Dua Minggu kemudian di pantai keramas Bali.
"jegeg.... Ada yang ingin bertemu denganmu" hari ini seperti biasa Niluh berlatih bertarung sendirian ditepi pantai keramas.
Dia sedang mengayunkan pedangnya ketika sang guru begawan Agung Seda datang.
Dengan sigap Niluh menghentikan latihannya. Berdiri tegap kemudian memberikan hormat kepada gurunya itu.
Ini tidak seperti biasanya. Biasanya jika ada keperluan, gurunya akan menyuruh cantrik atau pembantu yang memanggilnya. Namun kali ini gurunya sendiri yang datang. Sepertinya ini penting dan mendesak. Atau kalau nggak ini pasti orang penting.
"Guru" Niluh memberi hormat.
Guru Seda tersenyum.
Sementara itu disamping guru Seda berdiri seorang wanita muda yang seusianya. Menatapnya penuh menilai. Wanita muda tersebut berpakaian layaknya kesatria. Bajunya sederhana namun bagus. Jelas wanita itu seorang pendekar. Tanganya terlipat kebelakang dengan memegang pedang. Dan.. dia .... dia cantik sekali.
Niluh tidak mengenal wanita muda dan cantik tersebut. Tatapan matanya tenang namun tajam. Memancarkan aura kepercayaan diri yang luar biasa. Tersenyum tipis kearahnya.
Niluh tidak tau Wanita muda itu diam diam mendeteksi kekuatan dalamnya. Secara fisik dia sudah melihat dari kejauhan gaya bertarung Niluh. Juga kekuatan Pedang yang dialiri tenaga dalam tapak Geni hingga mampu menciptakan air laut Laksana terbelah.
"Jegeg... perkenalkan ini..." Saya Dyah Tribuana Tunggadewi Cakrawardhani" Putri menyela Ucapan Begawan seda. tersenyum ramah kearah Niluh. Putri mengenalkan diri dengan nama yang lengkap dengan embel-embel Cakrawardhani. Tentu saja dia mau pamer bahwa dia istri Cakra.
Niluh merasa tidak begitu asing dengan nama terahir wanita disamping gurunya itu. Nama itu mengingatkannya pada seseorang yang tidak ingin dia lupakan, 'Raden Cakra'.Sedikit perubahan wajah Niluh tidak luput dari pengamatan Putri ketika dia menyebutkan nama Cakrawardhani.
Namun Putri terlihat tenang.
Kedua wanita cantik beradu pandang. Entah kenapa Niluh merasakan aura yang sedikit menekan dalam pandangan wanita itu. Kemudian tersenyum, sedikit membungkuk.
"Saya Niluh Saraswati" kemudian pandangan Niluh beralih kepada gurunya dengan pandangan bertanya.
"Senang bisa mengenal Tuan Putri Niluh Saraswati" Putri terang terangan mengenal Niluh sebagai Tuan Putri.
Ini semakin membuat Niluh penasaran. Karena Niluh sedikit merahasiakan siapa dirinya.
Hingga akhirnya Niluh menyadari sesuatu. Nama itu? Nama yang begitu panjang dan bagus mengingatkannya pada seseorang yang digilai Cakra."Jegeg, utusan Majapahit sudah datang" sang guru mengabaikan keheranan muridnya itu.
Sedikit mengerling kearah Putri. Yang mana artinya adalah 'wanita disamping inilah utusan Majapahit tersebut.'"Apakah ... Apakah...?" Niluh menelan ludah untuk melemaskan lidahnya yang kelu.
Yang bikin heran adalah gurunya tampak begitu tenang disamping wanita yang mengaku bernama belakang Cakrawardhani tersebut. Tenangnya mencurigakan. Seperti ada yang disembunyikan. Bahkan wanita bernama belakang Cakrawardhani tadi juga lancang menyela ucapan gurunya ketika sedang memperkenalkan dirinya.
Itu sepertinya tidak sopan. Namun sang guru sepertinya tidak terusik sama sekali.Tapi detik berikutnya Niluh sadar. Tidak mungkin ada seorang wanita yang begitu anggun begitu cantik dan begitu tenang kecuali dia. Tuan Putri Tribuana Tunggadewi Putri Mahkota Majapahit?. Istri Raden Cakra?.
Apakah saya berhadapan dengan Tuan Putri Dyah Gitareja?" Tebak Niluh setelah bisa berbicara. Niluh lebih milih menyebut nama kecil Putri. Karena Nama itu lebih mudah di ingat. Dadanya berdetak lebih cepat.
"Benar Tuan Putri Niluh. Saya Dyah Gitarja, Panglima perang Majapahit" dengan tenang dan sopan Putri sekali lagi memperkenalkan diri.Perasaan Niluh saat ini? Berkecamuk!. Seharusnya dia senang karena seorang Putri Mahkota dari kerajaan Agung Majapahit sudi datang dan menemuinya. Namun tidak bisa dia pungkiri sebagai sesama wanita ada rasa iri dalam hatinya.
Jadi ini istri Raden Cakra? Cantik sekali.
___________
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Singgasana Untuk Sang Putri TAMAT√
Ficção HistóricaSetelah resmi menjadi suami istri ternyata ada aja masalah yang dihadapi Cakra dan Tribuana. Kali ini dalam pengembaraannya menikmati bulan madu seorang penguasa wanita muda dari kadipaten Sadeng jatuh hati pada Cakra. Terus bagaimana sikap Tribua...