Tidak perlu lama lama. Setelah membuat salah satu tetua aliran Selatan babak belur akhirnya Cakra berhasil membuat ketua aliran Selatan tewas. Bahkan Cakra ikut membantu para perwira menghabisi penyerang mereka satu persatu. Tinggal empat orang tersisa termasuk si wanita bermata sipit yang masih bertahan. Aslinya memang sengaja dibiarkan hidup. Beberapa perwira ada yang terluka. Meskipun mereka adalah prajurit terlatih lawan mereka memang bukan lawan yang enteng. Cakra memutuskan mundur.
Sementara lembu peteng masih menyelesaikan pertarungannya.
Tiba tiba Putri melompat masuk ke arena pertarungan.
"Putri!" Cakra berusaha mencegah namun Putri sudah mulai menyerang siwanita bermata sipit.
"Minggir lah!" perintah Putri pada lembu peteng.
Mendapat perintah Putri, lembu peteng segera mundur. Sudut mata Putri melihat dua orang musuh yang datang menyerang dari belakang.
Putri melompat menendang simata sipit namun tubuhnya memutar menebas pedang kebelakang. Sekali tebas dua penyerang langsung roboh.
Si gadis mata sipit terpental jatuh terhuyung huyung mendapat tendangan Putri. Tersisa dua orang yang masih hidup. Si-wanita bermata sipit dan satu orang dari aliran Selatan. Jelas mereka sudah pasrah siap dihabisi para prajurit Majapahit.
Mereka berdiri agak payah. Nafas mereka tersengal. Dengan tenang Putri berdiri tegak dihadapan dua orang perusuh itu yang masih tersisa. Menuding kearah mereka berdua dengan pedangnya.
"Pergilah! Aku bosan melihat kalian! Sengaja kubiarkan kalian hidup supaya bisa bercerita kepada Tuan kamu betapa kuatnya kami! Majapahit!" Segera setelah Putri mengucap Majapahit segenap prajurit meneriakkan yel-yel.
"Hidup Majapahit!! Hidup Majapahit!! Hidup yang mulia Ratu hidup Tuan Putri!! Mereka terus meneriakkan yel-yel penyemangat. Hingga Putri mengangkat tangannya. Kedua musuh yang tersisa saling pandang beringsut mundur.
"Pergilah!!" Putri berteriak lantang. Segera kedua musuh berbalik bersiap untuk mundur.
Putri tampak tidak begitu tertarik dengan musuhnya itu. Bahkan tidak mau repot-repot menanyakan tujuanya bahkan sekedar ingin tau nama mereka.
Ketika mereka mulai berbalik untuk kabur Putri berseru.
"Tunggu!! ....Aku berubah pikiran... Aku ingin hanya satu yang hidup diantara kalian berdua!"
"Putri?" bisik Cakra. Penasaran dengan jalan pikiran panglimanya yang Nyambi jadi istrinya juga.
Kedua orang musuh saling pandang. Jelas terlihat gentar.
Namun tiba tiba....
Si-wanita menikam temanya sendiri yang dari aliran Selatan. Mendapat serangan yang tidak terduga orang tersebut langsung roboh. Menyisakan siwanita sipit yang selamat.
Putri tersenyum sinis.
"Pergilah!"
***
Semua orang kaget dengan tindakan wanita muda tersebut. Tapi Waoza sadar, ini jalan satu satunya dia selamat. Wanita cantik yang sepertinya pemimpin pasukan Timor tau peluang baginya untuk hidup nyaris nol. Ketika wanita cantik bangsawan yang menendangnya tadi ingin salah satu dari mereka berdua mati, besar kemungkinan dia yang dibunuh. Karena dia adalah orang Timor. Orang yang paling dibenci orang Bali dan Majapahit. Jadi jalan satu satunya adalah membunuh temanya sendiri.
Terlebih lagi jika Prajurit wanita cantik yang menendangnya tau jika dia adalah salah satu pemimpin dari pasukan Timor maka tamat sudah riwayatnya.
Wanita pemimpin pasukan Majapahit itu terlihat tenang dingin dan kejam!. Dia mampu membunuh kedua temanya sekaligus bahkan tanpa perlu repot-repot melihat. Yang dia tau wanita itu menyerangnya namun gerakan pedangnya memutar kesamping langsung menebas kedua temanya. Gadis Waoza gentar. Entah siapa dia? dia tidak memperkenankan diri, Juga tidak menanyakan namanya.
Waoza terus memacu kudanya hingga masuk istana.Cantik dan kejam!.
***
Iya... Putri aslinya memang wanita Tegas dingin dan tanpa ampun. Watak seorang Panglima. Jika dia berhati jahat sangat mungkin dia akan mengerikan. Untungnya dia bukan jahat. Dia akan menghukum siapapun yang memang harus dihukum. Untuk itulah dia disegani dan ditakuti bawahannya.
Cakra menatap kecut istrinya. Cakra mungkin tidak begitu pintar seperti Putri dalam bersiasat perang. Tapi Cakra lebih mempunyai sikap lunak. Cakra memang tidak ragu untuk membunuh musuh, tapi jika musuh sudah jelas tidak melawan Cakra pasti akan mengampuni musuhnya.
Cakra tidak mempermasalahkan Putri membunuh dua orang yang menyerangnya karena itu bisa dimaklumi.
"Sebenarnya tadi aku cuman bercanda. Dianya aja yang serius" Putri menjawab protes Cakra yang belum sempat diucapkan.
"Bercanda?"
"Cakra, aku tidak tau kejahatan apa yang mereka lakukan. Tapi aku yakin mereka sudah banyak berbuat kejahatan kepada rakyat. Dan aku sangat berdosa jika membiarkan mereka hidup dan kembali mereka menyengsarakan rakyat, membunuh, menindas dan hal hal keji lainya. Jadi setiap kejahatan yang dia lakukan akan jadi dosaku. Toh bukan aku yang membunuhnya tadi" Terang Putri sok ngustadzah.Bener juga sih
Gumam hati Cakra.Putri manggut-manggut sendiri tanda setuju dengan ucapan-nya sendiri.
Setelah ini mungkin wanita itu akan ketakutan bila bertemu denganmu" gumam Cakra.
"Sudah seharusnya dia takut. Aku tidak butuh rasa hormat dari musuhku"Putri berkata dingin.
Para prajurit segera mengurus tubuh tubuh perusuh yang tewas tadi. Menguburkannya secara layak.***
Hari menjelang sore pasukan gabungan Majapahit sudah mulai berdatangan. Tinggal menunggu pasukan Niluh yang menurut laporan sudah dalam perjalanan. Sepertinya pembebasan Bali tidak lama lagi.______________
Maaf yah part ini full kekerasan dan kekejaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Singgasana Untuk Sang Putri TAMAT√
Fiction HistoriqueSetelah resmi menjadi suami istri ternyata ada aja masalah yang dihadapi Cakra dan Tribuana. Kali ini dalam pengembaraannya menikmati bulan madu seorang penguasa wanita muda dari kadipaten Sadeng jatuh hati pada Cakra. Terus bagaimana sikap Tribua...