Paginya, mereka sarapan bersama. Melisa sudah bisa makan sedikit-sedikit saat pagi hari. Namun, tahu sebentar lagi akan berpisah dengan suaminya, selera makan Melisa tiba-tiba hilang. Dia tetap makan karena tidak mau membuat Candra khawatir dengan keadaannya.
"Udah siap semua, kan, Mbak?" tanya Candra kepada Mbak Lala.
"Sudah, Mas. Semalam sudah saya beresin semua, terus tadi saya cek lagi, nggak ada yang ketinggalan."
"Habis ini minta Mas Agus buat taruh di dalam mobil, ya, Mbak."
"Iya, Mas."
Suara sendok ketika diletakkan di atas piring terdengar. Melisa menyudahi makannya padahal masih tersisa di piringnya. Melihat itu, Candra ikut berhenti makan dan beralih menatap Melisa.
"Kenapa nggak habis, Sayang?"
Melisa menyesap air putih sebelum menjawab suaminya. "Udah kenyang, Yah," jawabnya sembari meletakkan gelas kosong.
"Apa!" Xania bersuara kencang di kursinya. Sekitar pipi dan tangannya penuh dengan warna ungu karena makan buah naga disuapi Desi.
Candra tersenyum memandang anaknya. "Oh, kamu juga mau ditanyain?"
"Babab."
"Xania makan apa?"
"Bah."
"Oh, buah. Xania makan yang banyak, ya. Jangan disisain kayak Mama."
Xania kemudian menerima suapan selanjutnya dari Desi. Tentunya tangan dan kaki tidak berhenti bergerak. Sampai-sampai minumannya tumpah di meja. Desi dengan sigap membersihkannya. Tidak masalah meja, kursi, bahkan tubuh Xania penuh dengan buah naga. Asalkan anak itu mau makan sampai habis.
Selesai makan, Xania ganti baju dulu karena terkena percikan air dan buah naga. Sementara itu, Candra membantu Mas Agus memasukkan koper-koper ke dalam bagasi. Melisa sendiri tidak melakukan apa pun. Dia memilih menyingkir untuk menegakkan hatinya yang sebentar lagi akan ditinggal Candra. Ah, tinggal beberapa jam lagi, tetapi hati sudah ketar-ketir.
Setelah semuanya sudah siap, mereka lantas menaiki mobil dan berangkat ke bandara. Di dalam mobil, Xania tidak berhenti mengoceh. Agar tidak bosan, Melisa memberikan mainan yang biasa anak itu mainkan ketika di rumah. Boneka rajut juga tidak boleh ketinggalan.
Sampai di bandara satu jam kemudian, Sarina dulu yang harus dipindahkan ke kursi roda. Mereka bergerak menuju terminal keberangkatan. Candra masuk ke konter check in, menunjukkan tiket, paspor, dan surat keterangan kesehatan milik Sarina. Usai berbincang sebentar, petugas konter check in memberikan boarding pass dan barang-barang mereka masuk ke bagasi pesawat setelah ditimbang dan diberikan label, termasuk kursi roda milik Sarina. Selama menunggu keberangkatan, Sarina menggunakan kursi roda yang disediakan maskapai.
Mereka pindah ke ruang tunggu karena waktu penerbangan masih sekitar 30 menit lagi. Candra memanfaatkan waktu tersebut dengan mengajak Xania melihat pesawat yang terparkir dari jendela besar. Xania tampak melongo menyaksikan penumpang yang terlihat seperti semut keluar dari pesawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Little Captain! [END]
RomansIbu Negara season 2. Disarankan membaca Ibu Negara terlebih dahulu. *** Hadirnya keluarga baru, ternyata cukup mengobati luka di hati Candra. Ditambah sebentar lagi dia menjadi orang tua. Candra masih terus berjuang mempersiapkan kedatangannya bers...