Siapa dia?" Putri bertanya dingin.
"Putri Raja Gede suwadana Gusti Putri." Jawab Wiratama.
"Oh" ucap Putri.Putri diam. Seperti berfikir sejenak.
"Seberapa banyak pasukan yang masih setia pada Raja?" Tanya Putri setelah jeda.
"Tidak banyak Gusti Putri, mungkin kurang lebih seribuan. Tapi rakyat sangat mendukung." jawab Wiratama.
"Dan mereka dipimpin oleh Tuan Putri mereka sendiri?"
"Benar Gusti Putri."
"Kamu mengenalnya dengan baik? Bahkan kamu menyukainya. Padahal aku pikir kamu menyukai Ana?." Blak blakan banget Putri ngomongnya."Ishhh... " Hanya itu reaksi Ana. acuh saja.
Wiratama salah tingkah. Bener bener kesel dengan Cakra.
"Kenapa semua orang berfikir saya menyukai Ana?" Wiratama mengeluh.
"Jika kamu menyukaiku sainganmu banyak loh" sahut Ana tanpa benar benar menyimak obrolan mereka. Dia tetap fokus mengayunkan pedang dengan santai, meniru gerakan yang diajarkan Putri.
"Tegas lah jadi laki laki Wirat!. Pilih Ana Atau Niluh?"
Sebenarnya Putri sedang berbicara dengan Wiratama. Tapi kenapa Cakra merasa disindir?.Padahal jelas jelas Cakra suaminya, jelas milih dia daripada Niluh. Atau Cakra yang terlalu baper dengan ucapan Putri.
"Mmm.... " Wiratama melirik Ana yang seperti kurang berminat menyimak percakapan mereka. Wiratama jadi mati gaya."Apanya yang mau dipilih? Emang Niluh maupun Ana minta dipilih?"
"Dua duanya bukan kekasih Wiratama Putri, jadi percuma juga Wiratama memilih salah satu dari mereka" Cakra mewakili Wiratama untuk menjawab pernyataan Putri.
"Aku juga tidak mengijinkan Ana dengan Wiratama. Mereka bersaudara dan dari dunia yang berbeda".
Ana tertawa mendengar ucapan Cakra.
"Dari dunia yang berbeda?. Siapa yang manusia siapa yang hantu?" tanya Ana.
"Kami yang manusia kamu yang hantu" Wiratama yang menjawab sedikit kesal.
Ana melotot kearah Wiratama. Kemudian memilih mengabaikan Wiratama dan kembali fokus berlatih sendirian.Terbuat dari apa hati gadis sableng itu? Padahal aku tidak kalah ganteng dari kang mas Cakra? Tapi sepertinya dia ga peduli sama sekali denganku?
Ana terus asik memutar mutar pedang. Belajar melenturkan gerakan tangannya. Padahal Putri sedang membicarakan dia.
"Sebenarnya seberapa kenal kamu dengan Niluh?" Putri kembali ke topik pembicaraan.
"Kebetulan Gusti Niluh kakak perguruan saya." Wiratama sedikit takut dengan arah pembicaraan Putri."Oooo.. kakak seperguruan?." Putri melirik suaminya. Cakra yang diam cari aman hanya memasang wajah datar.
"Apa dia seusiaku?" Kembali Putri bertanya kepada Wiratama.
Wiratama sedikit berfikir. Sekitar dua puluh dua tahun Gusti Putri"
Lagi lagi Putri melirik Cakra."Cakra, dia adik seperguruanmu?"
Cakra hanya mengangguk. Wajahnya menunjukkan sikap tidak begitu berminat membicarakan Niluh.
"Iya, aku mengenalnya. Kebetulan ada beberapa murid wanita dipadepokan" terang Cakra.
Putri manggut-manggut. Ada rasa tidak puas dihatinya. Ada yang ngganjel."Sepertinya aura disini gak bagus ya?" Ana mengibas ngibas tangan seolah mengipasi badannya yang harudang.
Cakra menatap sengit Adiknya si tukang kompor itu. Bilangnya sudah jadi anggota avanger! tapi kelakuannya ga berubah. Tetep Suka bikin rusuh.
"Kak, jangan hiraukan mereka. Yuk latihan lagi!. Ajak Ana menarik tangan Putri.
"Hayuk". Kata Putri akhirnya. Tapi dalam hati Putri bertekad untuk tau lebih jauh tentang Niluh. Soalnya Cakra sepertinya menghindar untuk membicarakan Putri Bali itu.***
Malam hari ketika Cakra dan Putri habis kelonan."Cakra! Ceritakan padaku seberapa dekat Wiratama dengan Niluh Saraswati?"
"Aku tidak begitu tahu" jawab Cakra.
Cakra sadar, sebenarnya Putri sedang menggiringnya untuk mencari tahu lebih banyak tentang Niluh. Istrinya itu bukan seorang wanita yang dengan mudah dibohongi. Jadi Cakra memutuskan sedikit jujur soal Niluh. Cuman sedikit. Bagian yang Niluh mencintainya tidak diceritakan. Berbahaya!."Bicaralah padaku apa adanya sehingga aku tidak banyak bertanya." Putri mulai menunjukkan tampang masam.
"Atau.... Putri diam sejenak_ "atau aku tidur lagi dengan Ana!" Ancam Putri. Putri bersiap bangkit. Dengan sigap Cakra menangkapnya.
"Apa yang ingin kamu ketahui sebenarnya?".
"Jika kamu ingin tau apa dulu aku pernah ada hubungan dengan Niluh maka hubungan itu sekedar adik seperguruan. Sama dengan murid murid wanita lainnya." Terang Cakra.
"Yakin cuman itu?" Putri mendesak.
"Yakinlah... Masak gak yakin?!".
"Atau karena Niluh kamu tidak ingin aku ikut ke Bali?" Tebak Putri.
"Tidak ada hubungannya sama sekali!" Cakra mulai jengkel.
"Kenapa kamu marah?!"
"Siapa yang marah Putri.! Kamu meributkan sesuatu yang tidak gunanya!" ucap Cakra.
Wajah Putri terlihat masam.
"Lepasin! aku mau tidur sama Ana!." Putri berusaha melepaskan cengkraman Cakra.
"Tidak usah! Biar aku yang tidur dengan Wiratama!" Cakra benar benar jengkel.
Melepaskan Putri dan berniat bangkit.
"Oooo... begitu?" Putri menatapnya sengit."Hanya bercanda!" Kata Cakra dingin.
Kemudian kembali tidur disamping Putri.
Tapi terlambat. Putri sudah terlanjur benar-benar ngambek. Memilih tidur miring ke kiri. Mengabaikan Cakra.___________
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Singgasana Untuk Sang Putri TAMAT√
Ficción históricaSetelah resmi menjadi suami istri ternyata ada aja masalah yang dihadapi Cakra dan Tribuana. Kali ini dalam pengembaraannya menikmati bulan madu seorang penguasa wanita muda dari kadipaten Sadeng jatuh hati pada Cakra. Terus bagaimana sikap Tribua...