Usia kandungan Melisa memasuki bulan ketujuh. Waktu yang cocok untuk beli perlengkapan bayi. Ini bukan menuruti mitos, sih. Menurut Melisa, memang harusnya beli-beli keperluan bayi itu di saat menjelang kelahiran saja, supaya nanti tidak kelamaan disimpan. Kalau di awal kehamilan, takutnya setelah lahir nanti malah tidak cocok. Apalagi, Melisa mengandung bayi kembar, menurut perkiraan dokter, bobot bayinya akan berbeda.
Beruntung Candra sedang di rumah. Ini saat yang tepat untuk menyeret laki-laki itu ke pusat perbelanjaan. Setelah makan, Melisa sangat bersemangat menulis daftar barang yang harus dibeli di ponselnya.
"Baju bayi nggak usah beli, Mas. Soalnya punya Xania masih banyak dan masih layak pakai. Nanti minta tolong Mbak Ambar buat cuci semuanya. Yang mesti ditambah itu kain bedong sama perlak. Punya Xania udah rusak, tuh. Terus kita harus beli sarung tangan, kaus kaki, topi, jaket, sama selimut. Oh, iya, botol susu juga. Beli yang baru jangan pakai bekas Xania."
"Kan, itu bisa beli online, Sayang. Nggak harus beli di luar."
Melisa menurunkan ponselnya usai mendengar suara Candra. "Ya, nggak bisa, Mas. Kalau online aku nggak bisa memastikan bahannya aman buat anak kita."
Mendapat tatapan tajam serta ucapan dari istrinya, Candra diam tak berkutik. "Ya udah, aku nurut."
Mendengar itu, Melisa tersenyum manis, kemudian melanjutkan catatannya. "Nah, habis itu kita beli stroller buat anak kembar, Mas. Bak mandi kayaknya perlu beli juga. Pokoknya yang di rumah ada satu, kita tambah aja biar nanti nggak repot."
"Gimana kalau aku aja yang belanja, Sayang? Kamu di rumah tinggal tunggu beres." Candra memberi usul. Maksudnya supaya Melisa tidak kelelahan belanja, tetapi sayangnya justru mendapatkan tatapan tajam dari istrinya.
"Aku mau ikut, Mas. Kalau Mas yang belanja, nanti di luar perkiraan budget. Kayak waktu itu aku pernah minta tolong beliin lotion Xania yang 500 mili. Disuruh beli satu, malah beli sepuluh. Itu habisnya kapan coba? Keburu kedaluwarsa. Udah, pokoknya aku harus ikut!"
Kalau sudah begini, Candra tidak bisa mengelak lagi. Memang harusnya dia menurut saja dengan istrinya.
Dirasa sudah lengkap daftar belanjanya, Melisa beranjak mengganti pakaian. Kini dia mengenakan dres panjang berwarna biru muda. Rambutnya diikat ke belakang dan sedikit merias wajahnya.
Sayangnya Xania tidak bisa ikut lantaran sedang tidur siang. Melisa hanya pergi berdua dengan Candra. Namun, sebelum pergi, mereka bertemu Sarina di ruang tamu.
"Mau ke mana kalian?" tanya Sarina.
"Mau belanja buat bayi." Melisa yang menjawab. Masih setia menggandeng lengan Candra.
"Lho, emangnya bekas anak pertama udah nggak ada, to?"
"Ya, masih ada, tapi beda, lah, Bu. Masa anak cowok pake baju anak cewek. Kasian anak aku, masa pakai bekas kakaknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Little Captain! [END]
RomanceIbu Negara season 2. Disarankan membaca Ibu Negara terlebih dahulu. *** Hadirnya keluarga baru, ternyata cukup mengobati luka di hati Candra. Ditambah sebentar lagi dia menjadi orang tua. Candra masih terus berjuang mempersiapkan kedatangannya bers...