39

7.9K 1.7K 134
                                    

Udah up ya di KK dan KBM

Banyak yang ngatain Ola belum move on.

Anda salah, Esmeralda. Ola dah Mup On. Yang belum mup on itu abangnya Kania.

Apakah Ola sama Ridho?

Hooh, tenang aja. Ola setiaaaaa, kok. Eke selalu dukung anak eke buat kaga selingkuh.

Apakah ridho selingkuh?

Kaga, ridho mah anak baek.

Percaya, dah, ama eke.

Emangnya kalian? Cuma mo baca doang, kaga mau komen ama vote. Makanya, eke kaga pernah percaya pada yey🤣🤣

***

39 Pelangi di Langit Gladiola

Seumur hidup, sejak menjadi teman Kania Adam, belum pernah sekali pun Gladiola mengintip sahabatnya berpacaran seperti ini. Itu yang pertama. Yang kedua, dia belum pernah juga berjalan di sisi Hans, dengan tangan saling bertaut dan tidak bisa berpikir apa-apa lagi melainkan memandangi tautan tangan tersebut lebih sering dibandingkan dia memandangi kelakuan sahabatnya sendiri.

Padahal sudah bertahun-tahun dia belajar melupakan Hans dan menganggap pria itu tidak ubahnya kotoran kambing yang sering ditemukan di jalan-jalan kampung. Dia berusaha menganggap Hans pria sebagaimana yang sering dia lihat di mana-mana. Kehadiran Ridho sudah membuatnya memandang Hans tidak lagi berada di dalam kasta tertinggi di hatinya, dia amat yakin dengan hal tersebut. Tetapi, entah kenapa kemudian dia merasa amat bingung dengan dirinya sendiri.

Jantung gue kenapa kayak mau meledak gini, ya ampun.

Perasaan yang dia rasakan sekarang sudah lama sekali tidak pernah terjadi. Untungnya hal tersebut langsung membuatnya sadar dan saat Hans sedang bicara serius tentang Kania, Gladiola segera menarik tangannya tersebut.

“Gue nggak sengaja jalan ke sini. Siapa tahu ketemu Nia. Tahunya …” ucapan Hans terpotong karena Gladiola yang telah menarik tangannya lalu mengusap punggung tangannya sendiri seolah-olah dia tadi menyentuh air got. Hans yang melihatnya sempat meneguk air ludah, namun, dia melanjutkan bicara supaya tidak kelihatan kalau saat ini sedang salah tingkah. 

Di seberang mereka, sekitar lima belas meter, sedang makan di sebuah restoran, tampak Kania dan Dino yang sedang duduk berhadapan. Begitu melihat mereka, jantung Gladiola berdetak amat kencang seolah dirinya sendiri yang memergoki kekasihnya berselingkuh. 

“Lo beruntung kalau begitu. Nggak perlu waktu banyak langsung bisa bawa dia pulang.” balas Gladiola. Tatap matanya belum lepas memperhatikan pasangan di depan mereka dan dia sudah mengepit tas di ketiak seolah siap menerkam Kania dan hal tersebut kemudian membuat Hans memperhatikannya selama beberapa detik hingga dia lupa maksud dan tujuan kedatangannya ke tempat tersebut.

Kenapa tidak ada jerawat di pipi Gladiola, tanya Hans dalam hatinya. Dia merasa, kali inilah pertama dia bisa memandangi wajah sahabat adiknya dengan lekat. Biasanya, boro-boro. Gladiola lebih memilih menjauh. Lalu, semburat merah di pipinya, apakah wanita itu merona karena berada di sebelahnya atau …

“Lihatin adek lo. Dia mau pergi, tuh.” Gladiola berusaha bangkit dari tempat mereka duduk. Dia merasa jengah diperhatikan sebegitu dalam oleh Hans dan yang dia lakukan agar tidak merasa kikuk adalah memperbaiki posisi cardigan yang dipakainya, walau kondisi pakaiannya sebenarnya baik-baik saja. 

Hans gelagapan karena segera, Gladiola berdiri dan berjalan melewatinya. Dia bahkan tidak sadar kalau ucapan wanita itu benar adanya, Kania tampak berjalan keluar dari restoran dengan menggandeng tangan Dino.

“IIh, kayak laki bini. Gemes gue lihat si Dino-Dino itu pegang tangan Nia.” Gladiola mengepalkan punggung tangan. Gayanya seperti kekasihnya sedang direbut pelakor sehingga Hans kembali memperhatikannya. 

Pelangi di Langit GladiolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang