Tangisan Xania memenuhi ruangan. Sejak tadi anak itu mengantuk dan lagi-lagi minta susu dari Melisa langsung. Tentu saja tidak akan dituruti. Melisa hanya menyaksikan Candra yang sibuk menimang-nimang Xania, berusaha memberikan susu. Perasaan perempuan itu campur aduk melihat Xania meraung karena dipisahkan dari mamanya. Dia tidak sanggup membayangkan malam-malam sebelum Xania juga seperti ini.
Setelah satu jam penuh dengan drama, akhirnya Xania mau minum susu dan perlahan tertidur di gendongan ayahnya. Candra langsung meletakkan anak itu di kamarnya, bukan jadi satu di kamar ini. Dari situlah Melisa semakin kehilangan. Biasanya kalau malam tidur bertiga, kecuali kalau sedang ingin berdua.
"Mas, kenapa Xania ditaruh di kamarnya?" tanya Melisa setelah Candra muncul.
"Kamu perlu istirahat dan Xania butuh tidur yang cukup. Aku rasa Xania lebih bagus kalau di sana."
"Tapi, kalau dia nangis gimana? Kalau dia cari aku gimana?"
"Nggak akan. Xania bakal tidur sampai pagi. Kalau nangis juga bakal diem sendiri. Di deketnya udah aku kasih botol susu."
Melisa tetap tidak tenang meskipun yang dikatakan Candra benar. Dia berusaha untuk percaya bahwa Xania akan baik-baik saja di kamarnya.
"Kasian Xania. Dia mau minum susu sama aku, tapi udah nggak boleh. Aku ibunya tapi nggak bisa nolongin anak sendiri. Aku bukan ibu yang baik, ya, Mas?" Mata Melisa berkaca-kaca. Sesak yang dia rasa sejak tadi mendesak keluar.
"Siapa yang bilang begitu? Kamu nggak seperti itu."
Candra duduk di dekatnya dan Melisa langsung menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. Tangan Candra mengelus kepala istrinya. Mengecup rambutnya.
"Aku mau kamu jangan mikir yang aneh-aneh lagi. Kamu ibu yang hebat. Xania bakal baik-baik aja. Janji jangan punya pikiran kayak gitu, ya?"
Melisa mengangguk pelan. Dia mulai mengatur napas.
Setelah itu sunyi. Mereka sama sekali tidak mengubah posisi. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Bagi Melisa, berdiam diri di pelukan Candra merupakan salah satu cara untuk menenangkan pikiran. Dia merasa terlindungi. Merasakan kasih sayang yang meluap hingga secara perlahan segala gundah menghilang.
"Mas pasti capek banget soalnya badan Xania berat," kata Melisa pelan.
"Biasa aja."
"Kalau sama aku beratan siapa, Mas?"
"Mel, kenapa kamu selalu kasih pertanyaan menjebak?"
Spontan Melisa tertawa kecil. Tangannya mencubit perut Candra. "Menjebak gimana, sih? Kan, tinggal dijawab aja."
"Ya kalau aku jawab salah, kamu marah."
Melisa semakin mengeratkan pelukannya. "Mas udah ngantuk belum?"
Candra menunduk, Melisa mendongak. Melisa sedikit menggerakkan kepalanya untuk mencium pipi suaminya.
"Belum ngantuk. Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Little Captain! [END]
RomanceIbu Negara season 2. Disarankan membaca Ibu Negara terlebih dahulu. *** Hadirnya keluarga baru, ternyata cukup mengobati luka di hati Candra. Ditambah sebentar lagi dia menjadi orang tua. Candra masih terus berjuang mempersiapkan kedatangannya bers...