Adinda melirik jam tangannya beberapa kali. Sudah satu jam ia menunggu seseorang dari depan rumah. Rumah itu berdesain bak istana yang megah tetapi Adinda disuruh menunggu diluar oleh Theo yang kini sedang sibuk berdandan.
"Aishh! Lama banget kek cewek anjir!!" Adinda berdecak kesal dengan tangan yang melipat di dada. Mungkin setelah ini Theo akan diremas-remas oleh Adinda jika sudah selesai dengan urusannya.
Cklek...
Perlahan cowok itu keluar dengan bau wangi yang menyeruak hebat sampai membuat hidung gadis itu kini terasa gatal. Theo menyugar rambutnya ke belakang memperlihatkan wajah tampan yang berseri-seri pada Adinda.
"Buset parfum lo baunya nyengat banget. Hidung gue gatel anjing!!" Gadis itu menutup hidungnya dengan raut wajah masam.
"Mampus!! Btw gua ganteng kagak?" Tanya Theo dengan pedenya.
"Lo jelek!!" Jawab Adinda dengan datar.
"Bangke lo!"
Adinda tertawa terbahak-bahak lalu Theo langsung mengambil motornya yang berada di bagasi.
Ia mendorong motornya sampai di depan gerbang lalu menaikinya disusul Adinda yang ikut membonceng dengan pria itu. Theo memasang helm full face nya yang berwarna hitam serta gadis itu juga.
"Pegangan din, nanti lo jatuh." Peringat pria itu pada sang gadis yang kini berada bersamanya. Takut saja karena dirinya membawa anak orang yang tak berdosa.
Saat mesin motornya menyala, tangan Adinda melingkar di perut Theo dengan wajah memerah seperti kepiting rebus. Cowok itu pun segera melenggang pergi menuju tempat yang akan mereka tuju.
••••••
[Kawasan berbahaya]
Seorang pria dengan perawakan serba hitam mencoba memasuki sebuah bangunan yang terbengkalai di bawah jembatan jalanan yang lebar. Suara gemericik air dari irigasi tak luput dari pendengarannya. Area pembatas dari polisi terlihat membentang dari ujung ke ujung. Kawasan itu terlihat sepi serta terkesan menyeramkan.
Ia mulai melangkah, menembus tanda peringatan dan tetap melangkah maju memasuki bangunan itu.
Brumm...
Suara motor tiba-tiba mengagetkan pria itu. Ia lalu segera bersembunyi pada semak-semak yang berada di sekitaran bangunan tersebut.
Ternyata mereka berdua sudah sampai di kawasan seperti ini. Theo dan Adinda segera turun dan membuka helm mereka masing-masing.
Theo berdiri di samping motor, memandang dengan heran bangunan itu. "Lo yakin ini markasnya? Serem banget kek rumah hantu di Jepang, Din." Cowok itu langsung bergidik ngeri memandang bangunan yang sudah lama terbengkalai di depannya. Tujuannya kini berbeda dan ini bukanlah suatu misi hanya saja Adinda ingin mengunjungi markas kakaknya dulu waktu masih menjabat sebagai ketua generasi ke-4 Black Dragon.
"Ih penakut lo!!" Ketus Adinda.
"Huh gak ngaca lo?! Dulu lo juga penakut, Din."
Adinda menatap dengan malas lalu melangkah mendekat pada pembatas markas tersebut. Dirinya menyentuh lembut garis pembatas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGEL WINGS
Ficção Adolescente[Sudah Tamat] Menceritakan tentang proses menjadi geng motor besar di seluruh jalanan Ibukota. Menguasai jalanan dimalam hari dengan mengibarkan bendera kekuasaan. Angel Wings, geng motor penguasa jalanan di malam hari sekaligus perisai bagi sekola...