Bersiap Ditenggelamkan!!

134 11 9
                                    

Padepokan Begawan Agung Seda semakin ramai saja. Sekitar seribu pasukan Bali bermarkas di sana dan dihutan sepanjang pinggir pantai membentang hingga pantai Sanur. Ditambah seratus pasukan Bhayangkara pengawal Putri dan Cakra. Selain mengawal Putri, keberadaan bayangkara bertujuan untuk berkoordinasi dengan pasukan Putri Niluh. Supaya pendaratan Armada Gajahmada dan Arya damar bisa lancar tanpa hambatan. Jadi beberapa prajurit ada yang menyamar sebagai nelayan hingga menjadi penghubung kedatangan pasukan Majapahit dan pasukan Putri Niluh.

***
Cakra celingukan mencari istrinya yang menghilang entah kemana. Pun kedua adiknya Ana dan Wiratama. Gurunya mungkin sedang bersemedi. Karena biasanya jika sore sang guru bersemedi menjelang malam.
Cakra memutuskan berjalan menyusuri pantai ketika pandangan matanya tertuju pada dua orang yang asik berbincang. Cakra kaget! Bukan cara mereka berbicara yang bikin Cakra kaget. Namun mereka berdua tampak duduk berdekatan tanpa malu malu. Asik memandang matahari sore yang merambat turun. Cakra mendekat dengan kesal.
"Sialan!!! Kapan kalian mulai berpacaran?!"
Anna dan Wiratama sontak menoleh. Wiratama secara naluriah cepat cepat menggeser duduk nya agak jauh dari Ana. Walaupun Wiratama tidak tau artinya pacar.
"Siapa yang pacaran?" Ana menyangkal.
"Dia tuh yang duduk dekat deket aku" jawab Ana.
"Tutup mulutmu!. Wirat? Apa mau kamu aku hajar?!!!. Cakra mengangkat telapak tangannya. Siap siap menempeleng Wiratama.
"Kak Cakra.... Kenapa begitu menghawatirkan kami?. Bahkan kami baru saja bersimpati dengan nasib kak Cakra nanti" ujar Ana cepat cepat.
Cakra menatap Ana dengan pandangan heran dan bertanya.
Wiratama menarik nafas lega.
"Hah.."
Untunglah...
"Apa maksudmu?" Tanya Cakra pada Ana.
"Saat ini Gusti putri Tribuana sedang menemui Tuan Putri Niluh" Wiratama yang menjawab. Jika Cakra tadi terkejut melihat Ana dan Wiratama duduk berduaan, sekarang Cakra jauh lebih kaget.
"Hah!!! Seriusan?!"
"Bener! Mungkin saat ini mereka sedang gelut dan wasitnya begawan Seda" jawab Ana.
"Taruhan aku jago kak Putri" ujar Ana pada Wiratama dengan santai.
"Aku milih Niluh" jawab Wiratama.
Cakra menatap kedua adiknya itu tidak percaya. "Adik adik macam apa kalian!" Tapi Cakra tidak punya waktu untuk marah.
"Dimana mereka?!" Ana menunjuk kearah barat. Cakra langsung tancap gas menuju telunjuk Ana dengan agak kawatir.

Sial.. kenapa untuk urusan begituan putri gercep banget. Baru juga datang belum genap setengah hari sudah mencari Niluh?'

Dari kejauhan Cakra melihat gurunya begawan Seda berjalan menyusuri pantai dengan seorang cantrik.

"Guru" sapa Cakra ketika sudah dekat. Seraya memberikan hormat.
"Kamu tampak tergesa?" Tanya sang guru.
"Iya guru... Apa Tuan Putri Tribuana bersama Jegeg... Eh maksudku Niluh" Cakra kebiasaan memanggil Niluh Jegeg. Padahal Cakra sudah pernah baca dalam kitab asmara bahwa pantang bagi seorang laki laki memanggil cantik pada wanita lain selain istrinya. Masalahnya adalah, dulu Cakra tidak tau jika Jegeg artinya cantik. Jadi Cakra ikut ikutan memanggil Niluh Jegeg. Seperti gurunya yang biasa memanggil Niluh Jegeg
"Bener..." Ujar sang guru. Tersenyum penuh arti kepada murid kesayangan_nya itu.
"Pantesan kamu menolak Jegeg." Kata sang guru. Jelas Begawan Seda juga mengakui kecantikan Putri Raden Wijaya. Adik seperguruannya dahulu.
"Maaf guru, saya harus menyusul mereka" Cakra mohon ijin. Tidak ada waktu untuk berbasis basi dengan gurunya itu. Guru Seda tersenyum.
"Susulah mereka. Aku kawatir mereka saling Jambak" guru Seda terkekeh kecil. Kemudian melangkah meninggalkan Cakra.
Bisa saja guru Seda bercanda disaat Cakra panik.

***
Sama seperti Ana dan Wiratama. Putri Tribuana sedang duduk santai memandang ombak yang bergelung gelung. Sementara disampingnya Putri Niluh duduk dengan agak canggung.
Putri dengan halus berhasil memaksa Niluh untuk menemani duduk santai setelah begawan Seda mohon ijin untuk bersemedi.

Putri menoleh ketika merasakan kedatangan Cakra.
Hati Niluh rasanya deg deg gan gak karuan ketika melihat Raden Cakra. Dia sangat merindukan Cakra. Sangat rindu. Namun apa daya. Orang yang dia rindukan memang datang. Namun Niluh tau, Cakra datang bukan untuknya. Tapi untuk Putri Tribuana. Dulu Cakra pergi demi Tribuana. Dan sekarang datang juga demi Tribuana. Hati Niluh terasa gimanaaaa gitu. Niluh merasa menjadi pecundang. Dan saat ini pemenangnya sedang duduk disampingnya.
Ingin rasanya Niluh berubah jadi kerang laut atau apapun itu hingga dia bisa kabur menyelam ke dasar samudra didepannya. Hingga tidak pernah muncul lagi.

Niluh segera membuang rasa deg degan dihatinya. Berdiri dengan tegar menyambut Cakra.
"Kanda Cakra" Putri tersenyum manis. Menarik tangan suaminya untuk lebih dekat.
"Raden"..... Setelah mengumpulkan segenap kekuatan jiwanya Niluh menyapa.
"Kapan Raden datang?" Tanya Niluh basa basi.
"Jeg...eh Niluh... kami baru datang. Bagaimana kabarmu?" Tanya Cakra datar. Tersenyum ramah kepada adik seperguruannya itu.
Kemudian beralih menatap istrinya.

Cakra dalam hati.

Alhamdulillah... tidak terjadi apa apa.

Tersenyum kepada putri.
"dinda aku mencarimu".
Sebuah kata biasa sebenarnya. Tapi cukup membuat hati Niluh terasa terenyuh.
"Kalian sudah saling mengenal?" Tanya Cakra kepada kedua wanita dihadapannya tersebut.
"Putri mengangguk. Kebetulan aku sedang ingin melihat pantai dengan Ana dan Wiratama. Kemudian begawan guru menyusul kami dan kami bertemu dengan "Jegeg" Niluh".

Putri sedikit menekan kata Jegeg. Karena tadi dia tau Cakra juga mau memanggil Niluh dengan Jegeg namun urung dilakukan karena ada dirinya.
"Oh ya dimana Wiratama dan Ana?" Putri mencairkan suasana.
Bersamaan dengan itu telihat Wiratama dan Ana berjalan beriringan.
Cakra menatap kesal kedua adiknya yang "durhaka" itu. Sudah berani diam diam berpacaran dibelakangnya sekarang malah berani beraninya bikin taruhan Putri dengan Niluh.
Cakra menimbang nimbang siapa antara Ana dan Wiratama yang akan dia tenggelamkan dahulu. Mumpung air laut mulai pasang.

Padahal Cakra tidak sadar. Diam diam, Putri juga berfikir siapa yang pertama dia tenggelamkan?. Cakra atau Niluh? Berani beraninya Cakra manggil Jegeg kepada Niluh. Putri baru saja tau arti Jegeg karena penasaran guru Seda tadi memanggilnya Jegeg.
Putri sengaja ikut ikutan memancing dengan memanggil Niluh Jegeg. Namun Niluh tampak malu dan bersikeras untuk dipanggil Niluh saja.
"Tuan Putri, kamu jauh lebih Jegeg... Tutur Niluh. Putri menatapnya penasaran.
"Cantik" ucap Niluh. Menjawab rasa penasaran Putri.
Sementara itu ombak mulai datang bergelung gelung..
__________
Vote dan komentarnya kakak..
Biar author semangat..😁

Singgasana Untuk Sang Putri TAMAT√ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang