Hari yang tidak pernah di tunggu Aphrodite dan Harry pada akhirnya tiba besok, dimana turnamen terakhir akan di laksanakan sehabis makan malam. Setiap perserta di perbolehkan membawa keluarga mereka, untungnya keluarga Wesley dengan senang hati menjadi wali Harry.
Selama seminggu ini, Harry benar-benar merasa gelisah dan tertekan, dia memang sudah banyak latihan, tetapi pikiran buruk selalu membayang-bayangi dirinya. Bagaimana jika dia tidak berhasil, atau yang paling buruk bagaimana jika dia tidak selamat dan mati dalam turnamen.
Dan pikiranya bukan hanya mengenai Turnamen saja, tapi juga mengenai Aphrodite yang tiba-tiba saja kembali menjauh dari dirinya dan juga pada Hermione serta Ron. Padahal mereka baik-baik saja selama dua minggu ini, tentu sebelum Proffesor Dumbledore dan Proffesor McGonagall memanggil Aphrodite. Dan Sejak hari itu dia kembali seperti dirinya lagi, menyendiri, menghindar dari semua orang, kecuali Colin tentu saja. Bahkan jika di perhatikan, nada bicara gadis itu semakin sinis dan tatapan matanya semakin tajam, seakan ada kemarahan yang siap meledak kapan saja.
"Apa yang kau pikirkan?" Celetukan tiba-tiba dari sebelah Harry, membuat pemuda itu kaget. Dia menoleh dan mendapatkan Ron yang sedang memakan buah anggur.
"Turnamen besok." Jawab Harry, tidak sepenuhnya jujur. Karena tidak mungkin dia mengatakan jika dia memikirkan Aphrodite.
"Kau akan baik-baik saja, mete." Ron menepuk pundak Harry, memberi semangat. Harry hanya tersenyum dan mengangguk, lalu kedua pemuda itu berlalu dari lorong menuju ruang rekreasi Gryffindor.
"Kau tidak bisa seperti itu, Aphrodite!."
"Aku bisa!"
"Kau bisa terbunuh!"
"Tidak akan!. Jangan coba-coba menghalang, Damian. Ku peringatkan kau!"
Dalam perjalana menuju asrama, keduanya melihat Aphrodite dan Damian yang sedang berbincang di ujung lorong, jika di perhatikan baik-baik, kedua orang itu sedang bertengkar.
"Apa yang mereka lakukan? Bertengkar?" Kata Ron bingung sekaligus penasaran.
"Tidak tau." Harry berniat menghampiri keduanya, namun di urung saat kedua orang itu menyadari Kehadirannya dan Ron, dan apa itu? Kenapa tatapan Aphrodite menajam padanya, seakan dia adalah musuh gadis itu.
Aphrodite kembali menatap Damian, "Jangan pernah mencegah ku lagi, Damian!"
Mereka melihat Aphrodite meninggalkan tempat lorong entah kemana, Harry dan Ron mendekat pada Damian yang masih melihat lorong yang dilewati Aphrodite.
"Ada apa, Damian?." Tanya Harry.
"Nothing, Potter." Katanya, sedikit tersenyum, "Semangat untuk besok, semogah berhasil." Damian ber-apparation tanpa menunggu jawaban Harry.
*****
"Sialan!. Sudah ku duga itu memang dia!"
"Apa yang sialan, Dite?"
Aphrodite menoleh pada Colin yang sudah duduk entah sejak kapan di sebelahnya. Pemuda itu merengut alis sembari membuka buku ramuanya.
"Bukan apa-apa, Colin." Bohong Aphrodite, "Tugas lagi?" Aphrodite mencoba mengalihkan pembicaraan, dan itu berhasil.
"Yah, Proffesor Snap memberi banyak tugas. Aku bisah mati jika begini terus." Colin mengeluh tetapi tangannya bergerak mencatat jawaban yang dia temukan di kertas.
"Aku bantu."
Colin menatap Aphrodite berbinar serta tersenyum bahagia. Dia memeluk Aphrodite dari samping sembari berkata "Aaaaa Dite, kau yang terbaik."
Aphrodite mendorong Colin yang masih dalam mode harunya, dia mengambil buku ramuan pemuda itu dan mulai membantu mengerjakan tugasnya. Setidaknya hal ini dapat mengalihkan emosinya walau hanya sesaat.
"Oh---Dite." Panggil Colin.
"Hm?" Aphrodite menjawab tanpa mengalihkan matanya dari buku ramuan Colin.
"Aku tiba-tiba merasa kawatir."
Aphrodite merengit bingung, "Khawatir?" Ulangnya, "Karena apa?"
Colin mengehela nafas panjang, "Turnamen mu, besok----aku tidak tenang."
"Tenang saja, aku jago."
Colin mencibir gadis di sebelah nya, "Aku tau, tapi tetap saja berbahaya."
"Ck,tidak usah di pikiran. Dasar kau, anak kecil."
"Aku sudah 14 tahun, Dite. Bukan anak kecil lagi. Dasar kau nenek tua."
Aphrodite melototi Colin, "Kau bilang aku apa?"
"Aku bilang, dasar kau gadis cantik." Colin terkekeh canggung, dia mengambil ancang-ancang untuk melarikan diri, tapi gagal saat Aphrodite berhasil menahannya dan menjambak rambut pemuda itu.
Pertengkaran konyol mereka di saksikan banyak mata didalam Great Hell, termaksud anak-anak Slytherin. Mereka menatap ngeri sekaligus sedikit kagum pada Colin yang berani membalas jambakan Aphrodite.
"Aku rasa, hanya pemuda muggle itu yang berani melawan Aphrodite." Kata Theodore ngeri.
"Yah----tidak seperti seseorang yang ku kenal. Nyalinya langsung menciut." Blaese tentu menyindir, entah pada siapa. Yang jelas dia merasakan seseorang yang dia maksud tengah menatap membunuh padanya.
"Diam, Zabini!." Theodore memukul lengan Blaise. Blaise terkekeh.
"Siapa yang kau maksud, Blaise?" Tanya Gregory.
"Bukan siapa-siapa." Bukan Blaise yang menjawab, melainkan Theodore. Hal itu membuat para temannya merasa curiga.
*****
Publikasih : Kamis, 18 Mei 2023.
KAMU SEDANG MEMBACA
APHRODITE AND HOGWARTS || Full Of Mystery
RandomREVISINYAA NANTI!! JADI KALO KETEMU TYPO ANGGAP SAJA UJIAN, LOVE. Berkisah tentang seorang gadis pendiam berwatak kasar yang gemar mengahabiskan waktunya sendiri bersama setumpuk buku. UNTUK MANUSIA TITISAN ALIEN YANG HOBBY JIPLAK, JAUH-JAUH LO OR...