Candra tidak datang sendiri. Ia ke rumah ibunya bersama dokter yang akan memeriksa. Lala menyambut mereka dan langsung mengarahkannya ke kamar Sarina. Setelah pintu dibuka lebar, Candra bisa melihat ibunya meringkuk di ranjang sembari memegang kepala. Wanita itu terkejut dengan kedatangan anaknya.
"Kamu ngapain ke sini? Kenapa ada dokter?"
"Ibu harus diperiksa."
"Ibu nggak mau!"
"Sebentar aja, Bu."
"Nggak mau! Ibu bilang nggak mau, ya, nggak mau!"
"Silakan, Dok." Candra tetap memerintahkan dokter memeriksa Sarina. Jelas wanita itu memberontak.
"Ibu tenang dulu, ya. Saya cuma periksa sebentar, kok," kata Dokter saat Sarina menolak diukur tekanan darahnya. Suka tidak suka, Sarina mengikuti semua prosedur pemeriksaan supaya dokter ini cepat lenyap dari rumahnya.
"Mas, sebaiknya ibunya dirujuk ke rumah sakit saja. Tensi ibu tinggi, takutnya sakit kepala yang dirasakan itu tanda-tanda stroke. Di rumah sakit, ibu bisa melakukan pemeriksaan menyeluruh, seperti MRI dan CT-scan untuk mencari penyebab sakit kepala ibu," ucap Dokter setelah memeriksa Sarina. "Tapi, kalau ibu belum mau, saya kasih obat pereda sakit kepala dan penurun tensi. Semoga setelah meminum obat ini, tensi ibunya kembali normal dan sakit kepalanya sembuh."
"Baik, Dok."
Setelah diberikan obat, Lala kemudian yang mengantarkan dokter sampai di depan pintu, sementara Candra tetap di kamar ibunya.
"Bu, kita ke rumah sakit, ya. Ibu harus diperiksa." Candra mencoba membujuk ibunya.
"Lho, tadi, kan, sudah diperiksa. Ngapain ke rumah sakit? Wis, to, ibu ini cuma sakit kepala. Nggak usah kamu dengerin kata dokter."
"Tapi, Bu--"
"Lagian, kamu ngapain ke sini? Kamu sudah pilih perempuan itu ya nggak usah pedulikan ibu lagi!"
Ucapan ibunya membuat Candra tertegun. Ini Sarina sedang mengungkit kejadian lalu, kah? "Bu, aku nggak milih siapa pun. Aku mau hidup sama Melisa apa salah?"
"Nah, itu, kamu lebih memilih perempuan itu daripada ibu yang sudah melahirkan dan membesarkan kamu sampai jadi begini. Jadi, buat apa kamu ke sini lagi? Kalau ibu mati pun kamu senang, kan?"
Tidak ada yang lebih menyakitkan selain kata-kata ibunya barusan. Demi Tuhan, Candra tidak pernah senang dengan keadaan ini. Kalau bisa, dia ingin bersama ibunya, juga bersama istri dan anaknya. Apa keinginannya ini termasuk sebuah keserakahan makanya tidak pernah dikabulkan?
"Lagian, kamu sekarang senang bisa kembali ke ayahmu. Kamu bahagia sama ayahmu dan istri barunya. Untuk apa kamu cari ibu lagi? Mau manas-manasin ibu?"
"Ibu juga waktu itu pernah ke rumah, Ibu mau ketemu aku, kan?"
"Percaya diri sekali kamu. Ibu cuma mau lihat rumahmu, tapi ibu salah. Kamu masih bodoh. Demi perempuan itu, kamu berikan rumah itu ke dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Little Captain! [END]
RomanceIbu Negara season 2. Disarankan membaca Ibu Negara terlebih dahulu. *** Hadirnya keluarga baru, ternyata cukup mengobati luka di hati Candra. Ditambah sebentar lagi dia menjadi orang tua. Candra masih terus berjuang mempersiapkan kedatangannya bers...