Ngerasa OlaHans mirip Yaya-Malik? Ah, masaaak?🤣🤣🤣
Plagiat, yeaaaa?
Kamu nanyeaaaaak?
Ini kembar siam, tauuk.🤣
Bab ini bikin ketawa. Baca deh
***
18 Pelangi di Langit Gladiola
Peristiwa di hari ulang tahun Kania berupa insiden colek-colek kue pada akhirnya berujung pada sebuah interogasi dari mama kepada Gladiola ketika dia mampir ke rumah orang tuanya. Awal bulan Desember adalah masa-masa di mana si sulung biasa mampir untuk mengirimkan jatah bulanan. Tetapi, baru sepuluh menit sejak kedatangannya, mama sudah menanyainya soal itu.
“Nggak, Ma. Mbak nggak tahu soal itu. Nia yang jahil.” Gladiola menjawab jujur. Dia mulanya tidak tahu kalau krim yang dicolek oleh Kania ke pipinya adalah bekas Hans sehingga dia tidak mempermasalahkan semua itu hingga pesta usai. Tetapi, kemudian Ranti yang berniat hendak pulang dari rumah Kania tahu-tahu saja menemui Gladiola dan berkata dengan raut penuh kekecewaan, “Lo murahan banget jadi orang, Mbak.”
Penjelasan Kania tentang kejahilan yang sengaja dia lakukan kemudian membuat Gladiola sadar. Tapi, dia tidak memiliki pikiran apa-apa kecuali saat ini Kania sedang jahil. Dia juga tidak mau besar kepala karena baru saja mendapat krim bekas Hans. Dulu mungkin Gladiola bakal melonjak-lonjak kegirangan. Tetapi sekarang? Teman-teman di supermarket sudah mengajarkan agar Gladiola melihat-lihat dunia terlebih dahulu. Ada banyak pria mapan, rupawan, dan bisa memperlakukan wanita dengan lebih manusiawi. Hans sama sekali tidak termasuk kriteria tersebut. Meski dia anak orang berduit, wajahnya tidak kalah ganteng dengan aktor Korea, tetap saja, Hans sudah melukai hati Gladiola di masa lalu mereka.
“Gue nggak suka lo adik-beradik berantem gara-gara cowok. Kayak nggak laku aja.”
Sungguh, kata itu membuat Gladiola terluka lebih dari apa pun. Dia memang tidak seperti adiknya yang supel, gaul, dan amat ramah saat bicara dengan orang lain. Gladiola hanyalah anak perempuan pemalu dan tahu diri dengan kondisi keluarganya. Mana mungkin dia memperebutkan satu laki-laki dan mempermalukan dirinya. Toh, dari awal tahu Hans naksir Ranti dia sudah memutuskan menyerah. Sungguh tidak tahu diri bila dia nekat memaksa. Alasan lain, dia tahu pasti, senaksir-naksir dirinya kepada Hans, pria itu tidak pernah menaruh hati kepadanya.
Yang naksir paling Ko Edward. Tapi, sekarang dia cuma kenangan, Gladiola menertawakan diri. Kenangan masa lalu yang cuma beberapa bulan lewat terasa amat lucu sejak dia memutuskan keluar dari rumah. Kesibukan di tempat kerja membuatnya tidak sempat lagi memikirkan mantan gebetan walau orang yang sama kerap bertemu dengannya tiga kali dalam seminggu kerena mereka belajar bahasa Inggris di tempat yang sama.
Dia berusaha kebal. Lagipula, di tempat les ada Mr. Joe yang selalu mengajaknya berbicara. Mereka mulai akrab dan beberapa waktu lalu, Joe menawarkan kesempatan agar Gladiola melanjutkan kuliah di jurusan Bahasa Inggris. Ada dua jurusan yang bisa dia ambil, sastra Inggris dan pendidikan Bahasa Inggris. Namun, minat Gladiola tidak pada pendidikan dan dia tergiur dengan banyaknya peluang kerja jika menguasai bahasa asing yang mendunia tersebut. Tapi, bukan hanya itu. Berkat bergaul dengan teman-teman kursus yang lain, selagi menunggu musim perkuliahan dimulai, Gladiola berniat kursus keahlian lain ada kursus komputer, akuntansi, dan juga public speaking. Biayanya memang beragam. Dia hanya perlu giat bekerja dan menahan diri untuk tidak jajan.
“Nggak, Ma. Nggak bakal berantem.” Gladiola membalas dengan suara pelan. Dia memilih menghela napas lalu masuk rumah. Saat seperti ini kondisi rumah biasanya seperti kapal pecah. Beruntung dia bekerja di supermarket, tidak terpaku libur harus di hari Minggu. Seperti hari ini, Selasa, dia bisa langsung datang ke rumah orang tuanya untuk membantu semua hal sebisa yang dia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi di Langit Gladiola
ChickLitPelangi Langit Gladiola vs Hans Bastian Adam