Pulang Ke Istana Majapahit

169 18 8
                                    

"Kamu terlihat akrab sekali dengan Sima tadi?" Cakra bertanya sambil lalu ketika mereka sudah bersiap untuk pulang kemajapahit.
Tampak asik mengunyah buah apel.
Putri menatap Cakra lekat lekat. Putri tau Cakra sebenarnya penasaran dengan apa yang tadi dia bicarakan dengan Sima. Tapi Cakra pura pura acuh.  Putri sering merasa gemas dengan sikap Cakra yang perhatian tapi pura pura tidak butuh.
"Bukan apa apa" jawab Putri memancing Cakra.
"Oh" Cakra sambil melanjutkan mengunyah makanannya.
Putri menahan senyum. Berani sumpah pasti Cakra asli penasaran. Apalagi Cakra melihat Adipati Sima  berlutut didepanya.
Putri meraih buah apel dalam genggaman tangan Cakra.
"Manis?"  Putri sambil menimang  nimbang apel yang tinggal separuh itu.
"Aga asem" jawab Cakra.
Putri ingat, dimasa depan ada buah apel besar besar warna merah. Kata Cakra waktu itu apel tersebut tumbuh dinegeri cina. Apelnya sangat manis dan dinginnya seger banget. Soalnya ditaruh didalam  benda yang disebut kulkas.
Putri berbalik, menggigit bagian apel yang tersisa, lalu masuk kedalam kamar. Di ikuti pandangan mata Cakra.
"Kamu tidak mengancamnya_kan?". Cakra sedikit mengencangkan suaranya ketika Putri bersiap membuka pintu kamar.
Putri menoleh, tersenyum kearah Cakra. 
"Kirain ga penasaran?" ujar Putri setengah meledeknya.
Cakra memasang wajah kecut.
"Setidaknya dia baik baik saja" ujar Cakra. Putri tidak menjawab, hanya menjulurkan lidah seolah mengejek.
Cakra mendesah, itu mengingatkannya kepada Anatasya, adiknya di masa depan. Membuat Cakra mengerutkan dahi.
"Putri yang mengerikan"gumam Cakra pelan.  Putri sudah masuk kamar.
Didalam kamar dua orang dayang tampak sibuk mengemas barang barang yang akan dibawa Putri pulang.
"Apakah kalian sudah selesai?" Tanya Putri ketika kedua dayang menghaturkan sembah.
"Sedikit lagi Gusti" jawab salah satu dayang.
"Selesaikanlah"
Kedua dayang segera menyelesaikan beres beresnya setelah "diusir" keluar kamar secara halus oleh Putri.
"Kami mohon diri Gusti" kata sidayang ketika sudah menyelesaikan pekerjaannya.
Putri hanya mengangguk.

Beberapa saat ketika para dayang sudah keluar kamar.

"Caaakra!" Panggil Putri dengan nada manja sambil melongok dari balik pintu.
Cakra yang sedang membaca sesuatu dari buku daun lontar menoleh, menatap Putri. Aga geli dengan gaya genit istrinya.
Tapi Cakra bangkit juga menghampiri Putri yang menunggu sambil bersandar menggoda di depan pintu kamar yang setengah terbuka.

"Masih ada sedikit waktu sebelum kita pulang" bisik Putri lembut sambil mengendus pipi Cakra.
"Apakah kamu tidak ingin Hayam Wuruk cepat cepat ada?" Putri menggoda.
Cakra tersenyum, menyeret Putri kedalam. Tangan kirinya menutup pintu kamar dengan aga buru buru.

***
Sebelum kembali ke Kotapraja Majapahit Putri menugaskan Panglima Rakembar untuk tetap sementara tinggal di Sadeng. Panglima Rakembar harus mendampingi Panglima Sadeng Bajol biru yang diserahi tugas untuk menaklukkan negeri Campa. Negeri yang berbuat lalim dan sewenang wenang terhadap rakyat terutama pendatang dari negeri Cina dan Jawa.
"Panglima, ingat tugasmu disana bukan untuk menghancurkan! Tapi hanya menaklukkan. Jangan pernah menyakiti wanita dan anak-anak!" pesan Putri.
"Saya Tuan Putri" jawab Bajol ijo, yang artinya:
titah tuan Putri akan saya emban sebaik baiknya.

"Adipati Sima, ingat pesanku baik baik!" Putri sedikit memberi tekanan ketika berbicara dengan Adipati Sima. Sedikit melirik Cakra.
Putri sengaja tidak menjelaskan pesan apa yang dia berikan kepada Adipati Sima, tujuannya tentu saja biar Cakra penasaran.
Adipati Sima sendiri sebenarnya juga bingung pesan yang mana yang dimaksud Putri. Soalnya banyak pesan yang diberikan. Mulai dari;  harus menjaga rakyatnya, jangan kembali memberontak, harus pro rakyat dan yang penting jangan jadi Pelakor.

Cakra terlihat datar datar saja ketika Putri meliriknya. Dia tau istrinya itu lagi seneng buat dia penasaran. Tapi Cakra bertekad untuk pura pura tidak perduli urusan wanita.

"Saya akan selalu mengingat pesan Gusti Putri dan akan melakukan yang terbaik untuk Majapahit  Gusti". Jawab Adipati Sima.
Panglima Bajol biru sangat bersemangat sekali. Putri menyerahkan segala keperluan dan perbekalan kepada Kadipaten untuk para Prajurit Majapahit yang bertugas menaklukkan Campa. Mungkin sebagai bentuk hukuman karena telah memberontak kepada Majapahit.
Tentu saja tidak semua Prajurit Sadeng ikut menyerang Campa. Sekitar 30 ribu Prajurit dikerahkan dan ditambah 20 ribu dari pasukan Majapahit. Belum ditentukan pasukan mana yang mendampingi pasukan Bajol biru. Untuk sementara Rakembar yang ditugaskan untuk melatih selama tiga bulan sebelum diberangkatkan.

Dan akhirnya segenap pasukan Majapahit resmi pulang ke kesatuan masing-masing menyisakan seribu Pasukan yang dipimpin Rakembar. Mereka nanti akan melatih pasukan Sadeng dalam persiapan untuk menaklukkan Campa.

***

Kedatangan pasukan terakhir Majapahit disambut begitu meriah disepanjang jalan jalan Majapahit. Yel yel kemenangan diteriakkan sepanjang jalan. Mereka berdesak desakan ingin melihat panglima Dyah Putri Tribuana Tunggadewi. Namun pengamanan tuan Putri begitu ketat. Selama ini para sudah mendengar tentang kecantikan dan kehebatan Tuan Putri. Namun hanya sedikit yang benar benar bisa melihat tuan Putri kecuali mereka orang orang yang tinggal dilingkungan keraton dan penduduk kota praja. Meskipun begitu lukisan Putri dan banyak dijual dipasar pasar. 

Putri bukan seorang Ratu atau setidaknya belum menjadi Ratu. Jadi dia tidak perlu sok soak'an merakyat dengan blusukan untuk menaikkan citra. Karena tanpa pencitraan dia tetap terpilih sebagai seorang Ratu. Yang penting kerja nyata bukan kerja Maya. 😂.

Singgasana Untuk Sang Putri TAMAT√ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang