Alo gaes. Ramein vote ama komen ya. Kalo lewat 400 eke apdet lagi jam 5 ini.
***
25 Pelangi di Langit Gladiola
Bekerja sembari mengurusi pengobatan untuk dirinya yang secara medis belum terbukti kebenarannya membuat Gladiola pada akhirnya menyerah dan menuruti saran Tata untuk mendatangi fasilitas kesehatan yang ditunjuk oleh fasilitas layanan BPJS. Untunglah, papa mau bekerja sama membawakan berkas-berkas penting milik Gladiola. Meski begitu, ada harga yang dibayar ketika dia menguatkan diri untuk mampir ke rumah dan mengatakan kalau tidak lama lagi, besar kemungkinan Gladiola harus dioperasi. Dokter di puskesmas telah memberi surat rujukan ke faskes yang tingkatannya lebih tinggi untuk melakukan pemeriksaan dan setelahnya, dia mesti siap dengan apa pun keputusan yang diberikan oleh dokter.
Tapi, Gladiola sudah pasrah. Telah berhari-hari dia merenungi nasib yang sebetulnya tidak malang-malang amat. Oke, dia gagal ditaksir mantan gebetan dan keluarganya sendiri tidak sayang-sayang pula kepadanya. Tapi, Gladiola merasa bersyukur mendapatkan pekerjaan yang lumayan sementara banyak orang kadang mesti bersusah payah supaya bisa mendapatkan uang. Kedua orang tuanya adalah contoh dan kadang dia berpikir, sifat mama dan papa jadi seperti itu karena kerasnya kehidupan yang mereka jalani, terutama karena harus memberi makan dua anak perempuan yang kadang tidak tahu diri, Gladiola dengan mulut dan perutnya yang selalu lapar dan Ranti yang banyak tingkah selalu ingin dibelikan ini dan itu.
“Gue sibuk. Nggak bakal bisa datang ngurus lo, jangan merengek-rengek.” ucap mama saat beliau sedang mengupas kulit kelapa. Gladiola sebenarnya tidak ingin datang. Tapi, siapa tahu operasinya gagal dan dia tiba-tiba mati. Keluarganya bakal kaget ketika nanti ada mobil jenazah datang dan putri sulung mereka tinggal jasad saja. Meski begitu, Gladiola yakin dia tidak bakal ditangisi melainkan dimarahi oleh sang ibu lantaran bakal menghabiskan uangnya. Kematian tidak pernah murah dan sebenarnya, Gladiola lebih mengkhawatirkan mama yang menggerutu.
“Di dunia aja nyusahin lo, mau mati pula.”
Sisi baiknya, Gladiola menganggap ucapan mama adalah doa supaya dia tetap hidup. Lagipula, siapa yang mau mati? Dia masih punya banyak rencana dan setelah sembuh nanti,dia akan ikut kursus alumni agar bisa kembali bergabung di universitas tempat sahabatnya Kania menimba ilmu lalu liburan keliling Indonesia dengan atau tanpa Kania. Tentang pekerjaannya sebagai SPG, Gladiola juga tidak akan berhenti. Dia sudah mendengar bahwa pegawai yang punya latar belakang pendidikan bagus, bekerja dengan amat giat bakal ditarik ke bagian manajemen dan bisik-bisik dari teman-teman, pegawai tetap seperti itu digaji dengan nominal menggiurkan, di atas sepuluh juta yang membuat mata Gladiola membelalak saking terpesonanya.
“Doain nggak mati, Ma.” balas Gladiola pelan. Dia ingin sekali membalas walau dokter gagal menyelamatkan nyawanya, Gladiola akan terus berusaha hidup. Dia akan merayu Tuhan supaya umurnya diperpanjang. Toh, gaji sebagai supervisor supermarket saja sudah membuatnya bersemangat hidup.
Mama memilih diam dan tidak melanjutkan sementara di depan rumah, papa sudah siap mengantar Gladiola. Namun, gadis itu menolak. Papa masih bertanya-tanya alasan Gladiola menghindari tatapan matanya dan lebih memilih untuk mengunjungi Kania yang rumahnya beberapa blok dari rumah orang tuanya. Hari itu hari Minggu dan Kania yang jomlo memilih berada di rumah. Sahabatnya itu kurang suka keramaian dan lebih suka berada di dalam kamar. Kania juga kurang suka mendengar suara berulang-ulang sehingga dia tidak suka menyetel musik, menyalakan suara notifikasi ponsel atau juga dering ponsel. Ketika Gladiola menuduhnya introvert, Kania dengan lantang membalas dia normal, tetapi kurang suka saja dengan semua itu. Hanya dengan Gladiola yang kadang juga suka dengan keheningan dia tahan. Bila tidak, setiap mendengar suara seperti klakson, tetesan air di dalam ember di kamar mandi, Kania merasa jantungnya hendak meledak dan kadang-kadang sesak napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi di Langit Gladiola
ChickLitPelangi Langit Gladiola vs Hans Bastian Adam