Melisa menyibak selimut, tidak jadi tidur. Matanya terus menatap punggung Candra yang sejak tadi diam setelah membuka kardus paket dari temannya. Gelagat suaminya itu mengundang rasa penasaran. Melisa beranjak berdiri di belakang laki-laki itu.
"Isinya apa, Mas?"
Sebenarnya tanpa bertanya pun Melisa tahu isinya. Dari bentuknya terlihat seperti perlengkapan tidur bayi. Melisa bersuara karena ingin memancing Candra saja. Normalnya, orang yang habis menerima paket dari teman pasti ekspresinya bahagia, kan? Ini kenapa Candra menunjukkan mimik muka yang lain?
Candra bangkit, memutar tubuhnya menghadap ke Melisa. Matanya menelusuri wajah, tetapi tak lama, tangannya merengkuh tubuh sang istri. Hidungnya menghirup aroma khas dari perempuan itu. Segala penat, kesedihan, sesak yang dirasa perlahan luntur berkat Melisa.
Di dalam kurungan suaminya, Melisa mulai curiga. Kalau Candra lagi begini, berarti ada sesuatu yang menganggu pikirannya. Biasanya, percuma bertanya 'ada apa?' atau 'kenapa?' karena sudah pasti tidak akan dijawab. Melisa hanya bisa menunggu sampai Candra sendiri yang mau membuka suara.
"Orang yang ngasih hadiah ini ... ada di pesawat itu."
Kecurigaan Melisa terbukti, kan? Eh, tapi, barusan Candra bilang apa? Ada di pesawat itu? Seketika Melisa melepas pelukan suaminya. "Apa, Mas?"
"Martin ada di pesawat yang kecelakaan itu. Harusnya kami terbang bersama, tapi ...."
Melisa menggeleng tidak percaya. Ia mendekati nakas, mengambil ponsel. Begitu layarnya menyala, Melisa mencari daftar manifest yang tadi diberikan oleh Sintia. Melisa membaca nama kru pesawat dan berhenti ketika tiba di nama kopilot yang bertugas. Nama itu ... sama persis seperti yang tertera di kardus paket. Ini sulit untuk dipercaya. Yang benar saja!
Kalau tahu Martin ada di pesawat yang celaka, Melisa tidak akan mungkin memberitahu paket itu supaya Candra tidak sedih. Melisa tahu Candra cukup dekat dengan Martin, bahkan laki-laki itu yang membantu Candra menjelaskan waktu masih diganggu pramugari ular itu. Hei, Martin baru saja menikah! Laki-laki itu tampak bahagia setelah berhasil mempersunting istrinya. Ya, memang kematian itu tidak memandang siapa, rupa, dan usia, tapi kenapa harus orang terdekat Candra?
Tidak ingin berlarut-larut, Melisa akhirnya menyuruh suaminya duduk di ranjang. Katanya kalau sedang menghadapi masalah, ganti posisi supaya pikiran tenang. Kalau lagi berdiri, berarti harus duduk.
"Emang beneran ada di pesawat itu, Mas? Bisa jadi kayak Mas, kan? Udah Mas coba telepon?"
"Udah dan nomornya nggak aktif sampai sekarang."
"Bisa aja kayak Mas, HP-nya hilang, terus belum sempat hubungi Mas."
Melisa berusaha berpikir positif. Siapa tahu Martin diberikan keajaiban yang sama seperti suaminya? Tidak ada yang tidak mungkin kalau Allah berkehendak. Martin akan kembali dalam keadaan sehat. Semuanya akan bahagia setelah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Little Captain! [END]
RomanceIbu Negara season 2. Disarankan membaca Ibu Negara terlebih dahulu. *** Hadirnya keluarga baru, ternyata cukup mengobati luka di hati Candra. Ditambah sebentar lagi dia menjadi orang tua. Candra masih terus berjuang mempersiapkan kedatangannya bers...