Sejak bangun tidur hingga saat ini Melisa bolak-balik masuk ke kamar mandi. Muntah-muntah karena perutnya mual. Dia ingat semalam tidak makan gara-gara merias diri dan menunggu Candra.
Keluar dari kamar mandi, Melisa duduk di sofa. Xania masih terkurung di tempat tidurnya dengan berbagai macam mainan supaya tidak menangis saat ditinggal. Sebenarnya Melisa bisa saja masuk ke kamar lalu menitipkan Xania ke ayahnya, tetapi kalau ingat lagi apa yang dilakukan Candra, Melisa mengurungkan niat itu.
Dirasa tubuhnya mulai enteng, Melisa bangkit dan melangkah mendekati tempat tidur Xania. Dia membuka pintu pagar ranjang, menurunkan Xania sekaligus mainannya ke lantai yang dilapisi karpet. Seketika anak itu merangkak sembari cekikikan. Tangannya menggerakkan boneka beruang.
"Xania ganti popok dulu, ya."
Melisa mulai melepaskan celana Xania. Tentu saja dengan penuh perjuangan karena Xania terus bergerak ke segala arah. Celana berhasil dilepas, saat yang bersamaan pintu terbuka. Melihat ayahnya datang, Xania bersemangat menghampiri. Saat berhasil menjangkau, Xania berdiri bertumpu pada kaki sang ayah.
"Bababa!" Xania mendongak. Mulai oleng dan dengan sigap Candra mengangkat anaknya. Anak itu kegirangan.
Saat Candra duduk di dekatnya, Melisa memalingkan wajah ke arah lain.
"Aku aja yang gantiin popoknya."
Melisa langsung menyerahkan popok bersih beserta tisu basah dan krim ruam tanpa mengeluarkan suara. Ekor matanya melirik Candra yang mulai mengganti popok Xania. Namun, entah kenapa Melisa merasa tubuh suaminya bau sekali, seperti belum mandi berhari-hari. Padahal, dia sangat tahu kebiasaan lelaki itu selalu mandi setelah bangun tidur.
Melisa sudah tidak tahan lagi. Dia berlari masuk ke kamar mandi dan kembali memuntahkan isi perutnya di wastafel sampai tidak ada yang bisa dikeluarkan lagi. Melisa membalikkan tubuhnya agar bisa bersandar pada dinding wastafel sekitar 15 menit kemudian. Tangannya menyeka keringat di kening.
"Mel, kamu kenapa?" Candra muncul sambil menggendong Xania. Melisa spontan menutup hidungnya.
"Mas nggak mandi, ya!"
"Aku mandi. Kamu nggak lihat rambutku masih basah? Aku juga udah pakai parfum."
Melisa mendongak. Memang benar rambut lelaki itu tampak basah. Aneh. Harusnya tidak bau, kan? "Tapi, Mas bau. Aku nggak tahan."
"Bau apa?"
"Ya, pokoknya bau! Udah sana pergi!"
"Kamu kenapa?"
"Aku nggak tahu. Udah sana minggir, aku mau keluar!"
Candra menyingkir. Membiarkan Melisa jalan sendiri pelan-pelan. Ingatannya terlempar ke masa-masa kehamilan Melisa. Yang terjadi pada istrinya barusan persis seperti awal hamil Xania. Tidak mungkin, kan, satu perbuatannya tanpa pengaman itu meninggalkan jejak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Little Captain! [END]
Storie d'amoreIbu Negara season 2. Disarankan membaca Ibu Negara terlebih dahulu. *** Hadirnya keluarga baru, ternyata cukup mengobati luka di hati Candra. Ditambah sebentar lagi dia menjadi orang tua. Candra masih terus berjuang mempersiapkan kedatangannya bers...