surat dari Bali

185 12 5
                                    

Wiratama terpana menatap kakaknya Cakra. Sama seperti Ana, yang diceritakan Cerita Cakra seperti cerita dalam dunia dongeng.
"Kamu tau Wirat? Kita tidak hidup di dunia yang selama ini kita lihat. Ada dunia lain yang tidak tertembus. Bahkan Tuan Putri dan aku pernah hidup bersama di dunia masa depan. Dunia yang sangat maju. Jauh melampaui bayangan kamu seperti apa begitu majunya dunia yang pernah aku Tinggal dulu. " Cerita Cakra.

Bagaimana mungkin Wiratama tidak percaya dengan kakaknya itu. Apalagi Gusti Putri juga pernah tinggal disana.

"Apakah ayah bunda tau ini semua kang mas?"
"Tentu saja tidak Wirat! Ini bukan sesuatu yang rahasia, tapi ga penting juga untuk diceritakan. Karena ini memang sesuatu yang tidak masuk akal".

"Benar juga" ujar wirat.
'"Gusti Putri begitu akrab dengan Ana, bahkan sepertinya Gusti Putri tidak seperti yang saya kenal kang mas?".
Iya, Wiratama heran dengan perubahan Putri. Bersama dengan Ana, Putri benar benar tidak seperti Wanita bangsawan selama ini. Seperti seorang anak kecil yang baru menemukan mainan baru. Begitu bebas tertawa haha hihihi dengan Ana. Sama sekali tidak ada jejak Putri bangsawan sama sekali. Jika tidak melihat sendiri Wiratama tidak mungkin percaya jika Putri bisa tertawa cekikikan sampai bersuara. Benar benar tidak jaga sikap anggun dan wibawa yang disegani semua orang.
Bahkan Ana tidak ada sopan sopan_nya dengan Gusti Putri.

"Waktu itu Putri tersesat di dunia maju, kebetulan aku yang menolongnya dan mengajak tinggal di rumahku" cerita Cakra.

"Tinggal serumah dengan kang mas?" Dilihat dari pandangan matanya, Cakra tau Adiknya berfikir yang tidak tidak.

"Kami memang tinggal serumah! Tapi tidak seperti yang kamu pikirkan!. Kata Cakra ketus.

"Hehe ... "Wiratama tertawa malu karena ketebak pikiranya.

***

"Sekarang ceritakan padaku tujuanmu kesini?" Tanya Cakra.
"Sebenarnya saya ingin menyerahkan surat dari Raja Bali untuk yang Mulai Ratu Gayatri"
"Sebaiknya besuk kita menghadap" jawab Cakra.
"Kang mas... " Ucap Wiratama. "Sebaiknya Majapahit harus segera membebaskan Bali. Saat ini keadaan rakyat semakin tertindas oleh ulah orang orang dari Timor. Raja yang sah sudah digulingkan sepupunya. Saat ini yang mulia Raja dan segenap keluarga kerajaan dalam pengasingan dan dalam perlindungan guru Seda. Para penjajah dari negeri asing itu semakin menggila". Sambung Wiratama. Saat ini wilayah Bali sedang dikuasai dari pasukan seberang, yaitu negeri Timor.
Raja sekarang hanya raja boneka yang menjadi antek para penjajah. Tidak ada kepercayaan rakyat kepada Raja yang sekarang. Sedangkan raja yang sah meminta bantuan Majapahit. Lagian rakyat Bali juga lebih suka bergabung dengan Majapahit yang terkenal makmur daripada dijajah orang orang timor". Cerita Wiratama.
"Soal itu aku harus membicarakannya dengan Putri. Para Panglima sudah siap. Saat ini Rakembar juga sudah bertolak ke negeri seberang negeri Campa dengan pasukan Sadeng. Mungkin untuk menaklukkan Bali akan dikirim pasukan dari beberapa Kadipaten terdekat. Bagaimanapun juga kota Praja tidak boleh kosong. Aku akan berbicara dengan Putri, Mungkin pasukan dari Senopati Arya damar akan memimpin pasukan dari Lumajang untuk menyerang Bali". Kata Cakra panjang lebar.

"Kang mas, jika Ana itu adik kang mas berarti dia adikku juga?" Tanya Wiratama mengganti topik pembicaraan. Jelas Wiratama tidak begitu paham tentang seluk beluk keprajuritan. Mungkin dia memiliki bakat menjadi seorang pejabat pemerintahan, bukan pejabat militer.
Tugasnya hanya mengantar surat karena dia dekat dengan keluarga kerajaan.

Cakra tercenung sejenak.
Secara biologis sebenarnya Ana sudah tidak ada ikatan darah dengan Cakra saat ini. Tapi bagi Cakra Ana tetap Adiknya tersayang.
"Dia tetap adikku" ucap Cakra mantap.
"Berarti dia juga adikku?"kata Wiratama.
"Tentu saja!". Kenapa kamu menanyakan hal itu? Atau jangan jangan..... kamu suka dengan Ana?!"
"Eh...tentu saja tidak kang mas, amit amit!".
"Apa kamu bilang!?"Cakra tersinggung dengan ucapan"amit amit" Wiratama.
"Hati hati dengan ucapanmu! Jika kamu menyinggung Ana dan Putri tau kamu bisa dihajar" Cakra memperingatkan.
"Aku tidak pernah melihat gadis yang seberani itu pada Gusti Putri" Wiratama tidak bisa menutupi rasa heranya.
"Bagi Ana Putri itu kakaknya, bukan seorang putri raja atau bangsawan, mereka dulu selalu tidur berdua, makanya mereka begitu akrab" terang Cakra.
Bahkan dari dalam sekarang terdengar Ana dan Putri tertawa ngakak. Mungkin mereka sedang mentertawakan hal hal konyol tingkah Putri waktu awal awal mengenal dunia modern.
Harus Wiratama akui, meskipun bertingkah aneh Ana memang cantik. Dia masih sangat muda.
'Mungkin sekitar lima belas atau enam belas tahunan'. Pikir Wiratama. Jadi sangat wajar tingkahnya benar benar kekanak Kanakan. Parahnya! tingkahnya itu nular kepada kakak iparnya. Dyah Gitareja alias Gusti Putri Tribuana Tunggadewi.

____________________
😴😴😴

Singgasana Untuk Sang Putri TAMAT√ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang