48

5.6K 1.4K 212
                                    

Tema sinetron Ondosiar ala Kania

"Wattizen Rajin Vote n Komen, Mak Kembang Rajin Apdet."

Yang ga sabar, silahken ke KK dan KBM. Eniwe ada series lepas yaitu Pelangi di Langit Bali dan Kotak Boks yang cuma boleh dimasupin oleh emak2 doang. Gadis-gadis dan perawan tak boleh.

Kalo Pelangi di Langit Bali ada 8 judul itu cerita penjelasan dari bab berapa ya, 90 sekian gitu. Wkwk.

Siapa yang udah mampir?

Kalo kotak boks, itu bab Ola ama Ridho ehem ehem.🤪

***

52 Pelangi di Langit Gladiola

Tidak biasanya ketika mampir ke rumah orang tuanya, Gladiola langsung mengajak mereka berdua bicara. Sebelumnya, wanita muda itu akan masuk dan membereskan rumah selama beberapa waktu dan bila kelar, barulah dia duduk dan menyiapkan jatah bulanan kepada papa atau mama. Setelah bicara basa-basi, dia kemudian pulang. Kadang, Gladiola merasa dia tidak memiliki cara lain untuk menarik hati mereka. Namun, berharap bisa bercanda gurau seperti Ranti, dia tidak mampu. Dulu dia telah berusaha melakukannya. Akan tetapi, setiap kata-katanya selalu dipatahkan oleh sang bunda. Dan sekarang, Gladiola lebih suka mengunci bibir dan bicara jika perlu saja.

Saat ini, dia berharap bisa menggunakan kemampuan bicaranya untuk menyampaikan semua yang dia dapat dari pertemuan dengan keluarga Ridho kemarin kepada orang tuanya. Tentunya, Gladiola berharap respon papa dan mamanya juga baik, tidak seperti saat Gladiola bertanya tentang penyakitnya dulu. Entahlah, dia amat berharap mendapatkan solusi untuk saat ini.

“Seperti yang Papa Mama tahu, Ola sudah punya pacar. Sejak pulang dari Palembang kemarin, ibunya ngajak ketemuan dan kami bicara.” Gladiola memulai. Dia merasa tenggorokannya kering karena mama memandanginya sedemikian rupa. Apakah beliau bakal merasa kehilangan putrinya? 

“Kata ibunya, kalau bisa hubungan kami diresmikan.”

“Diresmikan gimana?” potong mama Gladiola. Wajahnya agak tegang dan Gladiola maklum. Mungkin sang mama tidak menyangka ada laki-laki yang mau menerima anak perempuannya yang sejak dulu dia sebut tidak bakal ditaksir pria mana pun juga. 

“Mereka mau datang ke sini, kenalan sekaligus lamaran.” 

Gladiola yakin dia melihat ibunya sempat menolak bernapas selama beberapa detik dan kemudian wanita itu berpandangan dengan suaminya sendiri. Jelas ada banyak konflik yang kemudian bertikai di dalam kepala sang ibu. Tapi, hal ini mesti disampaikan. Gladiola juga merasa usianya telah pas untuk berumah tangga. 

“Gue nggak tahu soal lamar-lamaran.” mama Gladiola bicara, “Tapi, kalau mau kenalan, ya, silahkan.”

Itu saja cukup, pikir Gladiola. Mama mau menerima keadaannya saat ini saja sudah alhamdulillah. Rasa khawatir mama bakal keceplosan bilang kepada keluarga Ridho kalau putrinya pernah mengecewakannya begitu rupa, muncul begitu saja. Tapi, dia yakin ibunya tidak bakal setega itu mempermalukan putrinya. Ibarat kata, inilah kali terakhir Gladiola minta bantuan orang tuanya sebagai putri mereka. Bila sudah menikah, dia tidak bakal lagi menyusahkan mereka. Itu juga yang menjadi tekadnya tidak menolak pinangan Ridho. Gladiola hanya butuh penguatan dari orang tuanya agar kakinya tidak goyah walau agak kurang sreg dengan kata-kata dari Riana tempo hari. 

Apalagi, Kania juga seolah memanasi Gladiola. Dia tahu sahabatnya bersikap seperti itu karena tahu hampir seluruh hidupnya Gladiola menderita. Dia hanya tidak ingin menikah bukannya menjadi suaka buat kehidupan sobat karibnya itu jadi lebih baik melainkan jadi neraka karena pengaruh ipar dan mertua.   

“Nanti Ola kabari kalau mereka mau datang, Ma.” Gladiola bicara lagi. Dia merasa tidak tahu hendak melanjutkan apa lagi. Durasi kedatangannya di rumah itu tidak pernah lama, walau dua orang yang berdiri di depan wajahnya saat ini adalah orang tuanya sendiri. Rasa canggung itu masih ada, berbekas sejak bertahun-tahun lalu sehingga membuatnya selalu menjaga bicaranya. 

Pelangi di Langit GladiolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang