Gaes, kalau mau unlock di Kk atau KBM, cek dulu babnya, eke selalu tulis sebelum bab mulai di bagian setelah author note. Jangan nanti, udah kebuka di KK minta refund. Kalian kalau worknya ga kebuka di sana, tunggu beberapa saat, keluar dari aplikasi, refresh sebentar baru masuk lagi. Kalau sudah bolak-balik nggak bisa, silahkan kontak admin KK di IG. Mereka fast respon. Bukan ke eke karena semua uang yang kalian bayar itu masuknya ke rekening KK, bukan eriskahelmi. Kalau memang susah, nanti rikues aja, bisa dibuatkan di akun Nihbuatjajan. Di sana nggak seribet KK dan KBM dan ga perlu login.
Kenapa babnya loncat-loncat, Mak?
Karena banyak ngalor ngidul dan komen makin ga ada. Kemaren aja 3 bab, komennya tirus. Wes, eke lompatin aja. Yang penasaran silahkan ke sebelah.
Tapi ditamatin kan mak?
Iya, tamat. Tapi, ga semua bab di-up. Kasian yang sudah bayar di sebelah kalau di sini semua gratis, mana yang komen yang itu2 aja lagi.
Ntar yang rajin komen, siapin aja mental, siapa tahu dikasih gratisan ama eke. Yang males? Ga usah dipikirin.
Kapan open PO? Masih lama kalo si Ola ama Hans. Halamannya banyak dan ga tahu, apakah mau ditambah lagi babnya. Nunggu komen pembaca setia dulu.
Ini bab 91. Jangan lagi ada yg komen, 'Nasib gratisan'
Ckckxk ini 2024, jauhila mental2 kek gitu. Malu sama umur.
***
91 Pelangi di Langit Gladiola
Gladiola yang mulanya merasa kalau sang mama bakal tidak setuju ketika dia tahu-tahu mampir ke rumah keluarganya bersama Hans, nyatanya tidak menemukan hal itu sama sekali. Bahkan, ketika mobil milik Hans berhenti tepat di depan pagar rumah, mama dan papanya ternyata sudah menunggu. Walau tanpa kehadiran Ranti, nyatanya hal tersebut saja sudah membuat Gladiola agak sedikit takjub.
“Lama nggak mampir, makin ganteng aja.” semringah suara mama saat menerima uluran tangan dari Hans, sedangkan Gladiola berjalan lebih dulu masuk rumah untuk meletakkan bawaan yang sengaja dibeli oleh Hans sore itu.
“Beli apaan, sih? Kaga usah repot-repot.”
Gladiola yang sudah setengah perjalanan menuju dapur menoleh ke arah kedua orang tuanya yang kini mengajak Hans masuk. Respon mereka berdua di luar ekspektasi Gladiola. Sungguh jauh berbeda bila dibandingkan saat Ridho mampir atau bahkan saat keluarga mantan kekasihnya tersebut bertandang.
Apakah karena kedua orang tuanya sudah mengenal Hans? Gladiola tidak tahu. Tapi, setidaknya sebuah awal yang bagus sebelum nanti pembicaraan serius dimulai.
“Mama Papa sudah makan? Tadi dibeliin soto sama Hans.” Gladiola menyingkap gorden dapur yang tembus ke ruang tengah. Entah karena sudah akrab, Hans tidak lagi memilih duduk di ruang tamu, melainkan langsung lesehan di atas karpet Malaysia pemberian Gladiola supaya sang papa tidak perlu lagi bergulingan langsung di lantai.
"Sudah makan." jawab mama Gladiola. Hari itu, sang ibu memakai gamis pemberian putri sulungnya. Itu saja sudah membuat Gladiola terharu, “Buat malam aja.”
Gladiola cuma membalas dengan anggukan sebelum dia akhirnya kembali ke dapur. Ada beberapa potong kue yang juga sempat dibeli dalam perjalanan ke rumah orang tuanya. Selain itu, dia juga memasak air untuk membuat kopi serta teh.
Terdengar suara Hans dan kedua orang tuanya mengobrol. Hal itu lantas membuat Gladiola memejamkan mata. Hal yang sama pernah terjadi berbulan-bulan lalu sehingga membuat perasaannya campur aduk. Meski begitu, dia sangsi mama bakal menolak Hans.
Tapi, tidak ada yang bisa menebak suasana hati mama.
“Mbak.”
Gladiola terperanjat. Papa memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi di Langit Gladiola
ChickLitPelangi Langit Gladiola vs Hans Bastian Adam