Tidak ada ampun

107 14 2
                                    

Diperbatasan Kota Praja Bendulu.

Sekitar tiga puluh Orang berkuda dengan cepat kearah perkemahan pasukan Majapahit.
Melihat gelagat buruk para tamu, segera para prajurit mengepung.
Terlihat jelas mereka tidak mempunyai niat yang baik. Separuh dari mereka adalah orang orang bermata sipit. Ciri khas orang Timor. Beberapa lainya terlihat seperti para pendekar dari aliran Selatan. Semua orang tau perguruan aliran Selatan adalah kaki tangan penjajah. Ada satu wanita yang terlihat mencolok dari rombongan orang orang itu. Dia sepertinya orang yang berpangkat dan memimpin lima belas lelaki yang bermata sipit itu.
Dia tidak mengambil posisi didepan. Tapi ditengah tengah rombong. Yang terdepan adalah lima belas laki dari aliran Selatan.

Mereka menatap congkak kearah para pengepung.
"Hai para begundal! mana para Senopati dan pimpinan kalian! kami para pendekar aliran Selatan ingin beradu tanding dengan mereka. Jangan sembunyi kalian! dasar pengecut!!" Seorang yang paling tua dan mungkin guru mereka koar koar. Berteriak lantang. Didalam kemah Putri yang sedang terlibat pembicaraan dengan para Senopati dan perwira terkejut dengan ribut ribut diluar.
Segera mereka bangkit berdiri.
"Tuan Putri... Raden... tetap didalam. Biarkan kami yang menghadapi para perusuh itu" lembu Peteng selaku perwira Bayangkara mencegah Putri keluar. Pun juga Cakra.
Putri mengabaikan perkataan lembu Peteng. Bangkit berdiri namun tangannya ditangkap Cakra.
"Putri... setidaknya beri penghormatan kepada Bayangkara untuk menjalankan tugasnya" nasehat Cakra.
Akhirnya Putri nurut dengan Cakra.
"Lembu Peteng bawa anak buahmu, segera beritahu kami ada apa diluar" perintah Cakra.
"Baik Gusti" lembu Peteng segera keluar bersama prajurit Bayangkara. Memeriksa keributan diluar.
Tidak beberapa lama seorang prajurit Bayangkara menghadap.
"Ampun Gusti diluar ada sekelompok orang dari aliran Selatan dan penjajah Timor bikin onar." Lapor siprajurit.
Saat ini mereka sedang bertarung dengan para prajurit.
"Sial!" Cakra mengumpat pelan.
Suruh Bayangkara mundur! Siapkan pasukan panah!." Perintah tegas Cakra. Padahal Putri selaku sang Panglima tidak memutuskan apa apa. Setidaknya belum memutuskan.
Putri ingin membantah Cakra. Namun membantah Cakra didepan para prajurit dan perwira sepertinya tidak elok.
Putri berharap bisa tau tujuan mereka bikin onar di kemah Majapahit.
"Mereka hanya sekumpulan pendekar yang ingin sok jago! Tidak perlu kamu tanggapi!" Ucap Cakra. Dia tau apa yang dikehendaki Putri. Tapi Cakra lebih berfikir praktis. Mereka musuh dan mereka harus mampus.
Putri akhirnya bisa menerima keputusan Cakra.
*Baiklah kanda... ayo"
Didepan kemah,  dijarak sekitar Lima puluh meter, terlihat pertarungan sengit para perusuh dan para prajurit. Jelas mereka adalah orang-orang pilihan dan pendekar. Beberapa prajurit tumbang. Namun sesuai arahan Cakra pasukan yang dipimpin lembu peteng mundur. Gelak tawa para perusuh menggelar di area pertarungan. Menertawakan prajurit Majapahit yang mundur. Namun tawa mereka segera terhenti ketika sepasukan panah berjejer siap memanah. Tinggal tunggu aba aba Cakra.
"Oh jadi ini nyali orang orang majapa...." Belum sempat ketua mereka menyelesaikan ucapannya ratusan anak panah melesat kearah mereka. Mereka panik dan bertumbangan.

"Ini perang bung!" Ucap Cakra menirukan adegan film dimasa depan yang dia tonton. Mungkin Rambo?.

Para pasukan panah pertama segera mundur untuk mengisi anak panah lagi diganti pasukan kedua di barisan belakang selagi pasukan panah pertama mengisi ulang panahnya.

Suasana hening sesaat.
Namun tiba tiba dari tumpukan mayat para perusuh bangkit beberapa orang. Ternyata mereka bergerak cepat tiarap dan menjadikan teman teman mereka sebagai tameng. Ada sekitar sepuluh orang yang lolos dari anak panah.
Mereka menatap sekeliling dengan marah.
"Jadi ini cara kalian! Licik sekali!" siketua meludah di tanah dengan marah melihat teman temannya terbunuh.
"Cakra kita hadapi mereka. Sepertinya mereka layak mati ditangan kita" Putri tampak bersemangat. Pandangan matanya tertuju pada satu satunya wanita bermata sipit yang masih tersisa.
"Apapun tujuan mereka jangan bunuh semua. Sisakan satu atau dua untuk peringatan kepada Panglima mereka" saran Cakra.
Putri mengangguk.
Putri dan segenap perwira tetap berdiri tegak. Sama sekali tidak tertarik untuk mendekat kearah para perusuh. Sepertinya para perusuh yang tersisa keki sendiri dicuekin Putri dan Cakra. Akhirnya mereka sendiri yang maju ke depan. Karena capek jika terus teriak teriak. Jarak sepuluh langkah mereka berdiri. Dengan cepat puluhan juru panah mengambil tempat di depan Putri. Melindungi. Putri mengangkat tangannya tanda mereka minggir. Memberi ruang untuk Putri supaya bisa melihat para musuh.
Para musuh terdiam sejenak. Masing masing menilai lawan mereka. Putri Segera menyerap kekuatan apa yang ada dalam diri musuh mereka. Yang terkuat adalah yang paling tua.
Mereka saling tatap.
"Siapa pimpin kalian?! Sini aku tantang kalian! Teriak situa bangka.
"Dia bagianku" bisik Cakra pada Putri. Putri mengangguk.
"Bagaimana dengan wanita itu?" Tanya Cakra masih berbisik.
Putri mendengus seperti kesal.
"B aja... Ga ada cantik cantiknya cuman menang sipit aja" jawab Putri kesal.
Cakra menatap Putri putus asa.
"Maksudku kekuatannya!" Jelas Cakra.
"Biasa aja ... dia cuman sok sok-an keren".
Biar dihadapi lembu peteng. Aku lagi males bertarung." Jawab Putri.
"Baguslah" ucap Cakra.
"Biarkan dia hidup... Niluh akan senang jika bisa bertarung dengannya" perintah Putri.
"Hei! ... Kami berbicara dengan kalian!" Sentak situa Bangka karena ngomong tapi ga ditanggepin Putri dan para perwira disekelilingnya.
"Ah bacot!" Teriak Cakra Langsung meloncat ke depan menyerang situa Bangka.
Trang!!! Pedang mereka beradu. Cakra menyambar salah satu pedang perwira disampingnya. Dengan gerakan menyilang Cakra menangkis serangan situa bangka.
"Lembu peteng dan kalian... habisi mereka sisakan dua orang. Biarkan wanita itu hidup!."
"Baik Gusti!" Segera pertarungan pecah sepuluh orang melawan prajurit perwira Majapahit termasuk Cakra. Putri hanya menonton bersama para prajurit yang tetap waspada disekelilingnya. Pasukan panah sama sekali tidak mengendorkan kesiagaan mereka.
________________
Vote dan komen ya KK...😁

Singgasana Untuk Sang Putri TAMAT√ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang