32.

923 124 8
                                    

Suasana makan malam di great hall sedikit lebih hening beberapa hari ini. Tentu saja karena peraturan gila yang di buat Umbrige, wanita sinting yang teropsesi menjadi kepala sekolah.

'Dilarang berbicara saat makan.'

Peraturan semacam itu mungkin tidak berati apa-apa bagi kaum pendiam, tapi untuk manusia yang banyak bicara tentu sangat sulit dan tabu bagi mereka. Contohnya Ron dan Collin yang tiada henti menggerutu. Rasanya mereka ingin sekali melempar tubuh Umbrige ke danau hitam.

"Dite." Panggil Collin dengan suara kecil.

Aphrodite tidak menanggapi, gadis 15 tahun itu masih sibuk bermain-main dengan supnya. Collin yang di abaikan merasa kesal.

"Dite." Panggilnya lagi.

"Diam, Collin." Kata Aphrodite tanpa menatap Collin yang sudah memasang wajah cemberut.

Bukan hanya para murid, beberapa Proffesor pun merasa terganggu dengan suasana ini. Mereka juga berpikir, kenapa Proffesor Dumbledore membiarkan Umbrige menerapkan peraturan aneh sesusak hatinya.

Seperti tadi siang, tiba-tiba saja dia melarang semua murid melakukan kegiatan apapun tanpa persetujuannya. Tentu hal itu membuat mereka muak. Dan sudah beberapa hari juga sihir jarang digunakan, tapi bagi murid pembangkang seperti Aphrodite tentu tidak peduli. Di tambah Collin juga. Dia benar-benar memanfaatkan status menjadi adik seorang Paseidon, tidak ada yang berani melarangnya, termaksud Umbrige.

°°°°°

Situasi lorong sedikit ramai, selepas makan malam tadi, penghuni Hogwarts langsung menuju asrama masing-masing, karena jam malam mereka di batasi Umbrige. Tapi ada juga yang masih berlalu-lalang, seperti salah satu pangeran Slytherin, Jaegar Anderson.

Dia berjalan tanpa takut ketahuan di lorong kastil. Tujuannya adalah menara burung hantu, tapi tertunda karena melihat Collin yang tengah berjalan dari arah berlawanan. Dia sudah sedikit dekat dengan pemuda itu, tadi siang Draco mengajak Collin untuk bergabung, dan berakhir mereka berbicara bersama.

"Oh, Anderson." Collin yang ramah tentu akan menyapa duluan orang-orang yang dia kenal. Berbeda dengan kakaknya, Aphrodite.

"Hai, Creevey."

"Apa yang kau lakukan di sini?." Tanya bocah 14 tahun itu.

"Hanya jalan-jalan." Jawab Jaegar. "Kau sendiri?."

"Aku mencari, Dite. Dia tidak ada di asrama."

"Aphrodite?." Jaegar memastikan.

Collin mengangguk, "Yah, siapa lagi kalau bukan dia?."

"Kemana dia?." Tanya Jaegar, penasaran.

"Entah. Mungkin di tempat biasa."

"Mau ku temani?." Jaegar menawarkan.

Collin tersenyum sopan, "Tidak usah, Anderson. Aku bisa sendiri." Collin Pamit dari sana, lanjut mencari Aphrodite yang dia yakini sedang berada di menara astronomy.

Jaegar memperhatikan punggung Collin sampai hilang di balik tembok. Kembali menoleh ke depan untuk melanjut perjalanannya, tapi lagi-lagi tertunda karena sosok pemuda bersandar pada tembok.

Jaegar dan sosok itu saling melempar tatapan tajam. Dari dulu mereka memang tidak pernah akur.

"Menempel di dinding seperti itu, apa kau cicak?." Ejek Jaegar, di hiraukan sosok itu.

"Jangan pernah bertanya-tanya tentang tunangan ku lagi." Katanya, memperingati.

Tanpa menunggu balasan dari Jaegar, pemuda yang bersandar di tembok tadi langsung ber-Apparation dari sana. Membiarkan Jaegar yang mungkin saja saat ini tengah emosi.

Benar, Jaegar menggepal kedua telapak tangannya. Dia benar-benar benci dengan pemuda itu, sosok yang menurutnya sudah merebut gadis yang dia cintai.

"Sialan!." Umpatnya, berjalan pulang ke asrama. Moodnya sudah sangat jelek.

°°°°°

Dugaan Collin memang tidak pernah salah. Aphrodite benar-benar ada di menara ini. Dia mendekat dan berdiri di sebelah gadis itu, Aphrodite yang sudah tau Kehadiran Collin pun tidak kaget.

"Di sini dingin. Kenapa tidak menggunakan Jaket?." Omel Collin, membuka Jaketnya lalu di pakaikan pada Aphrodite.

"Aku kebal." Jawab gadis itu santai membuat Collin mencibir.

Collin menatap wajah Aphrodite, terutama pada matanya yang terlihat sendu setiap kali menatap langit yang penuh dengan Bintang.

"Dite, boleh aku tanya sesuatu?." Kata Collin.

Aphrodite merengit kecil. Tumben sekali pemuda di sebelahnya meminta ijin, tidak  seperti biasa yang langsung bertanya. "Apa?."

"Tapi kau jangan marah, yah?."

"Hm."

Collin diam sebentar, menyusun kalimat yang Pas untuk pertanyaannya.

"Tanyakan Saja, Collin. Aku tidak akan marah." Kata Aphrodite.

"Kenapa setiap kali kau melihat Langit dan bintang, mata mu terlihat sedih?." Kata Collin penuh hati-hati.

Aphrodite sempat melirik sebentar pada Collin, dia terdiam memikirkan sesuatu sebelum menjawab. "Karena orang yang sangat spesial dalam hidup ku menyukai langit malam yang banyak Bintang."

Collin hanya mengangguk, tidak mau bertanya lebih lanjut saat dia melihat jelas mata Aphrodite mulai berair.

"Dite, jika ingin menangis, Silahkan saja." Katanya. "Menangis tidak akan membuat mu lemah. Jadi jangan khawatir."

Aphrodite tertawa kecil, malam ini dia melihat sisi dewasa Collin. "Yah, kau benar. Tapi aku malas menangis, buang-buang air mata." Kata Aphrodite, "Asal kau tau saja, air mata ku ini mahal."

Wajah sedih Collin berubah begitu saja, kekesalanya pada Aphrodite merubah suasana melow mereka tadi. Dalam bantin Collin banyak mengucap sabar, seorang Aphrodite memang kapan pernah serius?.

"Aku mulai kedinginan. Ayo kembali." Aphrodite langsung menggenggam tangan Collin untuk ber-Apparation dari sana. Masa bodo Collin sudah siap atau belum.

°°°°°

Publikasih : Rabu, 26 Juli 2023.

APHRODITE AND HOGWARTS || Full Of Mystery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang