengan perilaku salah satu anggotanya ini.

"Jahat banget!" Cibir Arkhan diakhiri kekehan kecil.

"Awas lo!" Ancam Nathan menampilkan kepalan tangannya yang berotot.

"Ampun pak!"

"Udah sampai." Ucap Bagas yang sudah berada di depan area markas Angel Wings yang lega dan luas. Mereka berjalan sampai ke arah pintu dan mengetuknya. Terlihat Putri dan kawan-kawan nya datang menyambut kedatangan mereka dengan senyum yang terukir jelas pada wajah mereka.

"Ayo masuk.." Ajak Putri.

Mereka melangkah ke arah kursi yang telah disediakan di dalam. Mereka mulai duduk secara memutar agar bisa menatap satu sama lain. Semua anggota inti Black Devil duduk bersama Putri yang hanya sendirian di sana karena tempat duduk itu hanya disediakan untuk para tamu yang akan membantu terkait permasalahan ini. Jadi, semua anggota inti Angel Wings yang telah hadir hanya cukup menyimak mereka dari kejauhan.

"Sesuai dengan yang kemarin, gue bawa teman-teman gue ke sini buat gabung sama geng lo. Lo setuju kan?" Tanya Bagas memulai pembicaraan diantara mereka. Putri langsung mengangguk setuju. Netra kecoklatannya bergulir ke arah Kenzo yang tampak terduduk kaku dengan tangan yang sengaja menutupi wajahnya, malu.

"Kenzo.. Gak usah malu-malu gitu kali. Gue udah tau semuanya." Kata Putri menampilkan cengiran kepada cowok itu yang sedari tadi menahan malu kepadanya.

Wajah Kenzo bersemu merah seperti tomat rebus. Ia merasa kikuk karena Putri. Sementara Nathan yang mengetahui sikap temannya itu hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya.

"Gue dapet sinyal dari Alvin." Ucap Bagas membuat gadis itu tercengang dan mulai menatapnya.

"Kok?! Cepet banget!" Kaget Putri yang tidak mengira bahwa Alvin akan bergerak secepat ini dari dirinya. Ia masih belum siap kalau pertarungan itu akan tiba secepat ini. Ia takut terjadi apa-apa dengan para sahabatnya saat pertarungan itu telah berlangsung.

"Iya, soalnya dia udah nyusun rencana sejak awal. Gue tahu sinyal ini dari Alvin sendiri yang nyuruh seseorang buat nganterin surat ke gue." Jelas cowok itu membuat kepala Putri semakin pening.

"Masalahnya, gue belum siap. Gimana kalau kita kalah dalam pertarungan itu? Bisa jadi nyawa kalian semua yang jadi taruhannya."

"Gak usah takut, dia gak ngincer kita kok. Dia ngincer lo sama Adinda doang. Malahan gue yang takut kalian berdua kenapa-kenapa."

"Dia ngincer gue sama kembaran gue?"

"Iya, lo harus hati-hati. Dia licik!" Celetuk Nathan. "Buktinya si Leon kepancing ama hasutan si Alvin." Lanjutnya yang langsung direspon Bagas dengan pelototan tajam.

"Sori, gas."

"Lanjut ke topik, dia nyuruh gue buat ngabarin ke elo kalau perangnya mungkin dimulai 3 hari lagi. Sebenarnya gue gak percaya sih, soalnya dia pasti bakalan berbuat yang enggak-enggak dan bikin masalah semakin runyam serta bikin lo semua masuk ke jebakan yang disusun oleh Alvin, intinya perang bisa dimulai kapan saja sesuka hati Alvin. "

"Jadi, perang ini sebenarnya bisa kapan saja terjadi? Berarti..."

"Akan ada yang hilang diantara kalian. " Sela Kaenandra. Gadis itu mulai gemetar. Bagaimana bisa Alvin sejahat ini pada dirinya dan keluarganya?! Dirinya tidak ingin ini terjadi, bisa-bisa nyawa teman-temannya bisa hilang ditangan Alvin karena kebodohan dirinya. Ini tidak bisa dibiarkan!

"Ya, itu! Gue pastiin lo semua selamat. Gue jamin itu. Karena kita bersatu buat ngalahin Alvin dan teman-temannya serta menjebloskan Alvin ke penjara. Biar dia kapok sama kejahatannya." Bagas mulai tersenyum ia menepuk bahu gadis itu agar dia tidak merasa takut dan tidak terbawa pikiran tentang persoalan ini. Semuanya akan baik-baik saja jika semuanya saling bersatu untuk menumpaskan kejahatan. Ia jamin itu.

"Makasih semua. Gue bakal berusaha buat ngalahin Alvin dan kawan-kawan nya. Gue janji." Putri menangis terharu. Ia menyeka air matanya, ia tahu bahwa mereka semua berharap kepada dirinya. Ia tidak menduga bahwa akan ada banyak orang yang mendukungnya. Ia berhasil menjadi pemimpin yang baik yang berarti ia harus berjuang menyelamatkan mereka semua dan ia akan menjemput kebahagiaan dan kedamaian untuk mereka.

Semoga perjuangan kita takkan sia-sia...

_Angel Wings_

Terima kasih sudah membaca.
Maaf atas kesalahannya🙏🏻

Next yuk!

ANGEL WINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang