"Lo---Bakal kalah ditangan gue." Ujar Kevin dengan sunguh-sungguh. Kalimat itu seperti pertanda bahwa Angel Wings akan menerima kekalahan dari Fire Gang. Tapi? Sungguh kah itu terjadi?
"Lo cuman bisa menggertak doang. Jangan terlalu berharap!" Balas Putri tak kalah sungguh-sungguh. Matanya yang tajam dan sinis itu menatap lamat kedua mata Kevin.
Suasana semakin menegang saja dengan diselingi aura mematikan dari kedua kubu yang saling menaruh dendam masing-masing. Meskipun tanpa kehadiran sang wakil, Angel Wings akan tetap menang. Jika Fire Gang yang menang, mungkin itu hanya sebuah kebetulan saja, pada akhirnya mereka juga akan kalah ditengah jalan. Tidak ada yang mampu mengalahkan Sang Malaikat meski mereka adalah geng terkuat sekalipun.
Bugh!
Bogeman keras tiba-tiba meluncur pada rahang Kevin. Putri mendelik tajam saat seseorang menghajar Kevin secara tiba-tiba.
"LO ITU GAK ADA KAPOK KAPOKNYA YA?!" Teriak Theo dengan emosi membuncah hebat. Napasnya begitu memburu dengan tatapan tajam dan melotot. Theo berhasil memberikan bogeman keras pada Kevin untuk melampiaskan rasa kesalnya pada cecunguk busuk ini. Ia marah, ia juga benci ketika dirinya dan teman-temannya diganggu seakan menambah masalah baru baginya. Tidak itu saja, Altar bahkan menerima cedera serius karenanya. Tidak ada cara lain selain menghajarnya habis-habisan seperti dirinya dan Altar waktu dikeroyok oleh Fire Gang.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Theo seperti orang kesetanan saja saat menghajar Kevin. Tinjunya melayang bebas pada beberapa titik area tubuh Kevin yang dianggap bisa membuatnya tak berani melawan dan tentu rasa sakit pasti akan berdenyut hebat seperti yang terjadi pada Altar. Theo menghajar Kevin sendirian, semua anggota hanya bisa diam mematung dan memperhatikan aksi cowok itu saja. Fire Gang tampak mulai ketar-ketir dan hanya bisa menelan ludahnya seakan ikut merasakan ngilu seperti ketuanya. Mungkin dengan cara ini, Kevin bisa kapok karena dibuat babak belur oleh Theo. Berarti cowok itu juga takkan berani berhadapan lagi dengan Angel Wings.
Putri merasa kasihan melihat Kevin yang sekarang tampak pasrah pada Theo. Ia seperti orang sekarat akibat dibuatnya. Terpaksa Putri menarik Theo ke Belakang dan menahannya agar tidak memberontak.
"Cukup! Bisa-bisa dia mati gara-gara lo!" Putri berucap sembari menenangkan cowok itu. Meski pandangan cowok itu tetap terarah pada Kevin. "Kalau dia mati tambah repot nanti!" Lanjutnya.
Theo mendelik dengan sinis. Bisa-bisa nya Putri bercanda disaat dalam keadaan sedang seperti ini. Cowok itu pun mengelap wajahnya yang basah akibat keringat belum lagi tangannya yang penuh dengan cairan warna merah yaitu darah yang bercampur dari tangannya dan juga Kevin. Wajahnya yang masih terdapat lebam pun ia hiraukan demi membalas perbuatan Kevin. Altar sekarang mungkin sudah baikan tapi ia tidak mau kalau sampai-sampai terjadi apa-apa pada teman-temannya sekalipun harus melibatkan orang tuanya.
"Gue gak akan biarin itu terjadi. Lo..bakal gue bunuh kalo lo nyakitin temen gue lagi." Ancam cowok itu. Napasnya sudah kembali normal. Ia sudah merasa tenang sekarang. Darahnya hampir dibuat naik turun gegara masalah ini. Bagaimana bisa orang seperti Kevin ini tidak ada kapok-kapoknya padahal sudah beberapa kali dibuat tepar kaya gini. Cowok itu hanya bisa menggeleng-geleng keheranan.
"PERGI LO SEMUA!!" Usir Adinda membuat anggota Fire Gang berlari tunggang langgang dan hampir meninggalkan Kevin yang masih terkapar di tanah. Memang ya, kalau nyalinya ciut itu lebih baik tidak usah berlagak sok, mungkin akan berakibat seperti ini jadinya.
"Oh iya, Altar gimana? Baik kan?" Tanya Putri khawatir. Ia takut terjadi apa-apa dengan cowok itu.
"Gak papa. Jangan khawatirin dia dulu, ada yang lebih penting untuk dikhawatirkan sekarang. Gue takut kalau Blake Devil tiba-tiba nyerang kita. Gue gak tahu maksudnya apa tapi, insting gue seakan bilang kalau ada yang mau berbuat jahat sama anggota kita. " Jelas Theo. Putri masih tidak mengerti dengan ucapannya. Ia masih berpikir mengapa geng Blake Devil sepertinya ingin menghancurkan geng Angel Wings.
"Lo tahu darimana soal Blake Devil. Kayaknya lo sama Nasya tahu soal geng ini." Balas gadis itu dengan raut wajah heran. Ia begitu penasaran, apakah ada yang sedang disembunyikan darinya.
"Gue..." Theo kali ini menjeda ucapannya. Ia takut Putri akan marah jika tahu fakta soal Blake Devil ini. Sebenarnya ia juga baru tahu kalau orang-orang terdekat mereka adalah anggota rahasia Blake Devil.
"Apa?" Tanya Adinda.
Tiba-tiba nada dering handphonenya mulai berbunyi dan memecah suasana. Ia mendapati SMS dari Altar yang menyuruhnya untuk bergegas pulang ke rumah.
"Gue balik dulu, Put. Altar nyuruh gue pulang. " Cowok itu bergegas dan berlari menuju motornya yang terparkir di depan markas. Dan ia beruntung kali ini ia bisa selamat dari si kembar yang penasaran soal jawaban darinya.
Putri pun terheran dan bisa dibilang ia berhasil menebak kalau selama ini ada yang sedang ditutup tutupi oleh anggotanya.
•••••
"Diminum tehnya." Titah Devara dengan lembut pada Bagas.
Mereka semua duduk di ruang tamu. Ada Nasya, Devara, Bagas dan Ibunya Devara. Di sana mereka berbincang-bincang soal kehadiran Bagas di sini. Bagas sudah menjelaskan niatnya kalau ia akan menjemput Nasya pulang dan ingin menginap sebentar kalau Nasya tiba-tiba menolak ajakannya. Dan itu membuat ibunya Devara terkekeh sebab cowok itu berhasil menarik perhatiannya. Sungguh imut dan menggemaskan menurutnya, kalau dari sudut pandang Devara sih dia merasa ogah-ogahan.
"Jadi, setelah ini kalian mau pulang?" Tanya Ibunya Devara dengan lembut.
"Iya, tante. Soalnya Bagas pasti bikin repot di sini kalau dia dibolehin nginep." Jawab Nasya dengan melirik Bagas sambil tersenyum paksa. Tatapannya berubah menjadi tajam dan melotot ke arah Bagas karena sudah menganggu ketenangan dirinya selama berlibur di Bandung.
Bagas pun tak terima dan melempar tatapan tak kalah melotot ke arah Nasya sesekali melipat tangannya di dada sembari merengut sebal. Sangat menggemaskan.
Devara yang melihat keanehan mereka berdua langsung terheran-heran. Apalagi kalau Nasya sudah melotot seperti itu, rasanya bulu kuduknya langsung merinding.
"Ya sudah. Hati hati kalian pulangnya. Tante senang menerima kehadiran kalian terutama sama Nasya, makasih udah bikin Tante senang dan terhibur. Kamu bikin suasana di rumah ini kembali ramai. Tante suka."
"Iya, Tante. Nasya juga sangat senang diterima di sini. Nasya serasa kaya bertemu ibu Nasya lagi di sini. Saya senang."
Mereka berdua tersenyum hangat. Nasya tak bisa lagi membendung air matanya dan segera memeluknya. Beliau sudah membuat Nasya merasa nyaman dan melupakan kenangan buruk tentang masa lalunya. Ia merasa Bahagia.
Bagas ikut terharu. Ia tersenyum menatap mereka berdua diikuti Devara. Devara sebenarnya masih menaruh rasa bersalah pada Nasya karena dirinya dulu telah berbuat jahat dengan gadis itu.
Devara dulu pernah membully Nasya sewaktu gadis itu masih dibangku SMP. Ia tidak tahu apa salah gadis itu, ia hanya disuruh untuk merundungnya karena dia adalah Anak pembawa sial.
_Angel Wings_
Terima Kasih sudah membaca.
Next?

KAMU SEDANG MEMBACA
ANGEL WINGS
Ficção Adolescente[Sudah Tamat] Menceritakan tentang proses menjadi geng motor besar di seluruh jalanan Ibukota. Menguasai jalanan dimalam hari dengan mengibarkan bendera kekuasaan. Angel Wings, geng motor penguasa jalanan di malam hari sekaligus perisai bagi sekola...