Di KK dan KBM app sudah bab 38. Ntar malem bab 39. Yang ga sabar, silahkan ke sana ya.
***
15 Pelangi di Langit Gladiola
Gladiola kira, usai basa-basi di depan kelas, dia bakal langsung pulang ke mess. Nyatanya, ketika dia sedang berdiri di depan tenda pecel lele, hendak memesan menu makan malam, kehadiran Kania dan Hans yang tahu-tahu ada di belakangnya, membuat wanita muda itu batal membungkus nasi. Kania mengaku perutnya lapar dan dia tidak suka makan nasi yang sudah terbekap di dalam bungkus.
Kalimat itu membuat alis kanan Gladiola naik. Kania dan dirinya bagai anak kembar. Mereka satu sama lain saling melengkapi. Jika Gladiola tidak pernah pilih-pilih makanan, begitu juga dengan Kania. Makanya, agak tidak masuk akal melihat sahabatnya tiba-tiba bersikap sok centil. Cuma ada Hans di sana dan amat aneh wanita muda itu menggombali tukang pecel lele goreng dengan sikapnya yang sok centil itu.
Dia centil kepada kakaknya? Ih, amit-amit. Apa urusan Kania centil kepada Hans sementara setiap hari mereka selalu bersikap bagai anjing dan kucing?
“Lo nggak sengaja maksa gue ikut makan, kan?” Gladiola mulai menginterogasi Kania. Mereka sudah duduk bersebelahan dan Hans sendiri memesan minuman di depan. Kesempatan tidak akan datang dua kali dan Gladiola memanfaatkan benar momen seperti itu. Kania kadang-kadang punya ide gila. Tapi untuk saat ini dia tidak berharap kawannya itu berniat menjodohkan dia kembali bersama Hans. Yang pertama, Gladiola merasa aneh kepada dirinya sempat suka pada Hans yang kerap merundung fisiknya, yang kedua, rasanya tidak wajar saja menjalin hubungan dengan pria yang pernah punya kisah kasih yang sama dengan adiknya, Ranti. Membayangkan Hans mungkin pernah melakukan sesuatu kepada adiknya lalu setelah putus menjadikan Gladiola sebagai pembalasan atau pelarian, membuatnya geli dan jijik sendiri.
“Jiah, GR amat. Emangnya gue nggak boleh lapar?” Kania membalas. Tapi, menurut Gladiola cara menjawabnya amat tidak alami. Kelopak mata Kania beberapa kali berkedip dan dia tahu dari situ saja, Kania sudah berbohong.
“Gue masih dendam sama abang lo. Mau dia putus ama Ranti, kek, mau dia jumpalitan dari jurang, kek, gue nggak mau urusan lagi sama dia. Kalau masih sayang sama gue, lo tahu, gimana gue kalau dah benci sama orang.”
Gladiola menatap ke arah mata Kania tepat saat Hans kembali dan duduk di seberangnya, lalu gadis itu melanjutkan, “Masih sayang, kan, sama gue?”
Kania nyengir dengan gugup sementara Hans sendiri yang mulanya sedang menarik kursi untuk dia duduki, mendadak diam sebentar demi memandangi keanehan di depan matanya.
“Nia?” Gladiola memanggil Kania dan dia masa bodoh dengan Hans yang masih mengikuti gerak-gerik dua sahabat itu dengan ekor matanya. Untung saja, pesanan mereka bertiga datang dan Kania mengucap syukur di dalam hati, perut Gladiola yang lapar membuat perhatiannya mudah saja teralihkan dan setelah itu, dia yakin, tidak lama lagi Gladiola bakal lupa dengan yang sedang terjadi barusan dan menganggap Hans kembali jadi gebetannya seperti yang selalu terjadi sejak bertahun-tahun lalu.
Dia, kan, selalu hapal tabiat Gladiola. Mulutnya memang bilang mau move on, mau berubah dan tidak bakal lagi bertemu dengan Hans. nyatanya, sekarang saja walau bibirnya cemberut Gladiola masih diam di tempat, tiidak memutuskan berlari padahal menurut Kania, bila tidak suka, seharusnya Gladiola menjauh saja. Kalau kondisinya seperti sekarang, jelas sekali berarti kalau dia belum bisa berpindah hati dan karena itu juga, Kania menertawakan kebodohan Gladiola.
Dahlah, Bra. Gue masih punya niat gede jadiin lo sodara gue yang sebenarnya. Jadi, kalau diajak Hans, lo nurut manut aja. Jangan sok jual mahal karena mau semahal apa pun, gue seratus persen yakin, jodoh lo, ya abang gue ini. Bukan gue kegeeran, muka kalian itu mirip dan gue nemu tanda lahir yang sama di badan abang gue dengan badan lo yang kalau digabung, jadi tanda kupu-kupu. Lucu, kan? Ini rahasia aja. Kalau nggak lihat lo pas ganti baju, mana gue tahu. Tapi, gara-gara itu gue ngebet banget nyatuin kalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi di Langit Gladiola
ChickLitPelangi Langit Gladiola vs Hans Bastian Adam