31.

929 130 11
                                    

Hari berlalu begitu cepat, tidak terasa hari ini Aphrodite harus kembali mengikuti kelas PTIH tanpa sihir di sekitarnya. Makhluk pink itu benar-benar melarang mereka menggunakan sihir.

Hampir seluruh penghuni di kelas marasa tertekan, mengantuk dan malas saat Umbrige masuk ke dalam kelas. Rasanya sebentar lagi  mata Ron akan rusak karena baju pink Umbrige yang terlalu mencolok.

Setelah meletakan tasnya di meja, Umbrige berbalik dan menatap seluruh murid dengan senyum lebar yang amat sangat jelek di mata Harry, dia masih dendam persoalan tempo hari. Tanganya luka karena pena aneh yang di berikan Umbrige. Apalagi Proffesor Dumbledore sekarang kentara sekali menghindar dari dirinya, entah, Harry juga pusing.

"Selamat pagi anak-anak ku. Wajah kalian terlihat lebih bahagia dari biasanya. Aku suka." Kata Umbrige, membuat mereka muak setengah mati.

Selain senyum dan wajahnya, suara aneh Umbrige cukup mengganggu. Itu terbuti saat pertama kali mendengar dia berbicara, malamnya Ron langsung mimpi buruk.

"Aku harap hari ini kita bisa belajar lebih giat dari kemarin. Belajar tanpa sihir dan tanpa topik diluar pembelajaran." Umbrige mulai menggerakan tongkatnya, sehingga muncul tulisan di papan. Topik yang akan meraka pelajari hari ini.

Dia terus berbicara tanpa henti, seakan tidak menganggap para murid. Membahas materi tanpa bertanya apakah para muridnya mengerti atau tidak.

Aphrodite yang tidak peduli dengan sosok gaib di depan sana memilih melakukan kegiatan lain seperti membaca novel muggle yang dia pinjam dari Colin.

Entah sudah berapa lama dia membaca, intinya ketika dia kembali pada kesadaranya Umbrige sudah berdiri dan tersenyum menyeramkan ke arahnya.

"Miss. Paseidon coba jelaskan apa yang aku terangkan tadi." Katanya, lalu terkekeh kecil.

Aphrodite menatap intes Umbrige. Dengan santai dia berkata. "Tidak ada yang masuk ke otak ku. Maaf saja Proffesor, cara anda menjelaskan materi sangat buruk."

Semua membelakan mata. Theodore sampai tersedak luda sendiri. Mungkin hanya Jaegar yang menikmati pandangan di sebelahnya, menatap Aphrodite dengan senyum tampan.

Aphrodite melihat jelas bagaimana Umbrige menggenggam kuat tongkat sihirnya. Sepintas dia berpikir utuk lebih kurang aja lagi jika Umbrige masih lanjut berbicara.

"Miss. Paseidon, atas dasar apa kau menilai cara ku mengajar. Apalagi aku adalah seorang Proffesor yang harus kau hormati."

Aphrodite tersenyum manis, "Justru karena anda seorang Proffesor makanya aku berani menilai cara mu mengajar." Katanya dengan nada mengejek, "Coba tanya yang lain, apa ada yang paham dengan materi yang kau ajarkan?."

Umbrige menatap semua murid satu persatu, tidak ada yang membuka mulut untuk sekedar member jawaban. Dan itu menambah rasa kesalanya.

"Lagi pula ini sekolah sihir. Kami belajar cara menggunakan mantra dengan baik dan benar. Bukan membaca materi yang tidak ada untungnya sama sekali." Tanpa di sadari perkataan Aphrodite mewakili isi hati yang lain. "Jika seperti ini terus, bagaimana kami akan melawan musu di masa depan. Dengan materi? Jangan konyol, Proffesor."

"Musu apa maksud mu? Tidak ada musu atau apapun. Jangan mengada-ngada, Paseidon!." Tinggal di tambah beberapa minyal lagi, Aphrodite yakin setelah ini kesabaran Umbrige akan terbakar habis.

"Tidak ada kata mu?. Bahkan sekarang pun kau sudah memiliki musu yang harus kau lawan." Kata Aphrodite, "Contohnya Voldemort."

"JANGAN MENYEBUT NAMANYA DI KELAS KU!." Habis , kesabaran Umbrige benar-benar habis. Dia menatap Aphrodite marah dengan wajah memerah serta kepalan tangan.

"See---" Aphrodite bersikap dada, "Hanya dengan mendengar namanya saja kau sudah gemetaran. Bagaimana jika kau melihat Voldemort di depan mata mu."

"Diam, Paseidon. Jangan membual atau ku beri---"

"Memberi apa? Ditensi?." Tebak Aphrodite benar. "Beri aku ditensi, Proffesor!" Aphrodite tersenyum geli, "Agar aku memiliki alasan untuk mendepak mu dari kemetrian." Aphrodite terkekeh melihat raut wajah Umbrige.

Umbrige terdiam. Dia hampir lupa dengan status keluarga gadis kurang ajar di hadapanya ini. Tentu, jika Aphrodite mengadu kepada keluarganya, hanya dengan hitungan jam Umbrige akan di tendang dari Hogwarts dan kemetrian.

Ron di buat terkagum sekaligus iri, hanya dengengan beberapa kata Aphrodite bisa membungkam mulut Umbrige. Sungguh sangat enak menjadi seseorang yang berkuasa dan memiliki segalahnya.

Dan karena itu juga suasana kelas benar-benar tegang. Mereka menatap Aphrodite dan Umbrige bergantian. Gadis Paseidon itu benar-benar gila dan tidak kenal takut.

Melihat keterdiaman Umbrige, nona Paseidon tersenyum puas. Dia mengambil buku di meja, melangkah maju membuat Umbrige otomatis mundur.

"Mood belajar ku sudah tidak ada. Aku malas melihat wajah dan senyum mu. Jadi aku permisi, yah Proffesor."

Aphrodite melangkah mendekat ke arah pintu, namun saat hampir keluar dari kelas dia berhenti dan berbalik menatap Umbrige yang masih menatapnya nyalang.

"Aku berharap Voldemort muncul dihadapan anda, Proffesor." Katanya. "Maka dengan senang hati, aku akan menabur bunga paling banyak di pemakaman mu nanti." setelah itu dia benar-benar keluar, tidak peduli dengan Umbrige yang berdiri membeku.

Suara geser kursi terdengar dari sisi lain. Mereka melihat salah satu Pangeran Slytherin berdiri dan meneteng bukunya.

"Kalau aku sejak awal memang tidak suka dengan kelas mu yang nampak konyol. Jadi aku ikut permisi." Jaegar berlalu dari sana. Diikuti Draco, lalu yang lain.

Sebenarnya Ron dan Harry pun ingin ikut bergabung, tapi di larang Hermione, siswi teladan Hogwarts.

°°°°°

Publikasih : Minggu, 23 Juli 2023.

APHRODITE AND HOGWARTS || Full Of Mystery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang