"Apa kamu menyukai Ana?!" Tanya Cakra pada Adiknya.
Hari ini Wiratama tertangkap basah diam diam memandang Ana yang sedang berlatih bertarung dengan Putri."Aku hanya melihat Gusti Putri dan Ana berlatih, apa itu artinya aku harus menyukai gadis sableng itu?!" Wiratama berkilah.
Cakra kesel dengan jawaban adiknya itu. Dipukulnya belakang kepala Wiratama."Dasar bodoh! Apa kamu pikir kamu bisa berbohong padaku?.
Ingat! Kamu itu adikku, Ana adikku mudah saja bagiku untuk tau betapa bodohnya kamu berpura pura!" Sungut Cakra."Aku hanya penasaran dunia masa depan. Dan aku merasa beruntung bisa melihat langsung orang yang datang dari masa depan." Wiratama masih mencoba berkilah.
"Kamu tau! Ana adikku satu satunya....eh maksudku adikku satu satunya dari masa depan.
Jangan sampai kamu jatuh cinta padanya. Aku tidak akan pernah merestuimu!""Kenapa begitu?" Sergah Wiratama.
"Meskipun kamu manusia, Ana juga manusia, tapi kalian berasal dari dunia yang berbeda!. Ana harus kembali kemasa depan. Mama! ibuku dimasa depan hanya punya Ana seorang, aku tidak mau mama kehilangan Ana" suara Cakra aga bergetar ketika menyebut mama. Rasa sakitnya dalem banget. Perasaan sedih dan rasa rindu yang tidak bisa digambarkan.
Seandainya dia punya punya kemampuan untuk bisa kemasa depan?.
"Mungkin aku harus cepat cepat mengusir Ana supaya kamu tidak semakin menyukai Ana"
Wiratama sedikit kaget dengan perkataan Cakra."Hanya bercanda" Cakra tertawa kecil. Menikmati wajah kosong Wiratama.
"Ngakunya tidak suka! Manggilnya gadis sableng! Tapi ujung ujungnya kesemsem!" Goda Cakra. Wajah Wiratama merah padam karena malu."Tapi serius! Buang perasaan kamu itu. Kalian sama sama adikku, walaupun lain ayah lain ibu" Cakra sendiri bingung bagaimana konsep seorang Adik tapi lain ayah lain ibu. Padahal sama sama adik kandung.
Mungkin ini yang dinamakan adik ketemu gede.
"Kang mas ... Tuan Putri Ni Luh Saraswati nitip salam buat kang mas" Wiratama mengalihkan pembicaraan.
"Jegeg Ni luh²?" Cakra teralihkan.
"Wah kangmas memanggilnya jegeg?"ada nada meledek dan senyum jahil."Itu karena guru begawan memanggilnya Jegeg!" Dengan panik Cakra melirik Putri.
Untung Putri sedang sibuk bertarung dengan Ana.
Wiratama tertawa sumringah. Setelah dipermalukan Cakra soal Ana, sekarang dia diatas angin setelah mengetahui sedikit rahasia Cakra.
"Ternyata kang mas takut dengan Gusti Putri" Wiratama tertawa pelan takut terdengar Putri."Tutup mulutmu! Itulah yang dinamakan menghargai perasaan istri!. Ngomong ngomong bagaimana kabar Niluh? Apa dia baik baik saja?"
"Gusti Niluh sekarang semakin pesat ilmu Kanuragannya. Secara lahir dia baik baik saja, tapi secara batin saya tau hatinya memendam kegetiran hidup. Setelah kepergian kang mas, ayah handanya digulingkan sepupunya dengan bantuan orang orang timor. Bagaimana kang mas bisa bertanya dia baik baik saja?" Ada nada menyalahkan dalam ucapan Wiratama.
"Aku hanya sebatas menganggap dia adik, dia juga tau itu." Cakra membela diri.
"Kasihan dia! Saya dengar Gusti Putri ahli dalam ilmu pedang? Sangat berbahaya jika Gusti Putri Tribuana bertemu Gusti Putri Ni Luh. Apalagi jika dia tahu kangmas dulu kekasih Gusti Niluh..._ Aku tidak pernah jadi kekasih Ni Luh!" Cepat cepat Cakra membantah.
"Aku hanya mengikuti perintah guru begawan seda untuk melatihnya." Sambung Cakra."Yah! Meskipun begitu saya tau Gusti Niluh sangat mencintai kang mas, pasti perasaan Gusti Niluh saat ini merasa jika Gusti Putri Trbuana telah merebut kang mas darinya. Aku tidak sabar ingin melihat Gusti Putri Tribuana bertemu Gusti Putri Niluh he he he.." seneng sekali Wiratama berhasil membuat Cakra gusar. "Sepertinya mereka lawan yang seimbang" lanjut Wiratama.
"Mereka bukan musuh. Tidak ada alasan untuk bertarung. Lagian kedatangan Majapahit untuk membantunya kembali merebut kekuasaan Ayahandanya. Meskipun nanti Bali harus tunduk dalam kekuasaan Majapahit, namun Ayahanda tidak akan kehilangan gelar Raja Bali!"
Meskipun dongkol dengan Wiratama, mau tidak mau Cakra memikirkan itu.
"Dua wanita Cantik. Sama sama Putri Raja. Menyenangkan sekali jika bisa mendapatkan keduanya" pikiran normal seorang laki laki.
Cakra buru buru menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran "sesat" itu. Ni Luh memang cantik tapi dihati Cakra sudah ada Putri yang jauh lebih cantik.
"Aku yang melatih pedang Niluh, harus aku akui aku lebih kuat daripada Putri, tapi kemampuan pedang Putri jauh lebih hebat dariku. Bukanya meremehkan Niluh, tapi aku tidak yakin Niluh lawan yang seimbang dengan Putri" ujar Cakra."Saat ini seluruh pendekar aliran hitam berpihak kepada raja yang baru. Sedangkan pendekar aliran putih lebih banyak bersikap tidak berpihak" ujar Wiratama prihatin.
"Dari dulu hingga jaman maju tetap seperti itu. Dunia tidak pernah kekurangan orang hebat. Namun sayangnya orang hebat itu memilih menyembunyikan kehebatannya dan orang orang tolol dan sesatlah yang jadi harapan rakyat. Hingga rakyat disesatkan.
"Orang orang baik itu memilih bersemedi asik menjadi biksu wiku dan orang orang suci lainya. Disembah oleh pengikutnya, menikmati gelar suci mereka tanpa sadar ada kezaliman disekitar mereka" Cakra begitu geram memikirkan betapa egoisnya orang orang ahli agama itu."Saat ini para Prajurit setia Ayahanda Ni Luh menghimpun kekuatan di hutan Sanur dekat pantai keramas." Kata Wiratama.
"Itu bagus, jadi ketika Armada Majapahit mendekati pantai pasukan musuh pasti menyambut. Tugas pasukan Ni Luh adalah memecah kekuatan Pasukan Timor sehingga Armada laut Majapahit bisa merapat di pantai tanpa ada hambatan berarti.
"Siapa itu ni Luh" Putri mendekat bersama Ana.
"Eh Putri... Bukan siapa siapa, dia Mungkin yang memimpin pasukan yang setia pada Raja yang dulu. Saat ini dalam perlindungan guru begawan Seda. Jawab Cakra rada gugup.
Wiratama pura pura batuk untuk menyamarkan tawarnya.
"Wah sepertinya kak Cakra kenal akrab ya dengan Ni Luh?" Ana memang paling bisa mancing masalah.
"Tutup mulutmu" ujar Cakra ketus.
"Dia kekasih Wiratama! Bukan begitukan Wirat?!" Tatapan mata Cakra mengintimidasi."Eh.. sebenarnya saya yang suka dengan Gusti Niluh... Tapi Gusti Niluh sepertinya tidak suka dengan saya" Wiratama benar-benar menyumpah dalam hati.
Dasar kang mas sialan! Dia yang takut kenapa aku yang dia jadikan umpan?!
"Siapa dia?" Putri bertanya dingin.
"Putri Raja Gede suwadana Gusti Putri." Jawab Wiratama."Oh" ucap Putri dingin.
_____________
² jegeg bahasa Bali yang artinya Cantik.Vote dan komen ya KK..biar sy semangat nulisnya 😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Singgasana Untuk Sang Putri TAMAT√
Fiksi SejarahSetelah resmi menjadi suami istri ternyata ada aja masalah yang dihadapi Cakra dan Tribuana. Kali ini dalam pengembaraannya menikmati bulan madu seorang penguasa wanita muda dari kadipaten Sadeng jatuh hati pada Cakra. Terus bagaimana sikap Tribua...