Rayuan Putri

172 14 0
                                    

"mmm....suamiku? apa yang tadi kamu bicarakan dengan panglima Mada?" Dengan manja Putri duduk dipangkuan Cakra. Menempelkan kedua tangannya di pipi Cakra dengan mesra. Cakra sudah terbiasa Putri bersikap manja. Tapi kali ini kok rasanya ada yang lain?. Ada aura kikuk dalam tingkah Putri. Putri sepertinya sedikit malu dan ragu.
"Beberapa hal soal latihan penambahan latihan Prajurit, mungkin akan menambah jadwal latihan perang diperairan" jawab Cakra.
"Oh ya?" Putri tampak tidak begitu antusias. dia lebih memilih menyenderkan tubuhnya dalam dada Cakra. Tangannya bermain main dengan rambutnya yang tergerai indah. Terlihat jelas dia ingin merayu Cakra tapi aga malu.
Selama tinggal di istana, Cakra dan Putri memang selalu sibuk disiang hari dengan kegiatan Prajurit. Maklum Putri adalah Panglima utama sedangkan Cakra harus melatih pasukanya. Istilah kehidupan normal mereka harus kerja. Tentu saja mereka tidak mau makan gaji buta.  Jadi tidak ada waktu bercinta disiang hari. Tapi sepertinya kali ini Putri menginginkannya, Cakra yang kurang peka malah ngomong ngalor ngidol soal masalah keprajuritan. Padahal Putri sudah bermanja manja. Sudah kedip kedip mata. Sudah elus elus pipi Cakra. Udah gigit gigit bibir, basahin bibir sambil mainin rambut udah, colek colek  udah tapi Cakra gak ngeh juga.
Cakra sedang menerangkan rencana latihan di laut kidul ketika pasukan Majapahit berencana menaklukkan Bali. Putri akhirnya tidak sabar lagi.
"Prajurit!, tidakkah bisa urusan itu kita bicarakan nanti" kata Putri merajuk.
Cakra menatap Putri bingung. "Nanti?" Tanya Cakra.
"Iya! Nanti!" Ujar putri. Putri berbalik, masih dalam pangkuan Cakra. Melingkarkan tangannya dileher Cakra. Menatap mata suaminya dalam dalam.
"Terus kalau dibicarakan nanti sekarang kamu ingin membicarakan apa?"
Putri menatap Cakra gemas.
"Semenjak kita pulang dari Sadeng kita jarang ada waktu berdua begini" Putri sudah habis kesabarannya. Jika biasanya Cakra yang nyipok Putri ganti sekarang Putri yang nyipok Cakra duluan. Sentuhan yang lembut. Bener bener Putri menurunkan harga diri. Gimana tidak! Sekelas panglima paling cantik harus mencium Prajurit bawahannya. Hadeh.
Cakra tersenyum menyadari kebodohannya.
Oh" ujar Cakra. "Jadi ini yang kamu maksud "nanti"? Ujar Cakra. Tangannya mencengkram baju Putri yang sudah longgar dari tadi dan menariknya. kebawah dengan penuh penghayatan.

***
Sebenarnya apa tadi yang kamu bicara dengan Cempaka?!" Cakradara menyelidik.
"Eh ... Bukan apa apa" jawab Putri gugup. Dia baru saja keluar dari kamar mandi. Mengeringkan rambutnya yang basah.
"Benarkah?".
Benar..
"Ga bohong?"
"Gak!"
"Yakin?"
"Yakin dong!" Putri siap siap mau ngambek. Itu satu satunya jalan biar Cakra tidak mendesaknya untuk berkata jujur.
"Tidak bicara yang aneh aneh?" Cakra terus menuntut.
"Beneran! Aku tidak bicara aneh aneh! aku tidak membicarakan urusan ranjang dengan Cempaaa..." Putri buru menutup mulut karena keceplosan bicara.
Cakra menatap masam Istrinya itu. Jelas Putri baru saja tanpa sengaja mengaku.
"Kalau gitu perjanjian kita batal" ujar Cakra kesal.
Cakra memang merasakan keanehan dengan cara Putri bercinta. Mungkin diajari Cempaka.
"Enak aja! Kan kamu yang berjanji, bukan aku!?" Putri tidak mau kalah. Putri buru buru bersikap genit ketika melihat jejak kemarahan di mata Cakra.
"Bukankah kamu ingin aku cepat hamil?, Cempaka yang mengajariku" Putri tersenyum malu. Cakradara mengerucut bibirnya alias manyun. Masih kesal.
"Sebenarnya aku tidak minta diajarin, Cempaka sendiri tuh yang cerita! Cempaka bener bener dah..." sambung Putri. Dasar Putri! demi tidak kena amuk Cakra, dia menyalahkan Cempaka. Padahal sebenarnya dia yang minta diajarin Cempaka.
Cakra masih tetap diam.
"Cakra... Bujuk Putri. "Kertawardhana!" Kali ini Putri memanggil nama Cakra dengan nama yang lainya.
Cakra sedikit bereaksi, tapi buru buru pasang wajah datar.
"Sayang" Cakra tak bergeming.
"Jadi bagaimana rasanya aku membicarakan urusan ranjang dengan orang lain?. Kesel kan?." Sekarang Putri beralih setrategi dengan menyerang Cakra. Seolah Putri ingin bilang 'kamu duluan yang mulai'.
Iya! Menyerang adalah strategi bertahan terbaik.
Cakra mendesah. Percuma dia berdebat dengan Putri. Ujungnya Putri malah ngeggas kalau udah terdesak.
"Apa saja yang diajarkan Cempaka?" akhirnya Cakra mengalah. Putri tersenyum malu-malu. "Tidak bisa di omongin. Nanti malam kita praktekkan lagi" Putri memeluk lengan Cakra dengan manja.
"Jangan membicarakan urusan seperti itu lagi dengan orang lain"
Putri hanya tersenyum malu. Dia tidak berani berjanji, karena dia masih mau belajar dari Cempaka.
"Dan ingat! Jangan sering sering ketemu Cempaka!".
"Cakra! Cempaka itu sahabatmu, kenapa aku tidak boleh bertemu dengannya? Aku juga menganggap dia sahabatku kok!". Putri mencoba membantah.
Ternyata benar dari jaman dulu wanita selalu ingin menang sendiri itu sudah ada.
Cakra memilih mengabaikan Putri. Dia ingin tidur siang. Cakra capek.
Akhirnya Putri ikut ikutan tidur dusamping Cakra. Putri sedikit mendongak menatap wajah Cakra yang masih terlihat masam. Dimata Putri wajah masam Cakra bikin gemes.
Puteri emang gitu orangnya..

Singgasana Untuk Sang Putri TAMAT√ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang