37

447 71 16
                                    

Hari ini semua murid tahun kelima disibukkan dengan buku mereka masing-masing, di karenakan besok ujian OWL akan dilaksanakan. Untuk para murid yang memang sudah terlahir pintar, ujian tersebut bukanlah hal yang sulid, akan tetapi berbeda dari para murid yang memiliki kemampuan rata-rata.

Sama seperti hal yang dilakukan Ron Wesley saat ini, pemuda berambut merah itu terus mengutuk buku mata pelajaran ramuan yang ada dimeja. Sedaritadi dia sudah berusaha menghafal beberapa isi penting dari buku itu, tapi tidak ada satupun yang menempel diingatnya.

Bagaimana tidak, Ron yang jelas memiliki banyak waktu untuk belajar malah lebih memilih mengerjakan hal lain, jadilah dia baru bisa belajar satu hari sebelum ujian dilaksanakan.

"Biasakah kau berhenti memukul meja? Kau mengganggu konsentrasi ku!." Kesal Hermione menatap Ron nyalang.

"Tidak bisa!" Jawab pemuda itu, "Otak ku tidak mau bekerja, lihat---" Dia menujuk-nunjuk isi bukunya, "Aku sudah berusaha menghafal semuanya, tapi tidak ada satupun yang aku ingat. Menyebalkan!."

"Bagaimana kau bisa menguasai isinya dengan rasa emosi seperti itu?!. Baca saja berulang kali, nanti otak kecilmu bisa mencerna dengan sendirinya." Balas Hermione dengan suara yang sedikit besar. "Lagipula, orang seperti apa yang baru membuka buku saat ujian sudah di depan mata? Kau gila?." Katanya lagi.

Ron ingin membalas, tapi yang dikatakan Hermione benar adanya. Sepertinya dia memang sudah gila karena lebih mementingkan bermain catur bersama Neville daripada membaca buku-buku pelajaran.

Sedangkan Harry yang ada di tengah-tengah kegaduhan ini hanya diam dan menyimak. Sebenarnya dia juga sama kesulitan dengan Ron, tapi dia tidak berisik dan lebih bersikap tenang, apalagi sekarang mereka berada di perpustakaan.

Sekali lagi, jika Ron berani mengeluarkan suara besarnya, Harry yakin pasti akan ada yang mendatangi mereka untuk sekedar memberi kata-kata mutiara.
lihat saja, sudah banyak mata yang menatap mereka tidak suka.

Tidak ingin memusingkan Ron dan Hermione yang berdebat, Harry kembali belajar.

"Diam Ron Wesley, jangan sampai aku melempar rak buku disini ke arah mu!." Ancam Hermione yang memang sudah terbawah emosi dengan sahabatnya ini.

"Kenapa bukan kau saja yang diam dan tidak perlu repot-repot mengurus diriku?! Ini mulut ku, jadi suka-suka aku ingin berbicara atau tidak!" Balas Ron, tentu dengan wajah menyebalkan khasnya.

"Kau----"

"Apa pada dasarnya kalian memang tidak memiliki attitude?."

Omongan Hermione tidak dilanjutkan saat mendengar suara serak nan berat dari sisi kanan mereka. Disana, berdiri seorang pemuda yang tengah menatap mereka datar namun tajam.

"Jika ingin ribut, ribut saja di tempat lain. Jangan menggangu ketenangan orang lain dengan suara besar kalian!. Atau jika kalian memiliki banyak uang, bangun saja gedung perpustakaan pribadi agar kalian bisa sesuka hati melakukan apapun disana." Kata pemuda itu mengundang anggukan setuju dari orang-orang disana. Mata tajamnya setia menatap ke arah Ron dan Hermione yang terdiam merasa tidak enak dan takut.

Bagaimana tidak takut, seorang Jayan È Dalmos sosok yang dikenal tidak peduli sekitar repot-repot datang untuk menegur mereka. Jika itu Draco Malfoy, mereka tidak akan merasa takut seperti ini, tapi ini adalah salah satu penghuni Hogwarts yang memilik sifat dingin dan lidah tajam, meskipun tidak setajam Aphrodite, tapi tetap saja sama-sama menyakitkan.

"M-mmafkan kami, Jayan. Kami ti---"

"Jayan? Sedekah apa kau dan aku sampai berani memanggil aku seperti itu?."

Mulut Hermione rasanya seperti dibekukan, otaknya baru saja bekerja. Tentu saja yang dikatakan pemuda itu benar, sedekat apa mereka berdua? Jangankan dekat, bertegur sapa saat latihan saja tidak perna. Walaupun Hermione sering menatap penuh pesona terhadap pemuda itu atau  mencari perhatiannya, tetap saja semua hal itu percuma. Sudah menjadi rahasia umum, jika gadis bernama Hermione ini salah satu gadis yang memiliki perasaan lebih terhadap Jayan È Dalmos.

Harry yang merasa suasana disekitar sini semakin menegang memilih untuk buka suara, dia berdiri dan mendekat ke arah Jayan, "Maaf atas sikap kedua sahabat ku, Dalmos. Aku  akan menasehati mereka nanti."

"Harusnya sudah dari tadi kau menasehati kedua sahabat tercinta mu itu, Potter! Bukan saat ada yang datang menegur kalian." Kata Jayan serkas, dan berlalu begitu saja dari sana.

Harry membuang nafas dan kembali duduk menatap nyalang kedua sahabatnya. "Lain kali jangan seperti tadi." Katanya, kedua orang itu mengangguk.

°°°°°

Berbeda dengan para murid yang sibuk belajar, Aphrodite malah terlihat duduk santai dibawah pohon sembari memakan buah anggur. Beberapa orang yang melihat tingkahnya tentu saja merasa iri dan mulai berpikir andai mereka sepintar gadis itu, yang tidak perlu repot belajar untuk ujian sampai membuat mereka stress sendiri.

"Kau tidak belajar, Dite?. Ingat, besok kau ada ujian." Kata Colin yang sudah selesai memotret area sekitar taman ini.

"Belajar? Bahkan tanpa melihat soal aku bisa tau jawabannya." Kata Aphrodite sombong ditemani wajah menyebalkan.

Colin berdecak-decak, tapi dia tentu sepekikiran. Lama mengenal Aphrodite membuat Colin tau bagaimana pintarnya gadis ini, bahkan hanya dengan sekali membaca isi buka saja Aphrodite langsung bisa menghafal semua isinya diluar kepala. Sungguh, bakat yang patut dibanggakan.

"Yayayaya, terserah kau saja." Kata Colin dengan nada julitnya.

Aphrodite tidak menanggapi nada julid pemuda disebelahnya, lebih baik menikmati anggur dengan santai sembari mendengar gosip baru tentang salah satu pangeran Revenclaw yang  baru saja menegur tiga manusia dari Gryffindor karena ribut didalam perpustakaan.

°°°°°

PUBLIKASIH, MINGGU 19 MEI 2024.


APHRODITE AND HOGWARTS || Full Of Mystery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang