Bab ini menceritakan Ana, adik Cakra yang dikirim dr Strange anggota avanger dari masa depan kemasan lalu. Sekuel dari ekstra Chapter di cerita Dyah Tribuana Tunggadewi.
Sedikit berbedaan!
perpindahan Ana dan Putri. Putri pindah ke masa depan dengan cara bersemedi tanpa sengaja tertarik kedunia masa depan setelah dokter strange salah merapal mantra waktu membantu Peter parker. Putri datang kemasa depan dalam bentuk jiwa; namun raganya tetap tertinggal didalam goa. Namun setelah jiwanya berpindah kejaman masa depan jiwanya membentuk raga yang baru. Hingga Putri mempunyai dua raga. Yang satu tetap bersemedi yang satu berkelana di alam masa depan.
Ketika jiwa raga Putri yang tinggal di masa depan kembali ke masa lalu raga Putri seolah menguap bagai asap dan melebur ke dalam raga putri yang bersemedi didalam goa.Sementara Ana berpindah kejaman Majapahit melalui metode teleportasi. Yaitu Pindah secara jiwa plus raga. Jadi Ana benar benar pindah dari masa depan kemasan lalu.
Biar ga bingung baca dulu novel saya yang berjudul Dyah Tribuana Tunggadewi. Di ekstra Chapter dijelaskan Ana dikirim dr Strange secara sadar 😁
Selamat membaca
Ana kesel banget dengan dr Strange. Gimana tidak kesel?!. Dia sudah mempersiapkan dengan matang matang proses kepindahannya dari masa depan kejaman Majapahit untuk bertemu kak Putri dan kak Cakra. Bahkan Ana sudah bela belain berpakaian ala jaman dulu seperti pakaian yang digunakan istri Prabu Siliwangi yang cantik itu. Ana ingat bagaimana dulu Kak Putri yang terlihat aneh dan mencolok dengan pakaian jaman Majapahit. Jadi Ana sudah mengantisipasi itu semua. Ana tidak mau orang orang melihatnya aneh dengan pakai kaos oblong dan t-shirt sobek sobek ala anak gaul. Bisa bisa nanti dia tidak diakui adik sama kak Cakra.
Tapi Ana kesel banget. Bukanya dikirim langsung dihadapan kak Cakra dan kak Putri. Ana malah terkirim di pinggir sebuah perkampungan pinggir hutan. Mana gelap gulita lagi!.Ini dimana ini? Dasar dokter sialan! Gelapnya kaya di alam kubur
Ana ngedumel.
Kalau ini sih bukan pindah jaman Majapahit! Tapi pindah alam goib!.
Gelapnya Nauzubillah!.
Jangan jangan ini dikirim ke alam barzah! kesel banget Ana."Dokter streng?!" Panggil Ana pelan, berharap dr strangs denger.
Tapi tidak ada jawaban.
Ana kembali memanggil tapi tetap tidak ada jawaban.Dasar dokter stres!
Rutuk Ana.Ana memutuskan berjalan menyusuri jalan menuju perkampungan. Terlihat obor berjejer di setiap pinggir rumah untuk menerangi perkampungan. Dingin angin malam jaman Majapahit benar benar dingin. Ana jadi nyesel dengan pilihan pakainya.
Tau kayak gini mending tadi aku pakek jaket! Sesal Ana.
Bodo amat dilihat orang aneh. Dingin sampe tulang ini.
Malam mulai menjelang pagi ketika Ana mendengar derap kuda dari arah belakang. Ana sedikit gugup. Ini untuk pertama kali dia akan melihat orang yang hidup dimasa jaman Majapahit. Dibumi Majapahit.
Aneh? malam malam begini udah ada yang naik kuda.
Ana membatin.Derap kuda semakin dekat, bahkan semakin melambat. Ana menepi menoleh kebelakang menatap samar samar penunggang kuda yang melambat. Mereka sama sama menatap penasaran. Kuda itu semakin melambat, bahkan kini berhenti di depan Ana.
Ana menatap takjub!.Jadi ini manusia jaman dulu?
Ternyata pakainya tidak jadul jadul amat. Meskipun memang berbeda dengan pakaian orang jaman modern."maaf nyisanak, siapa kamu dan kenapa pagi pagi buta sudah ada dijalan" tanya penunggang kuda ramah. Penunggang kuda itu dengan enteng melompat dari punggung kuda. Ana sedikit beringsut mundur, menatap lekat lekat pemuda tanggung yang baru turun dari kudanya.
Waaaahh aku dipanggil nyisanak! Seperti dalam film! Ini kereeen...
Ana bener bertingkah norak dalam petualangan pertamanya.
"Kak Cakra?!" Ana terpekik kaget setelah yang memanggilnya nyisanak itu terlihat lebih dekat.
Iya! tidak salah! pemuda tersebut mirip kakaknya, tapi terlihat lebih muda.
Sipemuda tidak kalah kagetnya.
Detik berikutnya Ana tidak pikir panjang langsung main tubruk sipemuda."Kak Cakra! Ini aku kak! Ana!" Ana mengguncang ngguncang tubuh sipemuda yang kebingungan dengan sikap Ana.
Ana tertawa riang.
"Pasti bingung kan kenapa aku bisa menyusul kakak? Hahaha" bukanya menangis haru merasa bertemu Cakra ana malah tertawa senang dan bersemangat.
"Ceritanya panjang kak!".
"Aku seneng banget ketemu kakak" Ana terus me guncang guncang pundak "kakaknya". Terus ngoceh tanpa memberi waktu pada sipemuda untuk berbicara.
"Maaf nyisanak? Kamu siapa? Aku bukan kakak Cakra" ujar sipemuda kebingungan.
Ana diam sebentar. Menatap pemuda didepannya lagi. Memastikan pandangan matanya yang kurang jelas karena minimnya cahaya.
Ana melepaskan pundak sipemuda. Menatap lekat lekat pemuda tersebut.
Wajahnya mirip kakaknya meski terlihat lebih muda, bahkan badannya juga aga kurus seperti badan kakaknya, tapi sepertinya tingginya lebih tinggi kakaknya.
Jika diperhatikan baik baik orang ini memang cuman mirip.
Ana buru buru melepaskan pegangannya ketika menyadari sipuda itu memang bukan Cakra.
"Eh ... Anu...maaf aku kira tadi kak Cakra, habisnya aga mirip sih" ana tersenyum malu.Dr Strange sialaaaaan !!!.
Ana mengumpat dalam hati.Aku meminta dikirim ketemu kak Cakra bukan orang yang mirip kak Cakra!.
"Maaf yisanak, kamu siapa dan dari mana?" Sipemuda heran.
"Ah itu ga penting. Saya datang dari jauh. Yang paling penting, ini masuk wilayah Majapahit bukan? Terus rajanya siapa?" Ana bertanya tanpa basa-basi.
"Tentu saja ini wilayah Majapahit... saat ini dipimpin yang mulia Ratu Dyah Gayatri." Meskipun bingung sipemuda tetap menjawab pertanyaan Ana.
"Oh ya siapa kamu? Kenapa pagi pagi buta ada dijalan?."Namaku Ana" Ana menjawab.
"Nama yang aneh.... Kenalkan aku Wiratama"
Pemuda Wiratama menatap Ana aga menyelidik. Pakainya terlalu bagus dan sedikit terbuka. Ini mengingatkan Wiratama pada wanita-wanita nakal ditempat hiburan malam yang sering lihat di daerah tempat dia berguru.______00000_______
KAMU SEDANG MEMBACA
Singgasana Untuk Sang Putri TAMAT√
HistoryczneSetelah resmi menjadi suami istri ternyata ada aja masalah yang dihadapi Cakra dan Tribuana. Kali ini dalam pengembaraannya menikmati bulan madu seorang penguasa wanita muda dari kadipaten Sadeng jatuh hati pada Cakra. Terus bagaimana sikap Tribua...