50 - Polosnya Anak Kecil

9.4K 1K 53
                                    

Semula Melisa tidak mau kepo urusan rumah tangga orang meskipun orang itu adalah kakaknya sendiri, apalagi setelah mendengar perceraian itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semula Melisa tidak mau kepo urusan rumah tangga orang meskipun orang itu adalah kakaknya sendiri, apalagi setelah mendengar perceraian itu. Namun, mendengar ucapan Tiara barusan, jangan salahkan radar penasaran Melisa aktif secara tiba-tiba. Katanya anak kecil itu jujur. Jadi Melisa yakin Tiara sekarang sedang tidak mengarang cerita.

"Tiara tahu dari mana kalau ada laki-laki masuk ke kamar mama papa?"

"Tiara lihat sendiri, Tante. Waktu itu Tiara di rumah."

Melisa tertegun. Sumpah, apa yang di pikiran Mutia saat membawa laki-laki lain ke rumah saat ada Tiara? Kok, tidak tahu malu, sih! "Papa juga di rumah?"

"Nggak, Tante. Papa waktu itu pergi."

"Terus, kok, papa bisa marah-marah? Berarti lihat, dong?"

"Iya, papa pulang cepet terus lihat."

Melisa terpaku. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Ahsan setelah melihat istrinya sedang bersama pria lain. Melisa yang hanya takut Candra digoda perempuan di luar sana sudah kelimpungan. Ini menyaksikan secara langsung.

"Sebelumnya mama pernah nggak ajak laki-laki itu ke rumah atau ke kamar?" Melisa belum mau berhenti sampai rasa penasarannya musnah. Asli walaupun dia tidak melihat kejadiannya secara langsung, Melisa tetap kesal. Bayangkan Ahsan di luar bekerja, lalu di rumah Mutia malah seenaknya. Mengajak laki-laki ke kamar yang seharusnya privasi itu merupakan perbuatan biadab.

"Sering. Kalau Tiara pulang sekolah, laki-laki itu selalu ikut mama."

"Berarti laki-laki itu datangnya kalau papa lagi nggak ada di rumah, ya?"

Tiara hanya mengangguk karena tangannya sedang menyisir rambut barbie. Berarti fix Mutia ternyata selingkuh di belakang Ahsan.

"Tiara kenal nggak sama laki-laki itu?"

"Nggak, Tante."

Barulah Melisa berhenti bertanya soal penyebab perceraian kedua orang tua anak ini. Mungkin karena kejadian ini, makanya Tiara bisa ikut papanya. Melisa malah sangat setuju Tiara di tangan Ahsan, bukan dengan Mutia. Melisa juga bersyukur Ahsan tegas mengambil keputusan ini. Tidak buta oleh cinta.

"Tiara kenapa mau ikut sama papa? Papa, kan, kerja. Kalau mama pasti sering di rumah. Di sana juga pasti enak. Kalau di sini, kan, Tiara nggak punya temen."

"Tiara nggak mau ikut mama. Mama suka mukul aku. Tante salah, Tiara udah punya temen, kok, di sini."

Lagi-lagi, Melisa melebarkan mata. "Kenapa mama pukul Tiara?"

"Kata mama, Tiara nggak mau nurut sama mama."

"Mama sering mukul Tiara?"

"Iya, Tante. Mama juga pernah kunciin aku di kamar."

Otak Melisa langsung membayangkan Mutia memukul tubuh mungil anaknya sendiri. Melisa spontan memejamkan mata, lalu mendekap erat Tiara.

Di saat Melisa susah payah ingin memiliki anak, ada seorang ibu yang tega menyakiti anaknya sendiri padahal mudah mendapatkannya. Kenapa masih ada ibu yang tidak memiliki hati seperti Mutia? Melisa lagi-lagi sangat setuju kalau Tiara ikut bersama Ahsan. Tiara akan aman di tempat ini. Tiara harus tumbuh di lingkungan yang baik.

Hi, Little Captain! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang