Hermione baru kembali ke asrama sekitar jam 11 malam. Saat membuka pintu kamar dia sedikit terkejut dengan sosok Aphrodite yang tengah duduk di atas tempat tidur.
Hermione pikir setelah identitas Aphrodite terbongkar, gadis itu akan memilih membuat kamar pribadi. Tapi dugaanya salah.
"Bisa berhenti menatap ku? Aku risih." Nada ketus nan dingin terdengar di indra pendengaran Hermione. Dia gugup dan membalas ucapan Aphrodite dengan senyum.
"Aku pikir kau akan pindah ke kamar mu sendiri." Kata Hermione, niat basa basinya mala membuat Aphrodite si gadis kasar salah paham.
"Kenapa? Kau tidak suka sekamar dengan ku?." Tanya Aphrodite dengan nada sinis yang kentara. "Kalau begitu kenapa tidak kau Saja yang pindah dari kamar ini?."
Hermione sampai terdiam di buatnya. Maksudnya bukan seperti itu. Dia tidak menyangka pertanyaannya membuat Aphrodite salah paham.
"Bukan itu mak---"
"Diam, kau berisik dan itu menganggu." Aphrodite turun dari tempat tidurnya. Mengembil buku di nakas dan keluar dari sana. Mood baik yang susah paya dia cari kini hilang begitu saja karena pertanyaannya konyol Hermione.
Dia masih sangat kesal dengan fakta bahwa Dolores Umbrige menjadi proffesor PTIH di Hogwarts, di tambah dengan pertanyaan Hermione.
"Sialan." Umpat Aphrodite. Duduk di sofa dekat perapian dan membantin semogah tidak ada penganggu lagi.
Aphrodite membuka bukunya, mulai membaca dengan perasaan yang berangsur baik. Tapi ketenangannya lagi-lagi terganggu saat seseorang memanggil namanya. Saat dia berbalik dan ingin memaki orang itu, dia terkejut melihat Colin yang mendekat lengkap dengan baju tidur dan bonek beruang coklat yang di beli Ares untuk Colin.
"Dite kenapa belum tidur?." Tanya Colin, sebelah tangannya mengucek mata agar sadar.
Aphrodite mengangkat sebelah alis, "Kau sendiri kenapa belum tidur?."
"Aku sudah tidur tadi. Tapi tiba-tiba terbangun." Kata Colin, duduk di sebelah Aphrodite.
Aphrodite tidak niat lanjut bertanya. Dia kembali membaca bukunya, membiarkan Colin melamun entah memikirkan apa Aphrodite tidak peduli.
"Dite."
"Hm."
"Menurut mu Proffesor pendek berpakaian pink itu, apa dia akan bersikap baik atau sebaliknya?." Tanya Colin yang juga merasa tidak suka dan jengkel melihat Umbrige tadi. Apalagi saat dia dengan sombongnya menyela omongan Proffesor Dumbledore.
"Sebaliknya." Jawab Aphrodite tanpa menatap Colin.
Colin mengangguk setujuh, "Kau benar. Feeling ku berkata sebentar lagi Hogwarts benar-benar akan seperti neraka karena makhluk pink itu."
Aphrodite terkekeh kecil. Entah, dia merasa lucu dengan ucapan Colin yang sayangnya benar adanya. "Hm, kita lihat saja nanti."
Kesadaran Colin sudah kembali sepenuhnya. Seperti biasa, dia mulai mengoceh, membicarakan Umbrige dengan Aphrodite yang memberi tanggapan deheman atau anggukan. Dan tiga jam lamanya Colin membicarakan tentang Umbrige, itu pun belum sepenuhnya andai saja Aphrodite tidak menyuruhnya kembali tidur.
°°°°°
Keadaan lorong kastil lebih ribut dari biasanya, suara-suara bising lebih banyak dari para murid prempuan. Itu karena salah satu Pangeran Slytherin baru kembali ke Hogwarts setelah setahun menjadi murid tukar pelajar ke akademi Castelobruxo, sekolah sihir yang berada di hutan tropics Brazil.
Jaegar Daerell Anderson. Atau yang kerap di sapa Jaegar, dia lah sosok pemuda yang kembali menjadi sorotan hampir seluruh penghuni Hogwarts, terlebih khusus kaum wanita.
Bagaimana tidak, selain tampan, Jaegar salah satu murid berprestasi, semua orang sering menyaingi kepintaranya dengan Aphrodite. Dia sosok yang dingin, bisa dibilang sosok laki-laki dari Aphrodite. Tapi tidak kasar dan ketus seperti gadis itu.
Bersama para sahabatnya, Jaegar melewati dan mengabikan setiap mata yang menatapnya kagum. Seperti biasa, yang menjadi pemimpin adalah Draco, terbuti dia yang berjalan paling depan.
Lakangkah kaki Draco tiba-tiba berhenti membuat mereka ikut berhenti. Daphne gugup dan mulai berkeringat dingin saat melihat sosok yang di tahan Draco.
"Lihat-lihat siapa ini, Miss. Paseidon?." Kata pemuda itu dengan nada menyebalkan.
"Menyingkir." Printah Aphrodite. Dia sedang malas meladeni siapapun hari ini, apalagi dengan kejadian menyebalkan di kelas tadi. Dimana Harry dan Umbrige sibuk berdebat tentang Voldemort, membuat pemuda berkaca mata itu terkena ditensi dan berakhir satu ruangan dengan Umbrige.
"Wouu wouu jangan galak-galak begitu, Miss. Paseidon. Atau ku sebut saja, sepupu ku?." Godanya. "Oh, dimana anak kecil itu?." Yang dia maksud adalah Colin, bocah ingusan yang tidak suka di panggil anak kecil.
Aphrodite memejamkan mata, menahan diri untuk tidak menendang atau memukul pemuda dihadapatnya.
"Menyingkir atau seluruh serangga di dunia ini berterbangan ke arah mu, Draco!."
Tentu ancaman yang bukan sekedar omong kosong itu berhasil membuat Draco menciut. Dengan rengitan dan dumelan kecil dia mulai memberi jalan.
Aphrodite mulai melangkah, tapi berhenti di depan Daphne. Dia tersenyum semirik." Kau masih hidup rupanya, Greengrass. Harusnya ku bunuh saja kau hari itu." Katanya sadis, lalu berlalu dari sana. Tidak peduli jika perkataanya tadi membuat mental Daphne terguncang hebat.
Theodore dan Blaise menggeleng kepala melihat kepergian Aphrodite. Benar-benar gadis gila.
Theodore menatap Daphne yang masih terdiam, dan syok. "Sudah, Dap. Jangan di hiraukan, karena yang dia katakan mungkin ancaman yang tertunda." dan semakin syok mendengar perkataan Theodore.
Blaise tertawa, menyeret Theodore dari hadapan Daphne. Dia sedikit tidak tegah melihat ketakutan Daphne sekarang. Sedangkan Pasny diam seribu bahasa. Dia sudah masa bodoh dengan Daphne.
"DITE TUNGGU AKU." Pekikan Colin dari ujung lorong mengalihkan antesi mereka disana. Sedangkan Aphrodite yang mendengar panggilan pemuda itu tidak peduli dan terus melangkah.
Colin berlari sedikit kencang untuk mengejar Aphrodite. Mulutnya terus mendumel karena tidak ada tanda Aphrodite menunggunya. Dia berhenti sebentar di hadapan Draco dan para sahabatnya untuk bertegur sapa.
"Oh hai, Malfoy, Theodore, Blaise." Mereka membalas sapaan Colin.
"Jangan lari seperti itu, kau pikir ini lapangan?." Tegur Draco.
"Suka-suka ku." Balas Colin, ketus.
"Kau---"
"Colin, cepat atau ku tinggal!." Itu suaraAphrodite yang ternyata berhenti di ujung lorong untuk menunggu Colin.
Colin yang di ancam mendelik kecil. Dia menatap Draco. "Nanti dulu debatnya. Aku takut nenek sihir itu mengamuk."
"COLIN." Kali ini Aphrodite bersuara besar.
"IYA IYA. BYE SEMUA."
"BYE".
Mereka melihat bagaimana Colin lanjut berlari dan meringis kala pemuda 14 tahun itu hampir terjatuh berakhir di omeli Aphrodite.
Draco merasa ngeri. "Ckckckckck, kasihan Colin harus memiliki kakak seperti Aphrodite." Katanya.
"Kakak?." Ulang Jaegar.
Blaise mengangguk. "Iya, kakak. Kau pergi terlalu lama sampai tidak tau apapun yah, mete."
Jaegar mengangkat bahu acuh. Kembali melihat ke ujung lorong tempat Aphrodite berdiri tadi. Dia memang tau tentang Colin yang berjuang untuk mendekatkan diri pada Aphrodite, sentosa Hogwarts pun tau akan hal itu. Tapi mengenai 'Kakak' belum dia dengar.
°°°°°
Publikasih : Minggu, 23 Juli 2023.
KAMU SEDANG MEMBACA
APHRODITE AND HOGWARTS || Full Of Mystery
NezařaditelnéREVISINYAA NANTI!! JADI KALO KETEMU TYPO ANGGAP SAJA UJIAN, LOVE. Berkisah tentang seorang gadis pendiam berwatak kasar yang gemar mengahabiskan waktunya sendiri bersama setumpuk buku. UNTUK MANUSIA TITISAN ALIEN YANG HOBBY JIPLAK, JAUH-JAUH LO OR...