Pertarungan Bajol biru

141 16 0
                                    

Tantangan Panglima bajol biru, panglima tertinggi Sadeng diterima.
Sesuai dengan permintaan Ratu Sima; apapun yang terjadi, terlepas siapa yang menang siapa yang kalah tidak mempengaruhi keputusan Ratu Sima untuk kembali tunduk dalam pangkuan Majapahit.
Siang itu dengan pakaian perang; panglima Bajol biru dengan gagah berani memacu kudanya ketengah lapangan. Disatu sisi sepasukan Majapahit sudah siap menyambut.
Kurang lebih sepuluh meter dari pasukan dan petinggi Majapahit  Bajul biru menghentikan kudanya.
"Salam hormat saya Tuan Putri Dyah gitareja dan segenap panglima dan Perwira.
"Saya panglima tertinggi Sadeng berniat untuk menantang panglima tertinggi Majapahit untuk duel hidup mati dengan saya" ucap Panglima Bajol biru tanpa banyak basa-basi.
Sejujurnya Putri mengagumi sikap kesatria Bajol biru. Sangat disayangkan jika seorang panglima yang sangat bisa diandalkan harus terbunuh.
Tentu saja Putri dan Cakra masih mengingat panglima Bajol biru. Panglima itu yang pernah mengancam Cakra waktu terakhir kali dia di Krambit; ketika Putri dan Cakra memberikan Surat Raden Samba. Panglima itu juga yang nyaris ditebas Cakra dengan pedangnya ketika Cakra dan Putri bertarung ditaman bunga waktu mau kabur. Untung waktu itu Cakra ditarik Putri, kalau tidak mungkin panglima Bajol biru sudah tinggal kenangan.
Putri mengangguk membalas salam hormat Bajol biru.
Sementara Cakra sedikit khawatir Putri sendiri yang akan menghadapi Bajol Biru. Bagaimanapun Cakra tetap tidak tega melihat istrinya bertarung melawan Bajol biru; walaupun Cakra yakin putri  bisa mengalahkan Bajol biru.
"Baiklah, aku sangat menghormati pilihanmu untuk berduel.
"Aku adalah Panglima tertinggi, dan ini adalah Panglima yang bertanggung jawab atas pengepungan di Sadeng, tentu kamu sudah mengenal Panglima Rakembar. Sekarang siapa yang ingin kamu pilih? Aku atau Rakembar?"
Cakra menatap tajam Putri.
"Apa yang kamu katakan?" Bisik Cakra. Jengkel juga Cakra dengan Putri.
Putri tersenyum tipis. Senyum yang diberikan untuk Suaminya.
"Dia tidak akan memilihku menjadi lawannya" Putri berkata pelan yang hanya bisa didengar Cakra.
"Tuan Putri! Saya sangat menghormati Tuan, tapi ini adalah pertarungan antar laki laki. Sebenarnya saya ingin menantang Tuan Cakradara, tapi sayang sekali Tuan Cakra perwira biasa, ijinkan saya melawan panglima Rakembar" tidak ada maksud meremehkan dalam ucapan Bajol biru.
Sebenarnya dia masih penasaran waktu hampir di habisi Cakra. Rakembar adalah seorang Panglima yang bertanggung jawab dalam pengepungan ini. Dialah lawan seimbang yang pantas dihadapi. Sedangkan Tuan Putri; sehebat apapun dia dia tetap seorang wanita, sama sekali tidak pantas seorang Panglima melawan seorang wanita.
Rakembar menegakkan badannya.
Putri menatap Bajol Biru dengan tenang. Rakembar menatap penuh semangat dan Cakra menatap bosan.
"Panglima?!" Seru Putri pada Rakembar tanpa repot repot menoleh.
"Saya Tuan Putri" Rakembar memberi hormat.  Kemudian maju kehadapan Panglima Bajul Biru.

