25. Kevin?

11 6 0
                                    

Beberapa jam telah berlalu. Tak disangka waktu sudah menunjukkan pukul dua siang di Jakarta. Semuanya telah selesai bekerja dan memasuki waktu untuk makan siang bersama. Berawal dari canda tawa yang begitu menghangatkan hati serta adegan perebutan Nasi Kotak pun tak luput dari pandangan mata mereka.

Rasa lelah mereka begitu terobati setelah melahap makanan tersebut. Perutnya yang tadinya kosong sekarang sudah terisi kembali. Energi yang tadinya berkurang pun sekarang sudah terisi kembali.

Anak-anak tak henti-hentinya berucap syukur, karena berkat Altar lah mereka bisa mengisi perut sehabis lelah bekerja selama berjam-jam untuk menyelesaikan kerja bakti di markas. Cowok itu sangat pengertian dengan keadaan, ia membelikan nasi kotak untuk dibagi ke semua anggotanya dan tentu ia membayarnya sendiri dengan uangnya yang begitu banyak. Sungguh baik sekali. Dan itu ia berniat ikhlas dari hatinya karena memang ia ingin bersedekah untuk membantu sesama daripada menghamburkan uangnya untuk hal-hal yang tidak berguna.

"Tar, lo gak makan?" Tanya Theo sambil mengunyah makanannya."mau gue suapin?" Tanya nya kembali dengan tujuan bercanda. Mana mungkin dirinya ingin menyuapi cowok itu, entar dikira yang enggak-enggak lagi sama yang lain.

Altar lantas mengukir senyum hangat. Sejak tadi, ia hanya melamun entah membayangkan apa hingga nasi kotak yang berada di depannya pun hanya diabaikan saja. Mungkin sedang tidak berselera makan.

"Gue gak lapar, yo. " Jawab Altar yang masih mengukir senyum itu tetapi hanya senyum tipis yang ia sunggingkan agar Theo mengerti dengan keadaan cowok itu.

Setelah menyelesaikan jam makan siang mereka, semua anggota berehat dulu sejenak sebelum mereka melanjutkan kembali sentuhan akhir dari kerja bakti itu. Mereka membagi minuman Aqua gelas dalam kardus yang memang sudah disiapkan sejak tadi di dalam. Energi yang sudah terkumpul kembali itu membuat mereka ingin segera tidur ataupun sesegera mungkin kembali bekerja. Angin sepoi-sepoi begitu menenangkan bagi mereka, memungkinkan rasa kantuk menyerang disaat-saat yang seperti ini.

Nasi kotak itu masih tersisa beberapa di meja. Memang disediakan khusus untuk anggota inti yang belum datang juga sampai sekarang. Mereka berdua masih rela bersabar menunggunya sampai semua anggota sudah pulang dan keadaan markas yang sepi dari anggotanya. Mungkin hanya tersisa satu jam setelah itu semuanya pasti sudah ingin pulang.

Beberapa menit kemudian, seseorang datang mengendarai motor miliknya lalu memarkirkannya dibarisan motor milik semua anggota Angel Wings.

Theo, cowok itu menyipitkan matanya saat melihat dua orang berjalan ke arahnya dengan wajah masam. Dugaannya selama ini benar, pasti ada yang tidak beres dengan mereka berdua, terlihat dari raut wajahnya yang kusut seperti belum disetrika.

Dua orang itu adalah Putri dan Adinda, seseorang yang selama ini mereka tunggu sejak pagi sampai sekarang. Wajah mereka berdua terlihat menyedihkan ditambah Adinda yang seperti orang kelaparan saja dimatanya.

"Buset, muka kalian kusut banget kek belum disetrika aja." Ujar Theo saat mereka berdua sudah berada di depannya dan ikut duduk lesehan di Tikar.

"Nih makan! Laper kan?" Theo menyodorkan dua Nasi Kotak kepada si kembar yang masih tetap setia berwajah murung itu. Adinda dengan cepat mengambil dua-duanya sekaligus dan memakannya tanpa cuci tangan terlebih dahulu. Saking kelaparan nya gadis itu.

"Belum makan seabad keknya. Ckckckck.. "

"Loe gawk tawu aja gw kelawparan sewjak tawdi pagi (lo gak tau aja gue kelaparan sejak tadi pagi)" Balas Adinda dengan mulut yang penuh dengan makanan. Untung saja gadis itu tidak menyemburkan makanan yang dikunyah nya ke wajah Theo.

"Ngomong Ayam." Ledek cowok itu lalu menggeser posisi duduknya lebih jauh dari Adinda. Matanya menatap malas gadis itu dan mengabaikannya meskipun wajah Adinda nampak begitu sewot akibat ulah pria itu.

"O iya, kalian berdua habis darimana? Gue sama yang lainnya nungguin kalian dari tadi. Terus Nasya sama Kinan ke mana? Kok kalian gak bareng sama mereka berdua?" Tanya Theo secara bertubi-tubi. Cowok itu penasaran kenapa si kembar tidak mengajak mereka berdua? Lalu darimana saja sikembar sampai baru datang disaat jam segini?

Putri terlihat mengatur napasnya, rasanya begitu berat seperti banyak beban yang ia taruh di pundaknya. Raut wajahnya terlihat tampak lelah tidak seperti biasanya. "Gue tadi habis pergi ke rumah Nasya, tapi dianya gak ada." Jawab Putri dengan lesu.

"Ke mana?"

"Bandung."

Cowok itu seketika kaget dengan jawaban dari gadis itu. Sungguh! Kok bisa? Pantas saja wajah mereka berdua terlihat semenyedihkan ini. Sekarang pandangannya beralih ke arah Adinda. Nampak gadis itu terlihat sedih walau sedang makan, tetapi apa kepergian Nasya ini membawa kesedihan bagi si kembar? Ia tahu kalau Adinda sedang merasa bersalah dan ingin meminta maaf tetapi setelah menerima kabar ini, bukankah dia masih bisa meminta maaf lewat media sosialnya? Atau yang lainnya?

"Muka lo jelek kalo lagi sedih, Din" Ujar Theo.

"Setan lo!" Sungut Adinda. Entah kenapa cowok itu suka sekali meledeknya bahkan tak segan-segan untuk mengerjainya di sekolah.

"Ngomong-ngomong daripada kalian berdua sedih terus, sekarang kita diskusi saja mengenai misteri siapa yang sudah bikin markas kita jadi hancur kaya gini, gimana?" Saran cowok itu yang mampu menarik perhatian mereka berdua yang dilanda kesedihan.

Putri segera mendongak menatap Theo begitupun dengan Adinda yang terlihat penasaran dengan tema diskusi ini.

"Baiklah, kita mulai!" Seru cowok itu dengan nada riang khas sifat tengilnya.

Sementara itu, disisi lain Altar berdiri sendirian di tengah gelapnya ruangan sembari terus menatap lembaran kertas yang berada di tangannya dengan emosi yang sengaja ia tahan. Sebuah kalimat aneh yang ditulis dengan spidol berwarna merah terpangpang jelas di kertas itu. Mata tajamnya menatap lekat kalimat di sana lalu meremas kertas itu hingga kusut dibuatnya.

ready to start the game with me?

Kalimat itulah yang terpanggang di kertas. Apa maksud sebenarnya? Mengapa Altar begitu marah saat membaca lembaran kertas itu?

"Kevin..." Desis cowok itu lalu segera melenggang pergi dari markas melalui pintu belakang. Karena dirinya tidak ingin membuat anggota lain mencurigainya sedang menahan amarah.

Apa yang sedang terjadi sebenarnya? Dan siapa Kevin? Apakah masalah ini berkaitan dengan Fire Gang? Fire Gang juga mempunyai ketua yang bernama Kevin. Dia adalah musuh bebuyutan geng Angel Wings dan pernah bentrok beberapa kali dengan geng itu. Tapi setelah mereka kalah telak karena Nasya, mereka mulai menghilang dan tidak pernah muncul kembali karena sejak tragedi penculikan itu terjadi. Apa yang sebenarnya mereka rencanakan sekarang?

_Angel Wings_

Terima Kasih sudah membaca 🙏🏻

Jangan lupa follow IG Angel Wings ya?

Thanks untuk teman-teman yang sudah dukung cerita ini👏🏻

Thanks untuk teman-teman yang sudah dukung cerita ini👏🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ANGEL WINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang