"Eh... Tuan Putri.... Raden.... kebetulan ya kita ketemu disini" Niluh tersenyum malu sendiri melihat kemesraan Cakra dan Putri. Sore itu Cakra dan Putri sedang berduaan saling duduk beradu punggung ditepi pantai. Menikmati senja di pantai keramas yang berpasir hitam. Angin berhembus sepoi-sepoi. Daun daun nyiur yang banyak tumbuh di tepi pantai melambai lambai.
Meskipun saling membelakangi masing-masing kedua tangan Cakra dan Putri saling bertaut mesra.
Niluh jadi tidak enak hati. Melihat kemesraan Cakra dan Putri. Ingin rasanya berteriak senyaring mungkin seperti biasanya ketika dia berlatih dan merindukan Cakra.
Namun apa daya. Yang dirindukan sudah didepan mata. Dan suami orang!!.
Hati Niluh jadi galon.Putri tersenyum semanis mungkin. Semakin mengencangkan remasan tangannya. Putri tau Niluh menyukai suaminya.
"Niluh mari bergabung." Tawar Cakra berbasa-basi.
Putri memutar bola matanya. Meremas tangan Cakra semakin erat. Bahkan semakin kuat hingga Cakra bisa merasakan sakit. Cakra meringis.
"Rasain!! Emang enak!" Putri ngomel dalam hati. Bisa bisanya ngajak Niluh bergabung. Yang bikin kesel; bukanya Niluh menyingkir malah sok sok an ikut memandang matahari sore.Bener bener dah....
Dan Putri punya ide.
"Putri Niluh. Bagaimana jika kita berlatih bersama?. Kali ini kamu jangan menolak?."
Cakra menghela nafas. Menyesal menawarkan Niluh untuk bergabung.
Niluh tampak ragu.
"Eeee... Putri.... _ Cakra belum menyelesaikan ucapannya ketika merasakan tangannya semakin sakit saja dalam remasan Putri.Sial! Padahal sebelum Niluh datang remasan Putri begitu romantis. Namun setelah Niluh datang kenapa sadis?.
"Hanya lima jurus Tuan Putri" akhirnya Niluh menerima tantangan Putri.
"Saya rasa jurus kita tidak jauh berbeda Tuan Putri. Karena kita mempunyai kakek guru yang sama". Ujar Niluh.
"Mungkin." Putri menjawab dingin. Lalu Putri bangkit berdiri. Terlihat bersemangat. Meraih pedangnya. Cakra menatap kedua wanita bangsawan di depannya itu bengong sedikit cemas. Bagaimanapun Cakra takut Putri lepas kendali.
Cakra tau motivasi Putri bukan sekedar berlatih. Tapi cemburu!.Aku berniat menenggelamkannya tadi
itu kata Putri waktu itu.Dan jika kamu menolongnya aku juga akan menenggelamkan kamu!
Sepertinya saat ini niat Putri akan dia lakukan.
Gawat!.
"Raden maafkan saya. Saya akan mempraktekkan ilmu pedang saat kita sering latihan berdua dulu." Niluh meminta ijin.
Waduh! Kenapa Niluh harus pake bilang latihan berdua juga? Tidak tau apa kalau Putri sangat sensitif jika tau Cakra pernah berduaan dengan wanita lain?
Niluh laksana mengipasi bara api.
Cakra makin ketir ketir.
Putri tersenyum dingin. Kekawatiran Cakra benar. Hati Putri panas membara dengan perkataan Niluh. Sepanas bara arang tukang sate yang terus dikipas.
Melirik Cakra tajam.HABIS INI KAMU!!!
Meski mengucapkan dalam hati. Tapi terdengar lantang di telinga Cakra. Terlihat dari lirikan tajam Putri.
"Bersiaplah Niluh!" Putri mengangkat pedang. Mencabut dari sarangnya. Menjatuhkan sarang pedangnya. Entah sengaja apa tidak, sarang pedang jatuh menimpa kaki Cakra.
"Wadau!!! Aduh!" Cakra meringis kesakitan. Putri tersenyum puas.
Niluh menatap ngeri.Kemudian Niluh mencabut pedangnya. Memberi hormat kecil. Dibalas Putri.
"Mari Tuan putri. Niluh mempersilahkan Putri menyerang duluan.
Detik berikutnya Putri melompat. Langsung mengarahkan pedangnya ke dada Niluh.
Suara desing pedang terdengar nyaring ketika Niluh menangkis pedang Putri.
Tubuh niluh terjajar kebelakang ketika Putri memutar diudara. tendangan kaki Putri tidak sempat Niluh tahan. Entah dari mana datangnya tiba-tiba pedang Putri sudah melintas di atas kepalanya.
Namun Niluh tau serangan pedang itu tidak perlu ditangkis. Niluh melenturkan tubuhnya menghindari pedang dengan menekuk punggung kebelakang layaknya kayang. Dan menegakkan kembali badannya.
Namun lagi lagi Niluh terjajar kebelakang ketika dia menegakkan tubuhnya telak tangan Putri menghantam dadanya.
Sial ternyata serangan pedang Putri hanya tipuan.
Putri menjejakkan tubuhnya di pasir. Sementara Niluh mengatur nafas. Mengusap dadanya yang dua kali kena Serang."Kamu tidak apa apa Niluh?". Tanya Putri. Tentu saja Niluh tidak apa apa. Putri hanya menyerang dengan kekuatan biasa tanpa tenaga dalam. Semarah apapun Putri yang dia hadapi bukan musuh yang sebenarnya.
"Tidak apa apa Tuan Putri" entah kenapa Niluh jadi lebih bersemangat. Niluh mengira jurusnya sama dengan Putri. Tapi ternyata berbeda.
Seperti Putri. Niluh juga selama ini hanya berlatih dan tidak pernah menemukan lawan yang seimbang. Jadi sepertinya kali ini akan menyenangkan bisa bertarung dengan Putri.
"Majulah Niluh!" Kali ini Putri menyilahkan.
Selanjutnya Putri hanya mengimbangi serangan serangan Niluh. Jelas Niluh tidak bermaksud mengeluarkan ilmu tenaga dalam. Hanya saling serang dengan kekuatan dan kecepatan fisik masing masing. Tapi meskipun begitu Cakra tau siapa yang keteteran dalam pertarungan itu.
Niluh bingung dengan gerakan Putri. Entah kenapa Putri sepertinya selalu bisa mengetahui setiap serangan yang akan dia lakukan. Putri nyaris tidak pernah menghindari serangannya. Tapi Putri selalu menahan pukulannya atau menangkis pedang Niluh. Putri benar-benar petarung.
Niluh tidak tau Putri memang berjiwa petarung. Jika bisa dihadapi kenapa harus dihindari?. Jika bisa ditahan kenapa harus mengelak."Berhentilah!!! Ini sudah lebih lima jurus!!" Cakra berbicara lantang. Sontak saja Niluh melompat seperti melayang mundur. Putri berdiri tegak. Tidak bergerak dari tempatnya berdiri.
Niluh membungkuk memberi hormat.
"Tuan Putri... Kehormatan bagi saya bisa belajar dan berlatih bersama Tuan Putri" Niluh mengatur nafas.
Putri membalas hormat Niluh.
Sebenarnya ingin rasanya dia benar benar menghajar Niluh hingga babak belur. Tapi sayangnya Niluh bukan musuh.
Putri tersenyum bersahabat.
"Habis ini kita pijit dan luluran" jawab Putri.
Niluh ternyum dan mengangguk. Badannya memang sakit semua.
Cakra mendekati Putri. Mengulurkan sarung pedangnya.
Putri menerimanya.
"Terima kasih Kanda"
Cakra menghela nafas panjang. Seolah mengingatkan Putri soal kakinya.
Putri tertawa kecut. Dia memang sengaja menjatuhkan dikaki suaminya.
Siapa suruh dulu sering latihan dengan Niluh berdua.Cakra cukup bersyukur kedua adiknya tidak melihat pertarungan Niluh dan Putri tadi. Jika sampai mereka menonton bisa tambah kacau.
_____________
Bersambung.
Vote dan komen yah....
KAMU SEDANG MEMBACA
Singgasana Untuk Sang Putri TAMAT√
Historical FictionSetelah resmi menjadi suami istri ternyata ada aja masalah yang dihadapi Cakra dan Tribuana. Kali ini dalam pengembaraannya menikmati bulan madu seorang penguasa wanita muda dari kadipaten Sadeng jatuh hati pada Cakra. Terus bagaimana sikap Tribua...