"Dite, kau jadi pulang ke rumah?" Tanya Colin, menatap penuh tanya pada Aphrodite yang tengah menutup kedua matanya.
"Entah." Jawab gadis itu seadanya.
Colin mengangkat kedua bahunya, malas bertanya alasan kebingungan gadis itu. Toh, ujung-ujungnya gadis ini hanya akan memberi jawaban yang membuat darah Colin naik hingga menembus otak tampanya.
Aphrodite merengit saat pemuda di sebalahnya ini tidak bertanya lagi, karena biasanya Colin akan terus bertanya sampai mendapatkan jawaban yang menurutnya tepat.
Dia membuka kelopak mata coklat cantik itu, menatap Colin dengan rengitan kecil sembari bersikap dada, "Kau tidak ingin bertanya alasannya?."
Colin menggeleng tanpa menatap Aphrodite, dia sibuk menulis jawaban dari tugas ramuan.
"Kenapa?." Aphrodite mulai penasaran.
"Ck, karena ujung-ujungnya kau akan memberi jawaban yang sama, seperti 'Tidak ada alasan' atau 'Aku hanya malas', seperti itu." Kata Colin setelah memperagai wajah datar Aphrodite saat berbicara padanya.
Aphrodite hampir menyemburkan tawanya jika tidak ingat mereka ada dimana sekarang, jangan sampai tawanya mengundang tatapan dari para manusia yang ada di halaman tengah ini.
"Yah sudah, terserah kau saja." Kata gadis ini pada akhirnya, kembali menyenderkan bahu pada batang pohon besar dan melanjutkan tidurnya.
Atas pertanyaan Colin tadi, Aphrodite memang benar-benar belum menemukan alasan yang pas untuk pulang kerumah. Karena tidak mungkin dia mengatakan yang sesungguhnya, bahwa dia tiba-tiba saja merindukan Ares dan Athena. Yang benar saja, jika Ares tau mungkin dirinya bisa di olok habis-habisan, tentu saja harga dirinya dipertaruhkan serta rasa gengsi yang sangat tinggi.
Tapi mungkin saja dia tiba-tiba pulang ke rumah jika dia mau. Sekolah? Seorang Atalanta Paseidon sepertinya tidak akan mempedulikan itu, sungguh kekuasaan dan ke agungkan yang mutlak untuk keluarganya benar-benar membawah keuntungan luar biasa untuk gadis berhati batu ini. Lagi pula ujian OWL sudah selesai seminggu lalu, seperti biasa, dia berada di urutan pertama sebagai murid yang mendapat nilai sempurnah.
"Ahhh aku bingung, kenapa Proffesor berhidung bengkok itu kejam sekali memberi soal sesusah ini kepada murid-muridnya?!." Keluh Colin, menjambak rambutnya, merasa frustasi atas tindakan kejam Snape.
"Kerjakan saja soal-soal itu, lagipula itu salahmu sendiri yang tidak pernah fokus di kelas." Kata Aphrodite dengan nada sindir yang sangat kentara.
Colin berdecak kesal, menatap nyalang pada Aphrodite yang masih memejamkan matanya. "Kau mana tau perasaan ku."
"Tentu saja aku tidak tau perasaan orang-orang yang memiliki otak bodoh." Jawab Aphrodite tegah.
Colin membulatkan mata, merasa tersakiti saat Aphrodite mengatakan kalimat kejam barusan. "Dite, tegahnya kau." Katanya dramatis, menatap Aphrodite dengan mata berkaca-kaca.
"Apa?." Jawab gadis itu, balas menatap Colin dengan sebelah alis terangkat.
"Akan aku adukan pada mommy Athena." Ancam Colin, bersikap dada dan mengalihkan antesi dari Aphrodite.
"Adukan saja, sekalian kepada daddy. Agar mereka tau kau masih kesulitan dalam mata pelajaran ramuan." Kalimat barusan terdengar seperti kalimat biasa bagi orang-orang di sekitar mereka, tapi berbeda bagi Colin. Tentu saja kalimat barusan adalah peringatan bahaya untuknya, membayangkan jika Ares mengetahui hal ini, mungkin saja----ah, bukan mungkin, tapi laki-laki tua yang masih terlihat mudah itu akan mengirim Damian untuk mengajarnya.
Colin menggeleng cepat, dia tidak mau kalau sampai hal itu terjadi. Jujur saja, selain Aphrodite, Damian termaksud pengajar yang kejam saat berkata sarkas. Cukup kakak cantiknya ini saja yang sering membuat mentalnya terguncang, tolong jangan tambahkan Damian pemilik wajah malaikat dengan sifat iblis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
APHRODITE AND HOGWARTS || Full Of Mystery
RandomREVISINYAA NANTI!! JADI KALO KETEMU TYPO ANGGAP SAJA UJIAN, LOVE. Berkisah tentang seorang gadis pendiam berwatak kasar yang gemar mengahabiskan waktunya sendiri bersama setumpuk buku. UNTUK MANUSIA TITISAN ALIEN YANG HOBBY JIPLAK, JAUH-JAUH LO OR...