Pukul setengah enam sore, waktunya Xania makan yang ketiga kalinya. Candra sudah mendudukkan anaknya di kursi. Tidak lama, Melisa datang dengan membawa piring khusus bayi berisi makanan padat. Melihat makanan yang tidak biasa, Candra mengerutkan keningnya.
"Kok, makanan Xania kayak gini, Sayang? Itu makanan apa?"
"Iya. Xania mulai belajar finger food. Ini aku buatin nugget ayam. Buatan sendiri, lho, Mas. Bukan kemasan yang sering Mas makan."
"Emang nggak keselek kalau Xania makan begini?"
"Nggak, Mas. Kan, Xania udah sering makan biskuit tanpa dicairin dulu, padahal biskuitnya keras. Sama Xania diemut-emut gitu. Pokoknya Mas lihat aja, deh, berapa potong yang masuk ke perut Xania."
Seperti biasa Melisa membimbing Xania berdoa, memberikan air putih sebelum makan, lalu mulai mencontohkan cara makan yang benar. Dirasa Xania sudah mengerti, Melisa mundur selangkah. Tidak lagi menyuapi Xania.
Candra diam setelah itu. Ia memperhatikan anaknya yang mulai mengambil potongan nugget itu. Perlahan Xania memasukkannya ke mulut. Begitu masuk dengan sempurna, kakinya bergerak lincah. Mungkin senang karena berhasil makan sendiri.
Sudah ada tiga potong yang berhasil masuk ke mulut Xania. Serpihannya menempel di sekitar mulut hingga pipi anak itu. Mejanya juga berantakan. Hebatnya tanpa tersedak sama sekali. Candra tidak membantu karena dilarang Melisa. Mereka harus membiarkan Xania menikmati makanannya sendiri.
Suapan selanjutnya, potongan nuggetnya jatuh ke lantai. Xania menurunkan tangannya, ingin menggapai makanan di bawah.
"Udah jatuh, Sayang. Udah kotor. Xania ambil lagi yang ada di meja," kata Candra. Namun, Xania malah memberontak, bahkan mulai merengek. Xania tetap ingin mengambil makanan yang sudah jatuh. Candra akhirnya mengambil satu potongan, lalu meletakkannya di telapak tangan Xania. Barulah anak itu diam. Matanya memperhatikan makanan berwarna cokelat itu, kemudian dilumat.
"Udah nggak mau makan sendiri dia." Melisa mengambil potongan lagi. Bermaksud ingin menyuapi Xania. Namun, anak itu menghindari tangannya. "Xania udah kenyang? Xania nggak mau makan lagi?"
"Apa mau disuapin sama ayah?" Candra meniru cara istrinya. Akan tetapi, hasilnya sama. Xania menolak untuk disuapi. Anak itu tampak asyik memainkan sisa makanannya.
"Cucu kakek lagi makan, ya." Hartanto datang dan langsung menghampiri Xania. Spontan Xania menoleh ke sumber suara. Tangannya mengacungkan nugget ke arah sang kakek. Dengan sigap, Hartanto menengadah tangan dan makanan itu jatuh tepat di telapak tangannya.
"Makasih. Xania baik banget sama kakek. Kakek makan, ya." Hartanto memasukkan makanan itu ke mulutnya. Tak lama, Xania meniru gerakan kakeknya, membuat kedua orang tuanya girang. Melisa dan Candra spontan bertepuk tangan.
"Kalian hati-hati kalau lagi bertindak dan jaga perkataan di depan Xania. Anak ini cepet banget nangkepnya." Hartanto menyelipkan nasihat kepada anak dan menantunya. Xania ini mirip dengan Melisa waktu masih kecil. Pertumbuhannya cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Little Captain! [END]
RomanceIbu Negara season 2. Disarankan membaca Ibu Negara terlebih dahulu. *** Hadirnya keluarga baru, ternyata cukup mengobati luka di hati Candra. Ditambah sebentar lagi dia menjadi orang tua. Candra masih terus berjuang mempersiapkan kedatangannya bers...