Ambar dan Mas Agus yang baru saja masuk panik setelah mendengar teriakan Melisa yang terempas dari anak tangga terakhir. Desi sambil menggendong Xania juga menghampiri Melisa. Sementara itu, Melisa mencoba berdiri sendiri. Namun, dia merasakan kesakitan yang sangat pada pergelangan kaki kirinya.
"Mbak Mel nggak apa-apa? Ada yang sakit nggak?" tanya Ambar dengan wajah panik.
"Kaki aku, Mbak. Kayaknya keseleo."
"Ya Allah! Ayo, Mas Agus, bantuin Mbak Mel jalan ke sofa itu!"
Mas Agus maju selangkah ke arah Melisa. "Kaki mana yang sakit, Mbak?"
Melisa merintih kesakitan. "Yang kiri."
"Saya bantu, ya, Mbak."
Mas Agus lantas berdiri dan sedikit berlutut di samping kiri Melisa, meletakkan tangan Melisa ke bahunya, membantu Melisa berdiri sedikit demi sedikit, kemudian melangkah pelan menuju sofa. Sesampainya di tempat itu, Melisa duduk pelan-pelan. Ambar yang mengikuti di belakang dengan sigap meletakkan kaki kiri Melisa di atas meja.
"Waduh, udah mulai bengkak, Mbak! Saya ambil es batu dulu buat kompres."
"Saya aja yang ambilin, Mbak." Desi menawarkan diri.
"Xania di sini aja, Mbak," kata Melisa.
Desi menurut. Dia letakkan Xania tepat di samping mamanya. Anak itu kemudian menatap wajah Melisa lekat-lekat. Semula tidak berhenti berceloteh, apalagi kalau diturunkan ke lantai langsung merangkak ke sana-sini, sekarang mendadak diam.
"Mama nggak apa-apa, Sayang. Kaki mama cuma sakit sedikiiit." Melisa mengelus kepala Xania sambil menahan sakit. Xania merangkak turun, lalu berhenti tepat di kaki Melisa. Setelah berhasil berpegangan di meja, satu tangan Xania menyentuh kaki mamanya yang sakit.
"Xania mau obatin kaki Mama? Emang bisa?"
Xania menyentuh sekali lagi, kemudian merangkak kembali ke tempat semula, meletakkan kepalanya di dada Melisa. Spontan Melisa memeluk tubuh mungil itu.
"Mama nggak apa-apa, kok. Adik juga nggak apa-apa. Xania jangan sedih, ya."
Desi datang dengan membawa es batu dan kain. Setelah itu, Ambar meletakkan es batu tersebut di atas kain dan ditutup rapat. Kemudian, ditempelkan ke pergelangan kaki Melisa yang sakit. Melisa mengulum bibirnya menahan nyeri yang mendera. Sesekali tangannya mengelus perut. Bagian itu sejak tadi juga kram.
Xania yang melihat ekspresi mamanya seketika berubah raut wajahnya dan menangis. Belum selesai menahan sakit di kaki, Melisa harus menenangkan anaknya.
"Xania kenapa nangis? Mama nggak apa-apa, lho. Udah, ya, jangan nangis."
Karena Xania tidak berhenti juga, Desi berinisiatif mengajaknya main, tetapi anak itu menolak. Tangannya terus mencengkeram ujung pakaian Melisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Little Captain! [END]
RomanceIbu Negara season 2. Disarankan membaca Ibu Negara terlebih dahulu. *** Hadirnya keluarga baru, ternyata cukup mengobati luka di hati Candra. Ditambah sebentar lagi dia menjadi orang tua. Candra masih terus berjuang mempersiapkan kedatangannya bers...