Hai!! Apa kabar semuanya?
Welcome to my story...
Ini adalah sekuel dari cerita saya Dyah Tribuana Tunggadewi.Jika berkenan baca dulu cerita pertama saya yang berjudul Dyah Tribuana Tunggadewi.
Jika sudah pernah baca baca lagi GP2 karena sudah dalam tahap revisi.Enjoy....
_______________________
"Cakra apa kamu yakin ingin melakukannya disini?" Putri mencoba mengingatkan suaminya yang mulai "kalap".
Saat ini posisi mereka sedang duduk manis didepan perapian yang mereka buat didepan goa. Dalam dekapan Cakra, Putri hanya bisa pasrah ketika tangan Cakra bergerilya kemana mana menyusuri setiap lekuk tubuhnya. Padahal ini di tempat terbuka. Walaupun ini ditengah hutan belantara tapi bercinta di tempat terbuka seperti ini benar benar mengingatkan Putri dengan sepasang Monyet hutan. Ini benar benar memalukan. walaupun tidak ada yang melihat mereka. Tapi mereka kan manusia. Bukan sejenis primata?! mereka adalah manusia yang beradab.
"Sepertinya goa terlalu jauh" Cakra tersenyum jail diantara leher dan telinga Putri.
Putri mendengus masam. Melirik goa yang jelas jelas hanya berjarak lima langkah.
Bagaimanapun juga Cakra menuruti permintaan istrinya tersebut. Membopong dengan ringan tubuh Putri. Putri yang terkejut memekik tertawa, mengalungkan tangannya di leher Cakradara.***
Saat ini mereka berdua sedang menikmati bulan madu mereka yang tertunda hampir setahun.
Iya, tepat dimalam pertama mereka setelah melewati malam yang panas, di pagi hari istana digegerkan dengan kematian Maharaja Jayanegara. Tabib muda yang bernama Tanca telah memberikan ramuan Racun kepada Prabu Jayanegara. Begitu tau jika Tanca telah memberikan Ramuan Racun, dan Raja meninggal seketika, maka Gajahmada yang kebetulan menjaga Raja langsung membunuh Tanca ditempat. Dengan tewasnya Tanca maka kasus kematian Raja ditutup. Karena beredar kabar yang berhembus di lingkungan istana, jika Gusti Prabu Jayanegara telah melecehkan istri Tanca. Semua perbuatan Tanca dianggap sebagai dendam pribadi bukan pemberontakan.
Akhirnya setelah melalui kesepakatan, ditunjuk ibu suri Gayatri atau Rajapadmi sebagai Ratu Majapahit. Sebenarnya semua sepakat jika Dyah Tribuana Tunggadewi yang menjadi Ratu, sedangkan Cakradara sebagai Penasehat Ratu. Bagaimanapun juga keberadaan Cakra yang sebagia menantu tidak otomatis berhak menjadi raja. Kecuali Ratu sendiri yang menyerahkan mahkota kepada Cakra. Mahkota yang dimaksud disini adalah bener bener Mahkota ya? Mahkota raja! bukan Mahkota dalam arti kiasan.
Namun jika Cakra menjadi Raja akan banyak ketidak puasan di antara banyak Kadipaten. Dengan dalih ingin melihat luasnya wilayah kekuasaan Majapahit Dyah Tribuana ingin berkeliling seluruh Wilayah Majapahit bersama Cakra. Padahal aslinya Putri ingin bebas berduaan dengan Cakra kemana saja tanpa ada yang ganggu. Putri emang gitu orangnya. Kalau udah menyangkut Cakra Putri akan melakukan apa saja."Kamu ingin bulan madu kemana?" tanya Cakra waktu.
"Kemana aja asal bersama kamu aku bahagia kok" jawab Putri manja.
Saat ini kepulauan Nusantara masih dipenuhi dengan hutan belantara dan goa.
Seperti malam ini, mereka terjebak di hutan belantara wilayah Sadeng dan bermalam di goa.
Dalam pelukannya, Tribuana terlelap tampak kecapean. Diluar gemertak kayu terbakar api terdengar menenangkan. Sura jangkrik dan burung malam benyanyi bersahutan. Malam masih begitu larut. Tapi Cakra tidak bisa tertidur. Cakra teringat bagaimana kejadian setahun yang lalu. Kejadian dimalam pertama mereka. Bukan tentang Putri yang malu malu mau tapi akhirnya mau terus. hilang malunya tinggal maunya.
Tapi malam pertama yang berdarah. Darah yang tertumpah dikamar Baginda Raja Jayanegara.
Iya! kejadian dikamar baginda Raja Jayanegara.
Untuk semua orang; mungkin percaya. Pembunuhan yang dilakukan Tanca bermotif balas dendam. Tapi Cakra ragu!. Sepertinya ini lebih daripada dendam, tapi ini konspirasi. Yah! walaupun Cakra tidak bisa membuktikan dan jika dia bisa membuktikan dia pasti memilih untuk diam. Karena konspirasi ini yang penting tidak melibatkan istrinya, Dyah Tribuana Tunggadewi. Bahkan konspirasi ini memang bertujuan untuk menaikkan Tahta Istrinya.
Bayangan Cakra tertuju kepada Guru Istrinya, Bibik Panglima Ranggawuni. Mantan panglima yang sangat cerdik.
Sepertinya Tuhan memberikan berkah yang luar biasa kepadanya dan suaminya. Setelah tinggal beberapa bulan bersama dikotapraja, diusia yang boleh dibilang senja dia malah hamil. Itu benar benar diluar dugaan. Sejak saat itu hingga saat ini bibi Ranggawuni menetap di Kota praja.Waktu Ranggawuni pergi ke istana untuk bertemu pamannya Ranggalawe. Ada hal penting yang ingin dia bicarakan dengan pamannya. Sepertinya dari situlah konspirasi mulai dijalankan.
Paman Ranggalawe? bibi Ranggawuni?. Mpu Arya Wiguna muridnya Gajahmada? Semua saling terhubung Entah apa yang mereka rencanakan?. Entahlah, Cakra hanya berani menduga duga.
Cakra memilih mengikuti alur aja. Dia sudah tau akan kemana akhirnya Majapahit?.
Jatuh kepada siapa tahta tersebut?.karena Cakra pernah hidup di masa depan. Masa yang teramat jauh dari masa Majapahit. Dan dia walaupun tidak banyak tapi tau sejarah Majapahit. Dan istrinya tidak lama lagi memang akan naik Tahta. Saat ini Cakra hanya perlu menunggu dan menjaga istrinya.Cakra tersenyum, menatap wajah istrinya yang tertidur pulas kecapean. Membelai berambut Sang istri yang kusut. Rambut Putri adalah rambut terindah yang pernah Cakra lihat. Panjang bergelombang jika digerai. Walaupun Puteri lebih sering menggelung rambutnya jika di istana. Cakra lebih suka melihat rambut Putri yang tergerai apa adanya.
Seolah merasa ada yang memperhatikan, Putri membuka matanya. Masih mengantuk, matanya bertemu pandang dengan mata Cakradara.
Putri bisa merasakan Cakra bermain main dengan rambutnya. Putri sedikit menggeliat, menenggelamkan dirinya semakin menyusup dalam pelukan hangat Cakra.
Dalam kantuknya Putri menyadari bahwa biasanya belain lembut Cakra itu adalah kode "serangan fajar"."Cakra?" bisik Putri disela sela mata yang berat. Sepertinya Putri tidak sanggup meneruskan kata katanya. Selebihnya hanya gumaman tidak jelas.
"Tidurlah, ini masih larut" bisik Cakra.
Kemudian Cakra ikut memejamkan mata. Hingga fajar menyingsing.
___________
Author sangat menghargai jika pembaca mau vote komen dan share cerita ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Singgasana Untuk Sang Putri TAMAT√
Fiksi SejarahSetelah resmi menjadi suami istri ternyata ada aja masalah yang dihadapi Cakra dan Tribuana. Kali ini dalam pengembaraannya menikmati bulan madu seorang penguasa wanita muda dari kadipaten Sadeng jatuh hati pada Cakra. Terus bagaimana sikap Tribua...