Keputusan Putri adalah keputusan Ratu

151 17 0
                                    

Semua orang dibuat terpana dengan ketepatan anak panah Putri. Bahkan para Prajurit juru panah atau istilah modern sniper sekalipun belum tentu bisa membidik dengan tepat seperti itu. Apalagi sasaran pedang yang terayun dari jarak 100 meter. Mungkin mereka bisa membidik tubuh seseorang, tapi membidik pedang yang bergerak dengan menyesuaikan waktu dan ketepatan sasararan itu bukan kemampuan kaleng kaleng. Mereka pasti tidak berani bertaruh melakukan itu. Mereka benar benar mengagumi dan memuji kehebatan Tuan Putri.
Cakra tersenyum kecut.
"Dasar pamer" kata Cakra ngedumel. Dia masih tidak ikhlas Putri memuji Panglima Bajol biru, bahkan sekarang menolongnya.
Putri sedikit menoleh Cakra. Tersenyum menggoda. Seolah olah ucapan Cakra sebuah pujian yang manis. Padahal jelas jelas tatapan Cakra seolah bilang "kamu bikin kesel hatiku dinda!"

"Ayo!" Ajak Putri. Putri menarik tali kekang kudanya. Memacu kuda menuju arena pertarungan. Diikuti Cakra, Raden samba dan beberapa Perwira pengawal Putri. Putri memacu kudanya sambil mengangkat tangannya yang memegang busur panah; yang artinya datang dengan damai. Tentu saja hal ini dilakukan putri untuk berjaga jaga jika pasukan Sadeng salah paham mengira Putri akan menyerang.
Diseberang, pasukan Sadeng juga dibuat terkejut dengan tindakan Putri. Mereka juga takjub dengan kehebatan Panglima Agung Majapahit tersebut.
Sementara itu Rakembar tidak kalah terkejutnya. Dia tidak tau siapa yang memanah pedangnya. Tapi melihat Tuan Putri memegang busur panah; dia tau tuan Putri lah yang memanah pedangnya. Rakembar tau, itu artinya dia tidak boleh membunuh Bajol biru.
Rakembar mengulurkan tangannya, membantu Bajol biru berdiri. Terlihat dari wajahnya yang kebingungan dan bertanya.
Tapi Rakembar sendiri juga tidak tau. Sementara Tuan Putri memacu kudanya kerah mereka.

***
"Tuan Putri, terima kasih sudah mengampuni nyawa saya. Tapi untuk apa Tuan Putri menyelamatkan saya?" Ucap Bajol biru setelah menghaturkan sembah. "Sejujurnya saya tidak ingin diselamatkan" sambung Bajol biru.

Sekarang sepasukan kecil Sadeng dan Majapahit berkumpul. Disatu sisi pasukan Majapahit disatu sisi lainnya pasukan Sadeng.

Putri tersenyum. "Anggap saja kamu masih dibutuhkan Majapahit" kata Putri dengan nada biasa biasa saja. Seolah olah dia tidak begitu benar benar ingin mengampuni nyawa Bajol biru.

Kemudian Putri menatap Ratu Sima.
"Yunda, ... Putri memanggil dengan penghormatan sebagai seorang Adik kepada Sima. Hal ini dikarenakan Sadeng telah resmi memilih untuk tetap dalam kesatuan Majapahit, jadi otomatis dia bukan seorang ratu lagi. " Atas nama yang mulia Ratu bunda Gayatri, aku memutuskan untuk mengembalikan jabatan Adipati kepadamu, aku harap ini terakhir kalinya kamu melakukan kesalahan" ucap Putri sedikit lantang. "Sebelum kesini Yang mulia Ratu Agung Dyah Gayatri sudah menyerahkan segala keputusannya padaku". Apapun yang aku putuskan adalah keputusan yang Mulia Ratu".
Segenap Prajurit Sadeng di pimpin Adipati Sima segera berlutut menghaturkan sembah. Sebagai tanda penyerahan diri.
"Terima kasih atas pengampunan dan kemurahan hati Tuan Putri. Ucap Sima sambil mengahaturkan sembah. Putri mengangguk.
"Tuan Anom, saya tau Tuan yang paling ingin Sadeng memisahkan diri dari Majapahit. Mendiang ayahanda sudah menyadari kesalahannya karena fitnah Ramapati, kamu juga tau itu. Ramapati sudah menerima hukuman setimpal, sesuai janjiku aku mengampuni pemberontakan ini, juga mengampunimu, untuk itu jadilah Penasehat yang baik untuk putrimu Yunda Sima" tanpa ragu sama sekali Putri memberi petuah dan nasehat kepada para tetua Sadeng. Padahal Putri umurnya mulai masuk dua puluh tahun. Tapi semua orang mengakui kecerdasan wibawa dan kehebatan Putri.
Putri memang mewarisi kharisma dan wibawa Ayahanda Raden Wijaya.
Pandangan Putri tertuju kepada Panglima bajol biru. Kasihan, wajahnya babak belur habis baku hantam dengan Rakembar. Rakembar sendiri juga tidak kalah menyedihkan. Mata kirinya tampak lebam.
"Panglima! ... Kata Putri, "aku hargai tekad dan keberanianmu. Mungkin kamu tidak ingin hidup lebih lama lagi. Tapi aku ingin kamu tetap hidup untuk mengembalikan kepercayaan diri kamu lagi. Yang mulia ibunda Ratu Gayatri banyak menerima laporan , bahwa dinegeri seberang, negeri Campa, banyak suku Jawa Dwipa yang hidup disana dan menderita diperbudak disana. Seorang panglima tangguh seperti dirimu sepertinya sangat bisa aku andalkan untuk membebaskan saudara saudara kita di Campa. Jadi aku harap kamu bisa memimpin pasukanmu untuk menaklukkan campa." Putri memberi titah.

Semua orang terperangah. Bahkan kaki Bajol biru yang berlutut terlihat gemetar. Mungkin jika semua orang berdiri dia seorang yang tidak bisa berdiri. Bagi seorang Prajurit sejati mendapatkan tugas penaklukkan seperti itu adalah sebuah anugerah. Apalagi untuk seorang Bajol biru.
Tidak hanya menekuk lutut, kini bajol biru benar benar bersujud atas keputusan Putri tersebut.
"Bangunlah kalian semua" kata Putri akhirnya. "Jangan terlalu senang panglima. Anggap saja ini hukuman buat kamu!" Ucap Putri. Tapi tetap saja bagi Bajol biru itu adalah anugrah dan kesempatan untuk mengembalikan harga dirinya sebagai seorang Prajurit. Bahkan jika di terbunuh di Campa sekalipun dia akan mati sebagai seorang pahlawan bukan pecundang. Diam diam Bajol ijo sangat bersyukur masih diberi kesempatan hidup oleh Tuan Putri.
Sementara disisi lain Rakembar akhirnya bisa memahami kenapa dia tidak diijinkan untuk membunuh Bajol ijo. Cakradara meskipun kurang setuju tapi dia tetap diam saja. Meskipun semua orang tunduk dan hormat serta mengagumi Putri, Cakra masih tetep nggondok alias ngambek dengan Putri. Cakra sendiri kurang tau kenapa dia gampang tersinggung.
Mungkin karena sudah hampir seminggu Cakra tidak dapat 'jatah' dari Putri jadi dia agak sensitif.
Bahkan tadi malam dia tidak bisa tidur. Pikirannya melayang kemana mana membayangkan yang iya iya dengan Putri. Padahal ga usah dibayangkan Putri tidur pulas dalam pelukannya. Ibarat kucing yang kelaparan dan melihat ikan yang lezat tersaji didepanya. Ingin sekali Cakra "memangsa" Putri. Tapi Putri masih dalam masa datang bulan. Jadi sang kucing hanya bisa menatap pasrah ikan yang lezat tersebut. Hanya cuman bisa mengendus endus doang. Kasihan kan?.

"Kanda, mungkin ada yang ingin kamu sampaikan?" Tiba-tiba saja menoleh dan memanggil Cakra dengan sebutan Kanda. Sebenarnya itu panggilan umum untuk suami istri bangsawan seperti mereka. Tapi Putri memang lebih suka memanggil Cakra dengan Raden didepan semua orang, karena panggilan itu lebih menghormati karena terkesan lebih berwibawa didepan semua orang.
Padahal jika mereka sedang berduaan atau berdua saja panggilan mereka ya cukup Cakra - Putri, gitu aja. Karena sudah terlanjur manggil seperti itu waktu Putri hidup dirumah Cakra dijaman modern dua tahun lalu.
Kali ini Putri memanggil dengan embel embel Kanda untuk menunjukkan pada semua orang terutama Sima bahwa Cakra suaminya.
Adipati Sima semakin menunduk tidak berani menatap Cakra. Tentu saja dia takut dengan Putri.
Cakra yang mendapat pertanyaan Putri aga kaget, padahal tadi dia sedang ngelamun berfikir mencari tau kenapa akhir-akhir ini dia aga sensitif.
"Sepertinya keputusan mu itu bagus sekali Dinda" jawab Cakra tanpa berfikiran. Sedikit tersenyum waktu mengatakan Dinda.
Satu hal yang tidak pernah disadari Cakra, dia tidak peka sekali dengan perasaan Sima.
Cakra selalu mengira Putri yang terlalu cemburu buta. Cakra tidak pernah berfikir bahwa sebenarnya Sima dari awal bertemu sudah menaruh hati padanya.

Yang tidak disadari Sima, sudah tidak ada tempat di hati Cakradara. Hati Cakra sudah penuh dengan hati dan cinta Putri. Cakra tidak membutuhkan hati yang lainya. Jadi sia sia Sima menaruh hatinya pada hati Cakra.
_______
Vote dan komentarnya kkk😁😁

Singgasana Untuk Sang Putri TAMAT√ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang