27 28

10K 2.5K 554
                                    

Dua bab. Kalo masih pelit vote ama komen, dadah babay, apdetnya bulan 12 aja.

Di KK dan KBM hampir bab 77. Lagi pada hepi asmara mereka di sono. Ola kawin sama Bos Kerupuk. Yuk ramein. Wkwkkw

***

Hari operasi Gladiola adalah hari yang membuat jantung Kania Adam berdebar dengan amat cepat dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Alasannya jelas. Di hari itu sahabat yang paling dia sayang akan menghadapi salah satu peristiwa cukup penting di dalam hidupnya, operasi pengangkatan benjolan di payudara. Meski begitu, Gladiola tidak bercerita banyak tentang seberapa ganas penyakitnya dan Kania tidak mau memaksa.  Lagipula, Kania berada di samping gadis itu bukan untuk membuatnya makin lemah melainkan memberi semangat. Karena itu juga, dia berusaha sekali untuk memenuhi janji saat Gladiola memohon Hans tidak boleh tahu sama sekali.

Alasannya? Selama ini, soal rambut saja Hans sudah merundungnya habis-habisan seolah rambut keriting Gladiola adalah aib yang seumur hidup tidak bakal bisa dirubah. Apalagi soal benjolan di dada. Bukan apa-apa, pandangan laki-laki pastilah wanita itu harus sempurna apalagi soal dada yang kebanyakan menjadi fokus mereka setiap menggaet wanita. Bisa dibayangkan bakal berapa kali lipat terlukanya Magnolia jika Hans mendapati kalau sahabat adiknya mesti dilukai dadanya demi mengangkat benjolan.

Untunglah Kania cukup bijak dengan merahasiakan semua itu. Tetapi, siapa menyangka kalau beberapa saat sebelum berangkat ke rumah sakit, sang abang yang sedang tidak ada pekerjaan lantas menggoda Kania yang terlihat amat sibuk.

“Bukan urusan lo gue mau ke mana.” balas Kania saat dia berjalan menuju kamarnya sendiri. Pagi itu masih pukul enam lewat lima belas. Kania sudah izin kepada sang mama untuk ke rumah sakit. Kepada ibunya, Kania sudah memberi tahu. Tapi, dia mewanti-wanti kalau berita itu tidak boleh bocor ke telinga Hans. rencananya, Kania akan menginap bila diperlukan. Dia tidak tahu seperti apa operasi pengangkatan benjolan dan apa yang mesti dilakukan usai operasi. Tapi, bila Gladiola membutuhkan, dia akan terus berada di sisi sahabatnya. Sang mama bakal curiga bila dia menghilang dan memberi tahu wanita yang telah melahirkannya itu Kania rasa sudah merupakan keputusan yang terbaik. 

Hanya saja, punya abang yang ceriwis seperti perempuan, membuatnya agak sedikit kesal. Bukan tidak mungkin Gladiola bakal ngambek dioperasi walau sebenarnya, hubungan komunikasi antara Hans dan Gladiola tidak sekacau dulu. Hans sepertinya tidak banyak omong lagi. Tetapi, Gladiola yang sakit seperti ini tidak terjadi setiap saat dan Kania tidak bisa menebak kalimat apa yang bakal keluar dari bibir abangnya. 

“Ma, lihat, nih. Nia ngomong kasar.”  Hans yang duduk di meja makan buat sarapan mengadu kepada ibunya sedangkan Kania hanya meliriknya sinis sebelum masuk kamar. Dia akan memesan ojek saja karena belum tahu apa yang bakal terjadi di rumah sakit. Jika nanti Gladiola pulang ke mess, Kania bisa membantunya. Agak menyeramkan membonceng pasien yang baru selesai operasi dengan motor. 

“Dedek, ngomongnya yang bagus.” suara sang mama membuat Hans di atas angin. Dia nyengir sambil makan bakwan dan respon Kania kemudian adalah juluran lidah sebelum akhirnya dia masuk kamar dan membanting pintu. Untung saja, dia sudah menyiapkan semua kebutuhan selama dua hari di dalam tas ransel dan sebuah tas jinjing berisi makanan yang disiapkan sang ibu untuk memberi semangat kepada Gladiola yang akan dia bawa. Mereka sudah janjian di rumah sakit dan seperti yang baru dia baca dari pesan yang dikirim Gladiola kepadanya, sejak pukul enam pagi sahabatnya itu sudah menunggu di rumah sakit.

Setelah Kania akhirnya bisa merasa bebas dari Hans yang entah kenapa seolah memperhatikan gerak-geriknya, dia berhasil berangkat ke rumah sakit ketika hari menjelang pukul tujuh. Ketika tiba, Tata sedang menunggu Gladiola diambil darah di ruang lab. Kehadiran Tata juga membuat Kania sedikit bersyukur, setidaknya Gladiola juga memiliki teman lain yang peduli kepadanya. Susah sekali membayangkan mengalami nasib seperti yang kini dialami oleh sahabat kesayangannya itu. Operasi, apalagi pengangkatan benjolan menurut Kania amat berhubungan dengan hidup dan mati. Bagaimana bila ada komplikasi? Tidak sedikit banyak yang meninggal karena kanker payudara dan mengingatnya lagi sudah membuat matanya basah. Bagaimana jika dia tidak melihat sahabatnya lagi? Membayangkan Hans dan Gladiola jadian saja sudah sangat mustahil apalagi soal operasi ini. Tidak heran, dia yang aslinya malas beribadah, jadi begitu rajin terutama sejak tahu Gladiola harus dioperasi.

Pelangi di Langit GladiolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang