Melisa menyempatkan diri untuk istirahat saat Xania tidur. Namun, hanya sebentar lantaran seseorang mengetuk pintu kamarnya berkali-kali. Untungnya Xania tidak terusik karena tidurnya terpisah dengan mamanya.
Setengah mengantuk, Melisa bangkit, kemudian beranjak membuka pintu. Rupanya Ambar yang datang.
"Kenapa, Mbak?" Melisa mengamati wajah Ambar. Dari sana kelihatan wanita itu tampak panik.
"Anu, Mbak, Ibu jatuh."
"Hah!" Mata Melisa melebar. "Jatuh di mana, Mbak? Sekarang gimana?"
"Di kamarnya, Mbak. Tadi udah dibantuin sama Mas Agus."
Tanpa berpikir panjang lagi, Melisa berlari menuruni tangga, menuju kamar Sarina. Memang benar, di dalam ruangan itu, ada Mas Agus yang baru saja meletakkan kursi roda Sarina di dekat ranjang dan ada Mbak Lala yang muncul dari dalam kamar mandi.
"Mbak Lala, kok, Ibu bisa jatuh?" tanya Melisa.
"Tadi saya lagi di bawah, Mbak. Baru aja keluar. Terus, katanya ibu mau pindah sendiri ke kursi roda."
Melisa lantas mengalihkan pandangannya ke arah Sarina. "Aduh Ibu, kalau mau turun itu bilang sama Mbak Lala."
"Ibu bisa turun sendiri."
"Tapi, apa buktinya? Ibu jatuh, kan?" Melisa menghela napas. Rasa kantuk, panik, dan kesal bercampur jadi satu. Melisa mencoba menghalau semua rasa itu. Tangannya mulai meraba tangan dan kaki Sarina. "Nggak ada yang sakit, kan, Bu?"
"Nggak ada."
"Bener?" Melisa masih sangsi. Sarina, kan, pandai berbohong.
"Kamu nggak percaya sama ibu?"
"Ya, gimana mau percaya, Ibu waktu itu nyuruh Mbak Lala nggak bilang kalau lagi sakit. Siapa tahu aja, kan, sekarang Ibu bohong."
"Kamu mau ibu sakit terus?"
Melisa memejamkan mata. Sabar, sabar. "Nggak, Ibu. Ya udah, kalau nggak sakit. Sekarang Ibu anteng aja. Nggak usah punya ide mau turun sendiri."
"Ibu laper."
"Ya udah, Ibu tunggu di sini. Mel ambilin makanannya dulu."
Melisa bergegas ke dapur. Mengambil nasi, sedikit sup ayam, dan sepotong tempe goreng di piring. Selain itu, Melisa juga menuang air putih ke gelas dan mengambil buah jeruk dari dalam kulkas. Semuanya dijadikan satu dalam nampan.
Perempuan itu lantas kembali ke kamar mertuanya, duduk di pinggir ranjang dekat Sarina. Tangannya mengangkat piring dan mulai mengaduk isinya.
"Masih panas nggak?"
"Cuma anget, kok, Bu. Ayo, aa."
Sarina membuka mulut. Sendok pun masuk sebagian ke rongga mulut wanita itu. Melisa mengulanginya sampai piring tersisa setengah. Sarina sudah tidak mau disuapi lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Little Captain! [END]
RomansaIbu Negara season 2. Disarankan membaca Ibu Negara terlebih dahulu. *** Hadirnya keluarga baru, ternyata cukup mengobati luka di hati Candra. Ditambah sebentar lagi dia menjadi orang tua. Candra masih terus berjuang mempersiapkan kedatangannya bers...