Pertarungan diadakan ditengah tengah kedua pasukan. Pasukan Sadeng dan pasukan Majapahit.
Kini dua Panglima sudah saling berhadapan.
Kemudian kedua Panglima hebat itu pun saling adu panco. Nggak ding saling memberi hormat.
"Jangan sungkan sungkan panglima" ujar Rakembar seolah mengejek.
Panglima Bajol biru tersenyum sinis.  Mengacungkan pedangnya.

Pertarungan berlangsung sengit. Masing masing mengerahkan segala kemampuan terbaik mereka.
Jelas keduanya adalah lawan yang seimbang. Bahkan panglima Rakembar sempat tersambar Pedan dilenganya ketika dia sedikit lengah. Belum lagi pukulan tenaga dalam Panglima Bajul Biru ternyata bukan kaleng kaleng. Terlihat jelas Rakembar sedikit kerepotan.
Sementara Putri tampak serius, sedangkan Cakra menatap bosan.
"Sayang, yuk kita kembali kepenginapan" ajak Cakra.
Putri menoleh, menatap Cakra sebel.
"Hehe.. piss! Bercanda" kata Cakra dengan kalimat gaul dari masa depan. entah kenapa dia jadi seperti adiknya dari masa depan,  Ana. Kadang kadang sifat Cakra yang apa adanya dan usil dari masa depan terbawa dijaman Majapahit.
"Kenapa kamu begitu serius, apa kamu takut Rakembar kalah?" Mau tidak mau Cakra jadi ikut serius melihat pertarungan Rakembar dan Bajol biru.
"Bukan begitu, aku tertarik dengan Bajol biru itu"
Sontak Cakra menoleh menatap Putri. Terlihat tidak suka dari raut wajah Cakra.
Buru buru Putri meneruskan ucapanya sebelum Cakra salah paham.
"Maksudku tertarik untuk merekrut dia jadi Perwira Majapahit"
Cakra masih menatap Putri. Jelas tidak puas dengan penjelasan Putri. "lihat Cakra, dia tangguh meskipun buru buru dan ceroboh. Dia tidak sadar jika Rakembar bermaksud menguras tenaganya."
Cakra kembali melihat lurus kedepan.
Putri bener bener bikin esmosi, terang terangan memuji Bajol biru didepanya. 

Jaga dong perasaan suami' gerutu Cakra dalam hati.

"Jika aku yang jadi Rakembar aku akan menghabisinya dalam dua jurus" kata Cakra pelan. Seolah olah dia berbicara dengan dirinya sendiri. Habisnya Putri ga asik sih.
Putri menoleh, menatap Suaminya yang terlihat tidak baik baik saja.

'cakra kenapa sih?, kok jadi mudah tersinggung gitu'

"Raden samba!, panah!" Pinta Putri cepat dan mendesak. Masih tetap menatap lurus kedepan; tangan Putri terulur ke samping.
Dengan sigap Raden Samba memberikan panah kepada putri. Semua menatap Putri heran ketika dia menarik busur kearah pertarungan Rakembar dan Bajol biru.

***

Terlihat Bajol biru sudah mulai kelelahan. Dan satu tendangan Rakembar mendarat telak diulu hatinya. Tubuhnya jatuh tersungkur. Matanya menatap matahari yang mulai merambat naik. Namun pandangan matanya begitu silau terhalang pedang Rakembar yang terayun siap menghujam dadanya atau memenggal kepalanya. Bajol biru sudah pasrah menjemput kematian.
Namun ternyata kematian itu tidak datang. Terdengar benturan besi beradu seolah ada yang menangkis pedang Rakembar. Pedang Rakembar patah jadi dua ketika sebuah anak panah dengan tepat membentur pedang yang nyaris menghujam jantung Bajul biru. Rakembar tidak kalah terkejutnya. Menoleh menatap Putri Dyah Gitareja yang tersenyum puas karena bidikannya tepat sasaran.
__________

Singgasana Untuk Sang Putri TAMAT√ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang