37. Pertarungan yang Berakhir Menyedihkan

12 6 0
                                    

Alvin memukul wajah Angkasa beberapa kali hingga tertoleh ke kanan dan kiri. Pria itu seakan tidak berdaya pada Alvin karena tangan dan kakinya diikat kencang saat baru saja terbangun. Adinda pun sama, gadis itu terkulai lemas menyender pada tembok dengan tangan dan kakinya terikat kencang. Gadis itu masih belum sadarkan diri. Tepat berada di samping Angkasa yang sedang diamuk oleh Alvin dan kawan-kawannya yang ikut berkerumun di sana. Tatapan mereka jelas menampakkan senyum remeh serta jijik begitu pula dengan Alvin yang melampiaskan amarahnya pada Angkasa dengan cara kekerasan. Berulang kali wajahnya dipukul dan dihantam oleh Alvin hingga puas. Tetapi tatapan Angkasa justru terlihat sayu dan kosong, ia hanya diam membisu menerima pukulan demi pukulan oleh Alvin. Ia bahkan tidak menjawab pertanyaan Alvin. Ia hanya bisa pasrah dengan keadaannya saat ini.

Cowok itu meremat wajah Angkasa untuk mendongak menatapnya. Terdapat lebam akibat tinjunya terlukis pada wajah Angkasa. Ia tersenyum puas. Akhirnya ia berhasil membuat Angkasa babak belur seperti ini. Ia merasa puas dan bangga hingga ingin membunuh mantan kaptennya sendiri dengan cara kejinya. Ia berharap Angkasa menyusul teman-teman lainnya yang ia bunuh dimasa lalu diwaktu kejayaan masa Black Dragon berada dipuncak.

"Gue akan singkirin lo sekarang. Setelah sekian lama gue nyimpen dendam sama lo. Dulu kenapa harus lo yang diterima? Bukan gue! Kenapa harus lo yang selalu dibanggain? Kenapa bukan gue? Lo cuman pemimpin sampah! Kalau gue yang mimpin, kejadian kaya gini gak akan terjadi Angkasa Mahendra!"

"Gue udah lama ngincer posisi itu, tapi apa? Lo ngehancurin semua keinginan gua buat jadi pemimpin geng Black Dragon! Gue akan biarin lo hidup sekarang! SIALAN!"

Alvin memaki-maki penuh Angkasa. Hingga Adinda pun tersadar dari pingsannya. Gadis itu menatap mereka dengan kaget, ia tak salah lihat kan?! Ia tidak mengenal orang-orang yang berada di depannya kini. Gadis itu menoleh menghadap samping hingga degup jantungnya bertambah cepat. Angkasa sudah babak belur tampak mengenaskan.

"LO APAIN KAKAK GUE!!" Jerit Adinda sambil melepaskan diri dari ikatan yang membuat kedua kaki dan tangannya terasa perih. Gadis itu menjerit minta tolong hingga membuat Alvin menatap Adinda dengan wajah yang berubah menyeramkan.

"Percuma lo teriak-teriak minta tolong." Ucap Alvin dengan wajah datar. Adinda tampak terdiam, ia merasa takut karena Alvin sekarang mendekatinya. Ia berjongkok dihadapan Adinda sembari mengelus pipi gadis itu yang basah karena air matanya.

"Lo mau gue bunuh?" Tanya cowok itu. Adinda yang mendengar pun mulai panik. Keringatnya mengucur deras. Ia ketakutan kalau yang berada di depannya kini adalah Alvin. Dalang dibalik peneroran itu terjadi. Gadis itupun menggeleng dengan cepat. "Kalo lo gak mau dibunuh. LO DIEM!" Geramnya hingga melepaskan tangannya dengan kasar dari pipi Adinda.

"Bos!" Panggil seorang pria berbaju serba hitam pada Alvin. Cowok itupun menoleh padanya. "Mereka udah pada dateng, Bos."

Alvin segera bangkit, ia berdiri sembari mengintip gerombolan geng motor dari atas sana. Mereka berada di atas puncak gedung yang luas untuk menyiapkan pertarungan mereka. Ia sudah mempersiapkannya dengan matang.

Geng Angel Wings datang membawa pasukannya ke area lawan. Mereka segera berlari memasuki gedung tersebut untuk menemukan musuh mereka berada, beberapa yang lainnya mengawasi diam-diam aksi pertarungan mereka nantinya.

Semua pasukan bergerombol masuk menaiki tangga lalu tibalah mereka dipuncak gedung tua itu. Semuanya berdiri menatap lekat-lekat Alvin dan kawan-kawannya. Mereka merasa ada yang aneh, sebab Alvin hanya membawa anggota sebanyak 26 orang sementara geng Angel Wings terlampau banyak dari jumlah anggota musuhnya. Tatapan Putri segera terkunci pada Angkasa dan Adinda yang berada dibelakang mereka dengan keadaan yang sama-sama terikat dengan tali pada kedua kaki dan tangannya.

ANGEL WINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang