35

9K 1.9K 122
                                    

Masih ada yang bacak?

Di KK dan KBM dah bab 91. Panjang? Hooh. Itu aja rencananya bakal ada season 2. Tapi, ga tau juga, eke suka lupa😅

***

35 Pelangi di Langit Gladiola

Sudah lebih dari enam kali sejak pesannya terkirim pukul delapan tadi, Gladiola tidak berhenti melirik ponsel. Padahal saat itu dia sedang mengikuti rapat bersama pimpinan mereka. Walau bukan rapat penting seperti sebelum-sebelumnya, tetap saja, Gladiola harus fokus memperhatikan. Tetapi, gara-gara Kania, dia jadi merasa ikut sinting. Hari sudah hampir menunjukkan pukul sepuluh pagi, hanya saja, dia merasa waktu amat lambat berlalu terutama di saat dia menunggu balasan seperti saat ini. 

Bra, Hans telepon gue. Katanya lo mau kawin lari ke Palembang. Yang benar aja. Gue tahu lo masih di Jakarta. 

Dua tanda centang. Sudah terkirim. Bahkan, beberapa saat yang lalu sudah dibaca oleh Kania. Tetapi sahabatnya itu tidak membalas. Padahal, Gladiola amat berharap secuil kabar. Meski dia tidak mau peduli, telepon dari Hans tadi malam sudah berhasil membuatnya bolak-balik di atas kasur. Kania tidak mungkin berbuat nekat. Menikah itu, kan, urusan untuk seumur hidup. Secinta-cintanya dia kepada Dino, restu orang tua tetaplah yang utama. Rasanya tidak mungkin, Kania yang seumur hidup dihujani cinta kasih oleh kedua orang tuanya malah berbuat seperti ini. Dia sendiri, meski kedua orang tuanya tidak terlalu sayang, tetap saja Gladiola menghormati mereka berdua. 

“Jadi, fix, ya, yang bakal jadi trainer ke Palembang adalah Gladiola.”

Jantung Gladiola berdetak kencang dan alisnya tiba-tiba naik. Salahnya dia tidak mendengar jalannya rapat dengan baik dan dia kira pertemuan hari ini adalah membahas tentang pelatihan ke beberapa kantor regional. Gladiola yang terlalu sibuk dengan Kania dan pelariannya yang memusingkan semua orang.

“Lho? Saya, Pak? Nggak bisa ke Lampung aja?” Gladiola mencoba bernegosiasi. Entah kenapa bulu kuduknya terasa meremang begitu mendengar kata Palembang disebutkan dan dia yakin, meski mulut semuat orang di dalam ruang rapat ini terkunci rapat, berita Gladiola akan berangkat ke Palembang bakal sampai di telinga pria itu. Sungguh hal yang sangat ajaib padahal jelas sekali Gladiola tahu, semua temannya amat solid dan tidak ada yang memiliki hubungan pertemanan atau kekerabatan dengan keluarga Adam. 

Dia tidak tahu, tetapi, Hans punya kecenderungan menemukan Gladiola walau dia memilih bersembunyi di dalam lubang tikus sekalipun.

“Nggak bisa. Nanti saya sendiri yang berangkat ke sana.” Mas Darno, ketua tim pelatihan yang menjawab dan Gladiola hanya bisa menahan jengkel di dalam hati. Dia bisa saja merayu teman-temannya yang lain untuk bertukar karena seperti dirinya, belum tentu mereka semua setuju dengan keputusan wilayah tersebut. Namun, ketika akhirnya Gladiola mendatangi beberapa temannya, mereka semua menolak dengan halus. Alasannya, sang pemimpin tim sudah mewanti-wanti tidak boleh ada saling tukar wilayah. Mereka semua harus menghormati keputusan rapat dan Gladiola pada akhirnya hanya mampu menghela napas saat rapat akhirnya usai dan semua orang meninggalkan ruangan untuk kembali ke pos mereka masing-masing. 

Gue sudah di airport, mau ke Palembang.

Begitu pesan Kania tiba tidak lama setelah Gladiola menghenyakkan pantat ke atas jok kursi kerjanya, wanita itu menghela napasnya lagi. Hans tidak salah memberi info. Tapi, hal tersebut makin membuatnya cemas. Penugasannya ke Palembang adalah murni perintah atasan dan dia tidak mau Hans salah duga. Lagipula, dia yakin sekali kalau pria itu tidak bakal berpikir Gladiola sengaja melakukannya. Dinas luar akan berlangsung dimulai satu hari ke depan dan dia akan bersiap-siap sepulang kerja nanti.

Keberangkatannya besok pastilah bakal diketahui oleh Hans juga dan Gladiola sadar hal tersebut berarti dua hal buat pria itu. Yang pertama, bahwa Gladiola benar-benar sahabat terbaik. Dia akan menyusul Kania lalu mencegah sahabatnya itu berbuat gila. Yang kedua, ini yang paling ditakuti Gladiola, bahwa Hans bakal senang sekali karena tahu bahwa permintaannya dipenuhi padahal Gladiola tidak bisa menolak.

Pelangi di Langit GladiolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang