45 - MPASI Pertama

8.7K 1K 43
                                    

Drama mengurus Sarina tidak akan ada habisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Drama mengurus Sarina tidak akan ada habisnya. Kesabaran Melisa setipis lapisan tisu yang dibagi itu harus dituntut tabah saat menghadapi sang mertua. Meskipun sekarang sedikit kalem, sih. Sarina hanya rewel kalau Melisa salah merawat tanaman yang katanya berharga jutaan itu, atau kalau Melisa lama sekali tidak masuk ke kamarnya. Ya, bagaimana lagi, Melisa mengurus dua bayi sekaligus. Sampai detik ini Melisa belum mantap memakai jasa baby sitter.

Lagi pula, melihat perkembangan Xania dari hari ke hari merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi Melisa. Xania sudah bisa duduk sendiri, sudah mulai belajar merangkak, sudah bisa menggenggam benda dan meraihnya, dan kalau namanya dipanggil, dia akan menoleh dan merespons dengan suara. Xania juga sangat mengenal wajah kedua orang tuanya. Yang merepotkan ketika Candra akan pergi terbang, Xania akan menangis begitu melihat ayahnya pakai seragam.

Berkat ketelatenan Melisa juga, meskipun harus tarik urat dulu setiap kali hendak berangkat ke rumah sakit, Sarina perlahan-lahan meninggalkan kursi rodanya. Wanita itu sudah bisa jalan menggunakan walker. Dokter mengatakan kalau semangat dan rajin, Sarina bisa berjalan normal lagi. Namun, membujuk nenek satu ini susahnya minta ampun. Yang katanya sakit, yang katanya perawatnya galak, dan serangkaian alasan yang bikin Melisa geleng-geleng.

Karena Xania sudah tertarik pada makanan, memperhatikan ketika mamanya sedang makan, dan kata dokter sudah waktunya, Melisa berani memulai memberikan MPASI pertama. Pagi setelah sarapan dan setelah menyusui pertama, Melisa mengolah sendiri makanan yang akan disantap anaknya dengan bantuan tutorial di internet. Kebetulan saat ini Candra di rumah, dia yang kebagian pegang Xania selama Melisa masak.

"Teksturnya jatuh perlahan." Melisa menyendok bubur nasi campur ayam, wortel, tahu, dan keju yang sudah dihaluskan menggunakan blender. Dirasa teksturnya sama persis seperti di video, Melisa melangkah lebar menuju ruang tengah, menghampiri anak dan suaminya. Melihat mamanya datang, Xania tersenyum cerah dan merentangkan tangannya.

"Hari ini Xania udah boleh makan. Seneng udah boleh makan?"

Xania merespons dengan tawa renyah seraya mengentakkan kedua kakinya. Candra langsung mendudukkan Xania di kursi makan khusus bayi yang sudah dibeli sebelum anak ini lahir. Lelaki itu sempat kewalahan saat menyatukan strap karena kaki Xania bergerak lincah. Candra juga memasang apron di leher anaknya agar makanan tidak tercecer ke bajunya. Setelah mejanya dipasang, Melisa meletakkan mangkuk di sana.

"Mamam!" Xania mulai mencolek makanannya sendiri. Melisa segera memegang mangkuk itu lagi sebelum tangan anaknya penuh dengan bubur.

"Untuk hari ini Xania disuapin dulu, ya. Kapan-kapan Xania makan sendiri, oke?"

"Ooo."

"Kalau masakan mama nggak enak, maklumi, ya, Nak. Mama udah berusaha masak buat Xania," kata Candra dan dibalas lirikan tajam dari Melisa.

"Kenapa nggak digendong anaknya? Nanti nggak habis makannya. Digendong terus ajak keluar."

Ini lagi. Ibu yang satu ini memang susah diberi tahu. Sudah sering Melisa mengingatkan tentang peraturan rumah ini, tetap saja tidak didengar oleh Sarina.

Hi, Little Captain! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang