Undangan

223 16 1
                                    

Para Prajurit langsung lari tergopoh-gopoh menghampiri Junjungan mereka yang masih berpegangan pada Cakra. mereka langsung memberi hormat dan sangat khawatir dengan keadaan Junjungan mereka. Jelas wanita bangsawan itu masih shock.
"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Cakra sedikit khawatir. Wanita itu terlihat pucat.
Namun tiba tiba Cakra menyadari, ada yang lebih menghawatirkan. Ada yang lebih gawat!. Cakra merasakan tatapan itu. Cakra segera menoleh. Menatap "pria" tampan berkumis tipis yang menatapnya tajam.
Setajam silet!.

"Gawat!!"

Cakra segera melepaskan wanita bangsawan itu.
Tribuana berbalik dengan menghentakkan kaki. Jelas dia sangat marah. Tanpa mengatakan apapun Tribuana berjalan menjauh. Cakra hendak memanggil, tapi dia tidak berani menyebut nama Putri. Takut penyamaran terbongkar. Cakra curiga wanita yang dia tolong adalah Ratu Sima, karena si kusir tadi menyebut nama Gusti Ratu.
"Maaf saya buru buru, saya harus mengejar teman saya"
"Eh tunggu"! Kata si wanita bangsawan. Tapi Cakra terus berlari buru buru.
Sementara Ratu Sima sang wanita bangsawan tampak terkesima menatap Cakra. Sesuai dengan namanya SIMA. Dan dia sekarang terkeSIMA.
"Kamu ikuti dia! jangan diganggu, nanti lapor menghadap!" Perintah Ratu Sima.
"Hamba Gusti". Seorang Prajurit langsung menghaturkan sembah dan mengejar Cakra yang mengejar Putri yang berjalan dengan cepat. Sementara para Prajurit abdi dalem dan Dayang Kadipaten segera datang memastikan Ratu mereka baik baik saja. Mereka semua bersimpuh ketakutan karena telah teledor membuat Ratu mereka nyaris celaka.

***

Tribuana terus berjalan cepat cepat. Hatinya marah dan panas luar biasa. Gimana tidak panas coba?. Wanita yang ditolong Cakra berani beraninya memeluk Cakra.
Tidak boleh ada yang pegang apa lagi meluk suaminya!.
Tribuana terus berjalan hingga sampai diluar tapal batas kota.
"Putri!!" Panggil Cakra.
Tepat dibawah tugu perbatasan Putri berhenti. Bukan karena dipanggil Cakra. Tapi capek!.

"Cakradara berhenti didepan istrinya tersebut, meraih tangan Tribuana. Tapi Putri  langsung menepis tangan Cakra.
"Jangan tanya kenapa?!" Kata Putri ketus. Tau aja Tribuana jika Cakra mau tanya kenapa.
"Aku...."
"Ya! ....Aku tau kamu hanya sekedar berniat menolongnya!! kamu memang pahlawan sejati!." Lagi lagi Putri menyela ucapan Cakra. Tau aja kalau Cakra mau ngomong gitu.
Cakra mendesah, sepertinya jiwa Putri sedang dirasuki roh singa Afrika. Galak dan ganas jika sedang cemburu.
"Setidaknya biar aku berbicara dulu!" ujar Cakra tegas. Kalau ga gitu dia ga kebagian ngomong. Disela terus sama Tribuana.
Tribuana mendengus. Sedikit memalingkan wajah enggan menatap Cakra.
Dalam hati Cakra sekuat tenaga menahan senyum melihat Tribuana yang marah dengan penampilan seorang laki laki. Lucu sekali ekspresi marah Tribuana dengan kumis tipisnya itu.
"Kenapa kamu tersenyum?! Seneng dipeluk Sima?!"
Sial ternyata Cakra gagal menyembunyikan senyumnya. Dan ternyata Putri tau jika wanita tadi adalah Sima biang pemberontakan Sadeng.

Alamat double kill ini mah.

"Putri... sebaiknya kita cari makan dulu, kamu marah marah terus pasti karena kamu lapar" bujuk Cakra.
"Seandainya aku tidak menolongnya pasti aku sangat jahat karena membiarkan orang celaka, sudahlah jangan diperpanjang" ujar Cakra.
"Memang sudah seharusnya dia celaka, karena dia telah berani melakukan pemberontakan. Nanti aku sendiri yang akan menggantung tubuhnya di alun alun" jelas ada jejak dendam dalam suara Putri Tribuana. Bukan karena pemberontakan Sima, tapi lebih karena Sima telah lancang memeluk Cakra.
"Dia akan menerima hukuman sesuai kesalahannya" Cakra menimpali. "Tapi tidak mungkin aku diam saja melihat orang yang butuh pertolongan, aku juga tidak tau dia tadi adalah Sima sipemberontak" sambung Cakra.
Putri Tribuana tau memang Cakra sekedar menolong, tapi tetap saja dia marah.
Putri Tribuana tetap diam membisu, berusaha meredam amarahnya.
"Kamu tau, seandainya aku tau dia Sima mungkin aku akan mempertimbangkan untuk tidak menolongnya" lanjut Cakra berusaha meredakan kemarahan Putri. Padahal tidak mungkinlah Cakra tidak menolong. Walaupun dia musuh tapi melihat keadaannya yang butuh bantuan pasti Cakra tetap menolongnya.
"Huh, benarkah?!" Putri mencibir tidak percaya.
Ketika mereka sedang berdebat datanglah Prajurit yang tadi mengikuti Cakra.
"Maaf Tuan pendekar, saya diutus Gusti Ratu Sima untuk menyampaikan undangan sebagai ucapan terimakasih" ujar si Prajurit. Nafasnya masih ngos ngosan.
Demi mendengar nama Sima di panggil dengan sebutan Gusti Ratu membuat darah Putri Tribuana menggelegak.
Namun sebelum Putri mengucap sesuatu Cakra segera menjawab.
"Maaf Tuan kami buru buru, kami tidak bisa memenuhi undangan junjunganmu" jawab Cakra.
Siprajurit tampak kecewa dan sepertinya takut.
"Saya bisa dihukum jika Tuan pendekar tidak mau menerima undangan Ratu, saya mohon pendekar, kasihanilah saya dan anak istri saya" mohon siprajurit.
Apa hubungannya coba? Bawa bawa anak dan istri segala.
Cakra menatap Istrinya yang tampak merengut; tampak tidak suka, tapi Cakra punya rencana.
"Baiklah.... kata Cakra akhirnya. "Kami menginap di penginapan Adem Ayem Tentrem. Nanti sore jemput kami berdua" ujar Cakra. Mata Cakra melirik Tribuana yang diam tidak bereaksi. Padahal Cakra mengira istrinya itu akan protes. Tapi ternyata tidak.

"Terimakasih Tuan pendekar, saya akan sampaikan kepada Ratu, Tuan pasti akan menerima banyak hadiah" ujar Prajurit bersemangat. "Kalau begitu saya permisi" kata Prajurit melanjutkan.

"Ini kesempatan untuk kita mengetahui lebih jauh rencana pemberontakan mereka" kata Cakra setelah Prajurit berlalu.
"Kesempatan lebih dekat dengan Sima maksudmu?!!" Jawab Putri dingin. Tapi diam diam Putri setuju dengan rencana Cakra. Karena itu dari tadi dia memilih diam saja. Untuk sementara demi tegaknya Majapahit Putri harus meredam ego dan cemburunya, bisa masuk ke sarang musuh bahkan tanpa harus  repot-repot menyusup itu adalah kesempatan langka. Putri Tribuana tidak mau menyia-nyiakan hal itu.

_____________
Please di vote ceritanya kakaaak..

Singgasana Untuk Sang Putri TAMAT√ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang