Sekitar lima belas menit, Melisa memperhatikan visual seorang perempuan yang duduk di hadapannya. Perempuan itu mengenakan pakaian serba panjang. Rambutnya diikat, mungkin kalau ikat rambutnya dilepas kira-kira panjangnya sepunggung. Dari biodatanya, perempuan itu berusia 27 tahun. Belum menikah, tetapi sudah sangat berpengalaman mengurus bayi.
Setelah mengobrol panjang, Melisa dan Candra sepakat untuk mengambil pengasuh bayi sementara, mengingat mereka sebentar lagi pindah ke Jakarta. Setelah mencari dan memilih, akhirnya Melisa mantap mengambil perempuan ini.
"Terima kasih sudah datang dan menerima tawaran saya, Mbak Desi," kata Melisa.
"Maaf atas keterlambatannya, ya, Bu. Saya kemarin ada urusan keluarga."
"Nggak apa-apa, Mbak. Ngomong-ngomong panggil Mbak Mel aja. Orang-orang di sini juga panggilnya begitu."
Desi tersenyum kikuk dan mengangguk. "Iya, Mbak Mel."
"Jadi, Mbak udah mantap kerja di sini?"
"Alhamdulillah sudah mantap, Mbak. Insyaallah saya akan amanah."
Melisa mengangguk. "Saya percaya karena dari profil Mbak sudah cukup banyak pengalaman. Xania termasuk anak yang nggak susah dekat sama orang. Semoga aja kalian bisa langsung dekat."
"Anaknya sekarang lagi di mana, Mbak?"
"Lagi tidur siang. Oh, ya, Xania punya aturan yang harus dipatuhi. Bangun pagi jam enam, mandi jam tujuh, habis mandi sarapan, terus main, tidur siang pertama jam sepuluh, bangun tidur kasih snack, makan siang jam dua belas, tidur siang kedua jam dua, habis itu mandi sama main, jam enam makan malam, jam delapan harus udah tidur. Pas makan itu harus di kursi, dipangku nggak apa-apa, nggak boleh sambil digendong, diajak keluar, dikejar-kejar, apalagi sambil lihat HP. Jangan langsung minum susu habis makan. Terus yang terakhir kalau ayahnya pulang, tolong biarin Xania sama ayahnya paling nggak satu jam. Gimana? Keberatan?"
"Baik, Mbak. Kebetulan saya pernah mengurus bayi yang aturannya mirip-mirip seperti Xania. Mudah-mudahan saya bisa mematuhinya."
Melisa tersenyum cerah. "Syukurlah. Semoga kalian cepat akrab, ya. Tunggu sebentar, ya, Mbak. Saya lihat ke kamar dulu. Siapa tahu udah bangun."
Setelah mengatakan itu, Melisa beranjak menaiki tangga. Tiba di anak tangga paling atas, Melisa belok ke kiri, masuk ke kamar Xania. Dari baby crib-nya, kepala Xania terlihat. Anak itu sudah berdiri sambil berpegangan pada pagar tempat tidurnya. Melihat mamanya, Xania berteriak kencang. Melisa segera menghampiri anaknya.
"Cantik banget kamu. Bangun tidur nggak nangis."
"Abu!"
"Kita keluar, ya. Ada yang mau kenalan sama Xania."
Xania diangkat dari tempat tidurnya, kemudian keluar. Anak itu tampak senang. Mulutnya tidak berhenti mengoceh. Namun, setibanya di ruang tamu dan melihat Desi, Xania mendadak diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Little Captain! [END]
RomanceIbu Negara season 2. Disarankan membaca Ibu Negara terlebih dahulu. *** Hadirnya keluarga baru, ternyata cukup mengobati luka di hati Candra. Ditambah sebentar lagi dia menjadi orang tua. Candra masih terus berjuang mempersiapkan kedatangannya bers...