"Sayang aku kangen banget...kangen banget ...kangen banget " Putri terus bergumam sambil menghujami Cakra dengan ciuman-ciuman gemas.
Membuat Cakra kuwalahan.
"Setidaknya mandi dulu sana! tubuhmu bau kuda!" Cakra meledek istrinya yang pagi pagi sekali sudah sampai di Krambit.
Putri tertawa kecil, menarik diri dan mengendus tubuhnya sendiri.
"Masak sih?" Putri penasaran.
Cakra pura pura menutupi hidung, padahal menutupi senyumnya.
Putri menatapnya gemas. Kembali nyosor suaminya tersebut. Hingga akhirnya ditutup dengan adegan 'beradu mulut'.
Putri menatap manja Cakra. Tidak mengatakan sesuatu. Tapi jelas jejak kerinduan dimata mereka terlihat nyata. Sayang sekali ini masih agak pagi, bentar lagi mereka akan menemui Adipati Anom dan Shima. Jadi untuk adegan dewasanya di tunda dulu."Apa perlu aku mandiin?" gurau Cakra. Mengingat kehidupan seorang Putri yang sebelum menikah ketika diistana memang mandinya dimandiin para Dayang.
Putri mengulas senyum, buru buru mengangguk.
Cakra jadi nyesal.Alamat adegan dewasa terjadi dikamar mandi nih.
Dengan enteng Cakra membopong tubuh Putri. Putri tertawa ngikik. Untung kamar mandi ada didalam, jadi aman lah.
***
"Maaf Gusti kami terlambat menghadap" kerta melirik Cakra seolah olah bilang:
'ini gara gara kamu!'.
Padahal jelas jelas tadi Putri yang mancing Cakra."Oh tidak apa apa, aku tau Kerta baru saja datang jadi dia capek" Gusti Anom memaklumi.
Saat ini Cakra dan Kerta sudah menghadap Adipati Anom. Disana segenap Panglima, Senopati dan pengawal hadir, tentu saja ada Shima disana. Saat ini kehadiran Cakra dan Kerta lebih diwaspadai. Hal ini dikarenakan Kerta sudah dari Istana Majapahit. Tidak ada yang bisa menjamin Kerta malah membocorkan rahasia kekuatan Sadeng. Untuk itu Adipati Anom dan segenap jajaran lebih memilih datang ke Istana Krambit daripada bertemu Cakra dan Kerta di Kotapraja Sadeng.
"Kerta? bagaimana hasil lawatan mu ke Trowulan?" Adipati Anom langsung ke inti pertanyaan.
Putri segera memberikan surat Raden Samba. Isinya kurang lebih menanyakan seberapa kuat Sadeng dalam menyiapkan peperangan. Majapahit adalah kekuatan besar, Raden Samba tidak mau mati sia sia. Raden Samba juga menanyakan jabatan apa yang bisa diberikan Sadeng jika dia bergabung. Mengingat jabatan tertinggi seorang prajurit adalah Panglima Agung. Sedangkan tidak mungkin jabatan setinggi itu diberikan kepada Samba yang seorang penghianat Majapahit.
Intinya, Raden samba masih menahan diri, tapi dia berjanji untuk diam karena mengingat Cakra dan Kerta menjadi Prajurit disana.
"Kurang ajar!!" Teriak Adipati Anom. Semua terkejut. Cakra dan Putri sudah menduga."Sepertinya saudaramu itu jual mahal! dia masih enggan untuk bergabung, terpaksa kalian aku tahan disini!"
"Gusti, sepertinya situasinya rumit, tidak mungkin jika saya menjadi Prajurit dan berhadapan dengan Raden Samba nanti, biarlah kami keluar dari situasi ini dan kembali mengembara sesuka hati tanpa berpihak kubu manapun" usul Cakra.
"Kakang Cakra...?" Ratu Shima ingin mengucapkan sesuatu tapi pandangan Ayahnya yang tajam membuat bungkam."Ayah, bukankah isi surat ini bukan sebuah penolakan? Aku yakin kita bisa membujuknya" kata Shima setelah membaca surat Raden samba.
"Apa kalian pikir kalian bisa pergi bebas dari sini setelah kalian datang dari Majapahit?" Seorang yang sepertinya berpangkat Panglima menyeringai menatap kerta dan Cakra. Cakra yang tenang terusik mendengar ucapan Panglima tersebut.
"Apapun yang kamu pikirkan coba saja lakukan aku dengan senang hati akan menghabisi mu" Cakra berkata dingin."Lancang sekali mulutmu anak muda!!" Si Panglima mencabut pedang.
"Cukup!" Adipati Anom menengahi.
"Sepertinya membujuk Raden Samba butuh waktu lama. Kita tidak punya banyak waktu.
Sekarang aku ijinkan kalian undur diri, sedang kami akan membicarakan masalah ini.
Dengan pengawalan ketat Cakra dan Kerta kembali ke rumah tamu. Bedanya sekarang gerak gerik mereka diawasi dengan ketat.
Putri mendengus.
"Sepertinya kita harus keluar dengan kekerasan" bisik Putri sambil berjalan.
"Tidak juga, aku tau jalan untuk keluar dari tempat ini dengan mudah." jawab Cakra.
"Kemarin waktu jalan-jalan dengan Sima ditaman tanpa sengaja dia menunjukkan jalan keluar dari istana ini tanpa penjagaan dan langsung tembus hutan"
Putri berhenti mendadak."Apa?!! Jalan-jalan berduaan dengan Sima ditaman?!!"
Aduh salah ngomong lagi..
"Sssstt".. Cakra menoleh Prajurit yang mengawal mereka.
Putri berjalan dengan menghentakkan kaki."Urusan kita belum selesai!!"
Cakra berjalan dengan cepat menyusul Putri yang marah. Menggelengkan kepala.'Dalam situasi seperti ini masih sempat sempatnya cemburu'
***
Malam ini harusnya jadi malam yang panas bagi Cakra dan Putri. Maklum hampir seminggu mereka tidak begituan. Tadi pagi mereka agak buru buru jadi belum puas. Tapi Putri keburu ngambek duluan. Putri seharian menutup wajahnya dengan bantal dan mengabaikan Cakra.
Padahal mereka harus merencanakan untuk kabur malam ini. Tujuan mereka boleh dibilang berhasil. Majapahit juga sudah menyiapkan sepasukan penyusup Bayangkara. Kali ini Gajahmada tidak ikut ambil bagian. Misi dipimpin Raden Samba. Karena Majapahit hanya ingin melemahkan mental Prajurit Sadeng. Mereka akan menculik beberapa tokoh kunci Sadeng.
Saat ini disisi Utara sepasukan Majapahit sudah siap siaga menyerbu. Tinggal menunggu aba aba dari panglima perang mereka Tuan Putri. Namun Putri malah masih ngambek dengan urusan cinta.Membayangkan Cakra berduaan dengan Sima ditaman benar benar membuat panas hati Putri.
Cakra duduk disamping ranjang membujuk Putri seharian. Tapi Putri tak bergeming.Emang enak dicuekin!
batin Putri."Putri,... kita berantemnya dilanjut nanti, lebih baik kita keluar dari sini, aku tunjukkan jalanya" bujuk Cakra.
Putri menghentakkan kakinya yang tertutup selimut.
"Tidak Sudi aku lewat jalan yang kamu tunjukkan, aku sudah tau jalanku sendiri" kata Putri ketus. Kemudian bangun dari tidur. Duduk sejajar dengan Cakra."Benarkah?" Cakra meragukan ucapan Putri.
"Dari Taman bunga lurus sampai taman obat, belok kiri ke Utara itu akan tembus hutan. Disana saat ini Raden Samba sudah menunggu dengan pasukannya" terang Putri.
Cakra melongo. Ternyata rencana Putri sudah sejauh itu dan lebih tau detail pelarian mereka.
"Prajurit macam apa kamu? Panglima udah menyelidik kesana sini kamu masih molor!" gerutu Putri sambil bawa bawa pangkat.
Cakra tersenyum malu.
Sebenarnya Putri sedang ngomel sebagai seorang istri apa sebagai seorang Panglima? Cakra bingung.
"Jangan senyum! aku masih marah!"'iya iyaaaa, saya siap salah Panglima, aku pikir dengan mendekati Sima bisa membantu kamu"
Putri mendengus kesal.
"Baru ditinggal lima hari udah berani deketin wanita lain! pake alasan membantu lagi?! apa aku kurang cantik?! kurang seksi?! Kurang mulus?! kurang sayang?! Kurang memuaskan?! Kurang muda?!"
"Sssstt ... Cakra memenangkan Putri yang mulai ngomel kemana mana, mengecup cepat bibir istrinya supaya diam.Dasar emak emak!
Walaupun masih muda Putri kan sudah menikah? jadi wajar saja tingkahnya mirip emak emak.
Akhirnya trik terakhir Cakra manjur juga, Putri diam sambil mengatur nafas. Menenangkan diri, kembali mengumpulkan akal sehatnya.
"Ada empat Prajurit berjaga diluar, kita lumpuhkan tanpa kekerasan supaya kita bisa menyelinap keluar."
Putri mengangguk, hatinya masih dongkol.
Habisnya Cakra sih.... Berani Deket deket wanita lain pas ga ada dia, mau apa aku tenggelamkan di sungai Brantas?!!
batin Putri kesal. Belum puas rasanya dia ngedumel.
Cakra bangkit dari ranjang. Tanpa permisi memberikan cipokan ganas kepada putri. Putri sampai gelagapan. Cukup lama mereka cipokan.
Setelah selesai mengatur nafas Cakra berucap.
"Kita tidak tau setelah ini apa yang akan terjadi, musuh dimana mana. Tuan Putri... terimakasih telah mencintaiku begitu dalam, aku berjanji tidak akan pernah menyia nyiakan cintamu"
Tentu saja ucapan Cakra membuat Putri baper. Wajahnya memerah karena malu dan senang.
"Lain kali permisi dulu" gumam Putri untuk membunyikan salah tingkahnya.
Cakra tersenyum, meraih pedangnya, dan meraih pedang Putri dan diberikan pada istrinya tersebut.
"Kita berangkat!"_______
Vote dan komen ya kakak.. biar author seneng
KAMU SEDANG MEMBACA
Singgasana Untuk Sang Putri TAMAT√
Ficción históricaSetelah resmi menjadi suami istri ternyata ada aja masalah yang dihadapi Cakra dan Tribuana. Kali ini dalam pengembaraannya menikmati bulan madu seorang penguasa wanita muda dari kadipaten Sadeng jatuh hati pada Cakra. Terus bagaimana sikap Tribua...