24. Menghilang Tanpa Kabar

8 6 0
                                    

Bintang-bintang berkilauan di langit malam yang indah. Suasana yang begitu tenang dan dingin menusuk perlahan ke kulitnya akibat memakai pakaian tipis. Seorang perempuan duduk di atas rumput depan rumahnya. Menatap binaran cahaya bintang di langit malam dengan penuh pengharapan. Kedua matanya menatap sayu seolah-olah sedang meminta sesuatu pada sang langit.

"Gue ngerasa kalau gue adalah orang yang paling bodoh di muka bumi ini." Lirihnya sembari terus menatap bintang-bintang yang berkelap-kelip di atas sana.

"Lo gak bodoh.." Balas seseorang yang sedang berjalan di belakangnya. "Tapi itu karena lo lebih mementingkan ego daripada perasaan mereka. Lo masih punya kesempatan untuk memperbaiki ini semua.. "Lanjut Putri dengan tersenyum hangat. Ia berjalan menghampiri kembarannya lalu ikut duduk bersamanya.

Adinda menoleh kaget memandang Putri. Ia menatap sayu kembali lalu memalingkan wajahnya menatap kerlap-kerlip bintang di langit. " Ngapain ke sini? Udah malem, tidur aja sana!" Usir Adinda.

"Lu kok ngusir gue?? Gue cuman mau nemenin kembaran gue dulu." Putri bergeliat manja di bahu Adinda. "Maafin gue ya? Soalnya gue kecewa sih sama sifat lo itu. Masih ada waktu untuk minta maaf sama Nasya kok." Gadis itu mencoba menenangkan Adinda dan mengubah suasananya.

Adinda hanya berdeham tanda kalau ia mengerti. Gadis itu segera bangkit dari duduknya lalu melangkah pergi untuk memasuki rumah tanpa menghiraukan Putri yang sedang mematung di sana sembari menatapnya dengan tatapan bingung.

"Lah gue ditinggal lagi. Sial!!" Umpat Putri lalu segera bangkit dan sempat membersihkan bokongnya yang terkena debu. "DIN TUNGGUIN!!!" teriak Putri lalu bergegas menyusulnya.

••••••

"Hari ini hari apa ya?" Tanya Theo yang sedang duduk lesehan di tanah. Ia mengusap keringatnya yang menetes dengan cahaya terik matahari yang begitu memancarkan hawa panas baginya.

"Hari Sabtu" Jawab Altar yang sedang mengangkut beberapa kardus untuk dipindahkan di depan Markas selagi para anggota sedang sibuk membersihkan dalam ruangan.

"Omong-omong berarti lo udah mulai libur sehabis ujian ya?" Lanjut Altar.

"Yoi men. Gue juga bosen sebenarnya tapi gak papa. Kalau boleh sih, gue mau liburnya ditambah aja sekalian. Masa cuman libur 3 minggu doang." Protes Theo yang sibuk mengkipasi dirinya dengan sobekan bagian kardus.

"Kata siapa 3 minggu? Kata gue itu lebih dari cukup. Orang lo libur aja setahun loh.." Altar menjawab protes Theo dengan kekehan.

"Alah setahun biji lo!!" Ketus Theo membuat mereka berdua terkikik geli. "Oh iya, waktu itu lo gak sekolah? Soalnya lo kok bisa pergi ke markas disaat jam pelajaran udah dimulai." Tanya Theo yang mengingat kejadian waktu itu.

"Gue udah kuliah kali. Lo ngira gue masih bocah SMA hah??" Jawab Altar yang mengelap keringatnya dengan punggung tangan. Cowok itu menghampiri Theo dan ikut duduk lesehan bersamanya.

"What?? Lo udah kuliah, Tar?!?" Theo menganga ketika mendengar jawaban cowok itu. Altar lantas menabok mulutnya yang terbuka lebar dengan diakhiri tawa yang mengudara.

Mereka berdua menikmati istirahat sejenak dari rasa lelah bekerja membersihkan markas. Semuanya pun seperti itu, mereka bercanda ria dan saling membantu agar pekerjaan yang dikerjakan akan terasa mudah dan cepat selesai.

Siang hari terasa lebih panas dari yang sebelumnya. Sudah beberapa jam mereka berdua menunggu kehadiran sang ketua yang tak kunjung datang ke markas. Si Kembar dan Nasya maupun Kinan bahkan belum juga datang ke sini.

ANGEL WINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang