Setelah Melisa pergi dan tidak mungkin kalau dibujuk sekarang, Candra memilih masuk ke ruang perawatan Sarina lagi. Ia menyeret kursi agar dekat dengan ranjang ibunya. Matanya menyapu tubuh Sarina dari ujung rambut sampai ujung kaki. Banyak yang berubah. Wajah ibunya tampak pucat dengan bibir pecah-pecah. Candra pun menyadari badan ibunya lebih kurus dari biasanya.
"Kalian bertengkar?" Sarina bersuara.
Candra menggeleng. Tangannya menggapai tangan Sarina. Menggenggamnya dengan lembut. "Apa yang ibu rasain?"
Sarina memandang langit-langit kamar. Terdengar embusan napas setelah itu. Kalau ditanya seperti itu, dia sendiri bingung bagaimana menjelaskannya. Rasanya seperti ada yang hilang. Lidahnya tidak mampu mengecap rasa. Kepalanya terus berdenyut nyeri. Kemudian, kedua kakinya tidak merasakan apa pun. "Ibu mau pulang."
"Sabar, ya, Bu. Nanti kalau dokter udah bolehin pulang, Ibu pulang, kok."
"Dokternya nggak pinter, kok. Kaki ibu dari kemarin nggak bisa diapa-apain."
"Kan, Ibu baru sehari di sini. Nanti kalau Ibu dapat perawatan dari dokter, Ibu bisa jalan lagi."
Pintu terbuka. Menampakkan sosok laki-laki dan perempuan mengenakan pakaian putih. Sudah pasti dokter dan perawat. Candra lantas berdiri, memberikan ruang untuk dokter itu.
"Anda siapa?" tanya Dokter.
"Saya Candra, anaknya pasien ini."
"Oh. Perkenalkan saya Arman, dokter yang bertanggung jawab di sini. Kalau begitu Anda boleh tunggu di sini. Saya izin periksa pasien dulu."
"Silakan, Dok."
Dokter kemudian mengecek kondisi Sarina. Juga bertanya keluhan yang dirasakan Sarina. Di samping dokter itu, seorang perawat mencatat hasil pemeriksaan di sebuah kertas dialasi papan.
"Dok, apa ibu saya bisa sembuh?" tanya Candra.
"Untuk peradangan bisa sembuh, pasien sudah diberikan obat untuk mencegah penyebaran bakteri, tapi komplikasi yang terjadi mungkin membutuhkan proses yang panjang. Kami mohon kerja samanya supaya penyembuhan pasien lancar."
"Lalu, ibu saya harus ngapain supaya bisa jalan lagi?"
"Pasien harus melakukan fisioterapi, tapi sekali lagi saya sampaikan, kemungkinan besar waktunya akan sangat lama."
Mendengar itu, Candra tertegun. Dia tidak masalah kalau harus menghabiskan biaya banyak, asalkan ibunya bisa pulih kembali. Tinggal bagaimana cara membujuk ibunya supaya mau mengikuti serangkaian pengobatan.
"Ibu mau pulang aja, Candra. Ibu udah nggak betah di sini." Sarina kembali meminta pulang.
"Ibu masih harus di sini. Ibu mau sembuh, kan?"
"Kata Dokter lama, kok. Mendingan ibu pulang aja."
Candra menghela napas. "Kalau pulang sekarang, malah makin lama, Bu. Nggak apa-apa, ya, di sini? Aku temenin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Little Captain! [END]
RomanceIbu Negara season 2. Disarankan membaca Ibu Negara terlebih dahulu. *** Hadirnya keluarga baru, ternyata cukup mengobati luka di hati Candra. Ditambah sebentar lagi dia menjadi orang tua. Candra masih terus berjuang mempersiapkan kedatangannya bers...