66 - Kebingungan

8.1K 1K 100
                                    

"Sudah kelihatan kantung janinnya, ya, Bu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah kelihatan kantung janinnya, ya, Bu. Sudah delapan minggu."

Melisa hanya tersenyum tipis. Dia lirik Candra yang sejak tadi berdiri di sisi bed pemeriksaan, tidak berhenti mengelus kepala, membantunya turun dan duduk di kursi setelah selesai diperiksa. Tidak hanya itu, Candra juga yang lebih sering bertanya ketimbang dirinya. Tangannya tidak lepas menggenggam jemari istrinya. Melisa justru merasa lega karena sejak tadi pikirannya melambung ke Xania yang kini sedang dititipkan pada Ambar.

"Hormon HCG Bu Melisa lebih tinggi dari kehamilan sebelumnya. Saya curiga kalau Ibu sekarang sedang mengandung bayi kembar. Tapi, kita bisa memastikan lewat USG kalau usia kandungannya sudah sepuluh minggu."

Mendengar ucapan itu, Melisa tidak tahu harus menanggapi bagaimana. Dia sendiri masih berusaha menerima kenyataan ini, apalagi kalau ditambah prediksi Dokter Indi benar-benar terjadi. Melisa terus memikirkan Xania. Ternyata begini rasanya hamil di saat anak masih kecil.

"Istri saya masih bisa menyusui, kan, Dok?"

Melisa memiringkan kepala. Lagi-lagi, dia memandang takjub ke arah suaminya.

"Masih bisa jika tidak ada keluhan selama menyusui," jawab Dokter Indi.

"Kalau boleh tahu kapan harus berhenti?"

Sekali lagi, bukan Melisa yang bertanya, melainkan Candra.

"Kalau Bu Melisa merasakan nyeri pada payudara saat menyusui. Kalau tidak berhenti, nanti bisa memicu kontraksi dan itu sangat berbahaya."

Melisa tercekat. Apa yang dikatakan Dokter dia alami selama ini. Rasa yang Melisa kira adalah tanda-tanda menstruasi ternyata pertanda lain. Kalau dia bilang sekarang, pasti Dokter Indi akan menyarankannya berhenti menyusui. Melisa belum siap. Dia belum sanggup meninggalkan Xania.

Adiknya Xania, kerja sama, yuk! Mama masih mau menyusui kakak kamu, batin Melisa seraya mengelus perutnya.

"Karena jarak kelahiran sebelumnya dengan kehamilan sekarang terlalu dekat serta punya riwayat  operasi caesar, sebaiknya merencanakan kelahiran caesar supaya bisa siap-siap dari sekarang."

Untuk kesekian kalinya, Melisa dibuat jatuh oleh penuturan Dokter Indi. Pupus sudah harapannya untuk bisa merasakan melahirkan normal.

Usai dokter memberikan resep beberapa vitamin, barulah sepasang suami istri itu keluar dari ruang pemeriksaan. Melintasi ruang tunggu, ada beberapa pasangan yang sedang menunggu giliran dipanggil. Melisa menatap ibu hamil tersenyum seraya mengusap perut besarnya. Dulu, dia juga bahagia setiap kali bertemu dengan Dokter Indi, akan tetapi kenapa sekarang rasanya berbeda? Kenapa Melisa tidak merasakan hal yang sama ketika memeriksakan Xania?

Sampai di parkiran, Candra membukakan pintu mobil untuk Melisa, kemudian baru dirinya yang masuk. Melisa mengenakan sabuk pengamannya sendiri dengan tatapan kosong.

Hi, Little Captain! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang